15 Apr 2012 12:44:31 | by Admin
| 79126 views | 0 comments
|
4.5/5 Stars dari 6 voter
Bertemu lagi dengan saya admin AnalisisMiliter.com. Saya hanyalah seorang warga Negara biasa, yang sama sekali tidak memiliki Background militer dan juga sama sekali tidak memiliki kontak dengan ‘orang dalam’ di dunia militer. Saya hanyalah seorang Kaskus Silent Reader dan juga menjadi Silent Reader dibeberapa forum dan blog militer. Semua analisa dan tulisan saya pada blog ini merupakan hasil pembelajaran dari tulisan dan komentar dari anggota forum dan blog tersebut. Oh ya, beberapa artikel dalam blog ini (terutama beberapa artikel yang pertama kali saya posting) bukan tulisan saya, namun hanya Copy Paste dari blog lain. Namun tulisan ini merupakan tulisan asli saya sebagai admin AnalisisMiliter.com.
Gagalnya Pembelian 12 Sukhoi KI (Su-30 KI) pada Tahun 1997
Pada tahun 1997, AU Pakistan membeli F-16 dari Amerika sebanyak beberapa pesawat yang jumlahnya saya kurang tau pasti. Namun, ketika 9 F-16 dari total pemesanan Pakistan ini sudah selesai dan tinggal pengiriman, Amerika memberlakukan embargo terhadap Pakistan terkait dengan isu Nuklir Pakistan. Hal ini membuat pembelian F-16 Pakistan tersebut dibatalkan dan pesawat yang terlanjur sudah selesai tersebut rencananya akan di jual ke Negara lain.
Indonesia yang ketika itu ingin meningkatkan kemampuan Angkatan Udaranya, menaruh minat besar akan pesawat baru yang tidak jadi dijual ke Pakistan tersebut. Pesawat ini di maksudkan untuk melengkapi 12 F-16 yang dimiliki Indonesia ketika itu. Amerika dan Indonesia telah setuju untuk mengalihkannya ke Indonesia dan kontraknya sudah di tanda tangani pada Maret 1996. Namun setahun kemudian, kontrak ini dibatalkan oleh Presiden Indonesia kala itu yaitu Soeharto karena beliau merasa gerah dengan tudingan Amerika terhadap Indonesia mengenai permasalahan HAM di Indonesia.
Akhirnya Indonesia pun melakukan langkah ‘membelot’ ke Rusia dengan melakukan pemesanan 12 Sukhoi KI (SU-30KI). Sukhoi KI ini merupakan satu-satunya Su-30 yang berkursi tunggal. Ketertarikan Indonesia terhadap pesawat Sukhoi ini dikarenakan Indonesia sudah melihat kehebatan pesawat ini ketika Sukhoi tampil di ajang Indonesia Air Show pada Juni 1996. Langkah membeli Sukhoi ini bisa dikatakan sebuah perlawanan Indonesia terhadap hegemoni Amerika yang terus menekan Indonesia melalui isu-isu HAM dan sejenisnya.
Indonesia sangat berharap pembelian Sukhoi ini akan menaikkan martabat Indonesia di mata dunia. Namun, pembelian Sukhoi ini tidak bisa lepas dari tekanan Amerika dan sekutunya yang tidak ingin Indonesia berhasil memiliki Sukhoi. Hal ini bisa dipahami, karena pembelian Sukhoi akan mendekatkan Indonesia ke Rusia seperti ketika jaman pemerintahan Presiden Soekarno yang membuat Indonesia begitu di takuti oleh Amerika dan sekutunya.
Entah ada kaitan langsung atau tidak, krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1998 memaksa Indonesia membatalkan pembelian Sukhoi dari Rusia ini. Gagalnya pembelian ini membuat kekuatan Angakatan Udara Indonesia mengalami stagnasi dan semakin parah ketika tahun 1999 sampai dengan 2005, Amerika dan sekutunya memberlakukan Embargo Militer terhadap Indonesia.
