Melektech |
09 Oct 2015 18:28:48
Kelihatanya seperti itu bung
Masih ingat kejadian dahulu, ketika Indonesia akan membeli 6-unit baru F-16C/D Block 52, namun ketika akan teken perjanjian ada bisikan kalau ada HIBAH F-16 milik USAF yang menganggur, maka