Pembelian Sukhoi Batch Pertama di Era Presiden Megawati Sukarno Putri
Embargo militer yang dilakukan Amerika sejak tahun 1999 kepada Indonesia benar-benar telah melemahkan dan bahkan hamper melumpuhkan militer Indonesia terutama Angakatan Udara Indonesia. Embargo tersebut menyebabkan kelangkaan suku-cadang yang sangat berpengaruh terhadap kesiapan operasional alutsita nasional. Saat itu, hampir keseluruhan F-16, F-5 dan Hawk-209/209 kita terpaksa di-grounded karena sulitnya suku-cadang akibat embargo AS dan sekutunya. Hal inilah yang kemudian mendorong kita untuk berpaling ke produk-produk buatan Timur (Rusia, China), sebagai salah satu cara untuk meminimalkan ketergantungan akan produk-produk Barat yang sarat dengan kepentingan politik negara penjual.
Kontrak pembelian pesawat Sukhoi ini akhirnya ditanda tangani pada tahun 2003 pada masa pemerintahan Persiden Megawati Sukarno Putri. Namun, kontrak pembelian Sukhoi ini mengalami banyak penolakan dari berbagai pihak di Indonesia sendiri, termasuk kalangan Legeslatif. Sampai pernah kita mendengar istilah Sukhoi Gate yang berencana mengusik kontrak pembelian Sukhoi ini. Entah apa yang menjadi dasarnya, namun tidak menutup kemungkinan ada pihak-pihak asing yang menekan untuk menggagalkan kembali pembelian Sukhoi ini, agar Indonesia tidak mendekat ke Rusia dan terus berada di bawah kendali Amerika dan Sekutunya.
Namun akhirnya, Indonesia berhasil membeli 4 pesawat Sukhoi dari Rusia. 4 pesawat ini terdiri dari 2 Su-27 SK (kursi tunggal) dan 2 SU-30MK (kursi ganda). Hadirnya Sukhoi ini setidaknya telah menaikkan kekuatan Angkatan Udara Indonesia walapun ketika belum dilengkapi senjata yang lengkap.
Pembelian Sukhoi Batch Dua di Era Presiden Susilo Bambang Yudoyono
Proses pembelian Sukhoi Batch Pertama yang mengandung bayak sekali kontroversi awalnya, banyak disebabkan keraguan dari berbagai pihak akan kemampuan pesawat Sukhoi itu sendiri. Namun setelah Indonesia mengopreasikan 4 Su-27/30, keraguan akan kemampuan Sukhoi ini menjadi sirna. Malah menjadi terbalik, semakin banyak pihak-pihak terkait yang mendorong agar Indonesia kembali membeli Sukhoi untuk melengkapi Sukhoi yang sudah ada.
Keinginan ini semakin menguat ketika Malaysia melakukan klaim sepihak terhadap wilayah Indonesia yaitu perairan Ambalat yang kaya minyak pada tahun 2005. Klaim ini dijawab Indonesia dengan melakukan Modernisasi Militer Indonesia termasuk Angkatan Udara agar Malaysia tidak lagi memandang Indonesia dengan sebelah mata. Akhirnya Indonesia menandatangani kontrak pembelian 6 Sukhoi yang terdiri dari 3 Su-30MK2 dan 3 Su-27SKM.
Nah, pada pembelian Batch kedua ini kita menemukan banyak misteri dibaliknya. Salah satunya adalah ketika penerimaan pertama 3 Su-30MK2 di Makasar. 2 Su-30MK2 yang baru tiba di Makasar, sedang dalam tahap uji terbang, dan ketika sedang terbang, pesawat tersebut di Lock oleh pesawat musuh yang tidak dikenal. Kejadian ini sangat menghebohkan dunia militer Indonesia. Kita bisa melihat, bahwa ada pihak-pihak tertentu di dunia ini yang tidak senang dari kehadiran Sukhoi di langit Indonesia. Wujud dari ketidaksenangan mereka, munkin susah untuk disampaikan secara terbuka karena akan dianggap sebagai campur tangan terhadap kedaulatan Indonesia, sehingga mereka melakukannya dengan cara yang sedikit ‘kasar’, yaitu me Lock Sukhoi tersebut.
Tidak hanya itu, ketika pengiriman tahap kedua yaitu 3 Su-27SKM ada juga kejadian yang sangat mengejutkan yaitu tewasnya 3 orang ahli teknisi Sukhoi yang turut mendampingi kedatangan Sukhoi ini ke Indonesia. Tewasnya ketika teknisi ini menandakan ada sesuatu yang tidak beres dan tidak kemungkinan ada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Sukhoi Indonesia sehingga hal ini bisa terjadi.
Apakah hanya satu kebetulan saja? Dua kejadian ganjil terjadi terhadap kehadiran Sukhoi Indonesia ini menunjukkan kemungkinan adanya pihak-pihak luar yang tidak senang akan kehadiran Sukhoi di Indonesia. Tetapi siapa dibalik misteri ini?? Hanya pihak yang terlibat dah Tuhan saja yang tau..
Pembelian Sukhoi Batch Tiga di Era Presiden Susilo Bambang Yudoyono
Saat ini Indonesia sudah memiliki 10 SU-27/30 sebagai penjaga kedaulatan Indonesia. Namun jumlah ini masih belum bisa menandingi 18 Su-30MKM milik Malaysia dan 24-F15SG milik Singapura. Untuk itu, Indonesia kembali melakukan pembelian 6 Su-30MK2 untuk melengkapi Sukhoi Indonesia menjadi satu skuadron penuh yaitu 16 Su-27/30. Kontrak pembelian ini sudah ditandatangani beberapa waktu lalu. Pesawat ini diharapkan hadir di Indonesia sebelum Tahun 2014.
Namun, pembelian tahap ketiga inipun tidaklah terlepas dari Kontroversi. Banyak sekali pihak yang mempertanyakan pembelian ini. Bahkan ada tuduhan pembelian ini mengalami Murk Up harga dan terindikasi korupsi. Namun, Kementerian Pertahanan telah membantah keras tuduhan ini. Beberapa LSM di Indonesia bahkaan melaporkan Kemenhan ke KPK terkait pembelian Sukhoi ini. Tentunya kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik tentunya mendukung transparansi pembelian Sukhoi ini, agar kemungkinan terjadinya Murk Up dan korupsi bisa di hindarkan.
Namun yang sedikit mengherankan bagi saya pribadi sebagai orang awam di dunia militer dan politik adalah begitu kerasnya penolakan pembelian Sukhoi ini. Memang benar bahwa dugaan mark up harus di tuntaskan. Namun yang menjadi keheranan saya adalah Kenapa pembelian Sukhoi begitu heboh sampai Kemenhan di laporkan ke KPK. Sementara ada juga proses Hibah 24 F-16 yang juga menelan biaya yang sangat besar dan bisa saja terjadi mark up harga, namun penolakan terhadap Sukhoi ini sepertinya jauh lebih besar dari penolakan hibah F-16.
Adakah kaitan semua kejadian ini?
Satu pertanyaan yang sering muncul bagi saya, dan mungkin bagi rekan-rekan pembaca sekalian. Adakah kaitan semua kejadian diatas? Saya tidak berani mengatakan atau menuduh semua itu ada kaitannya. Namun dari penalaran kita, kita bisa melihat bahwa proses pembelian Sukhoi oleh Indonesia mengalami begitu banyak sekali hambatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Gagalnya pembelian 12 Su-30KI, Lock terhadap 2 Su-30MK2 oleh pihak asing, tewasnya 3 teknisi Sukhoi yang turut mendampingi kedatangan 3 Su-27SKM ke Indonesia serta besarnya tekanan terhadap Kemenhan ketika melakukan pembelian Sukhoi batch ke tiga ini, mudah-mudahan hanyalah kebetulan semata dan juga mudah-mudahan tidak ada kaitannya antara satu dengan lainnya.
Semoga apa yang saya takutkan selama ini tidak benar. Ya benar, selama ini saya memiliki sedikit ketakutan bahwa ada pihak-pihak luar dan dalam yang tidak mengharapkan Indonesia memiliki Sukhoi. Hmm Mudah-mudahan ketakutan saya pribadi ini tidak benar, dan hanya sebuah imajinasi saya saja. Mudah-mudahan hanyalah sebuah imajinasi saya sebagai orang awam dibidang militer.
Label : Pesawat Tempur |
Pesawat Tempur Indonesia |
Alutsista |
Alutsista Indonesia |
Militer Indonesia |
Baca juga artikel terkait lainnya :
1.
Peta Kekuatan Angkatan Udara di Asia Tenggara (Part 2)
2.
Angkatan Udara Indonesia 2005 Vs Angkatan Udara Indonesia 2014
3.
Peta Kekuatan Angkatan Udara di Asia Tenggara (Part 1)
4.
Super Tucano dan Peranannya di Angkatan Udara Indonesia
Belum ada komentar untuk artikel ini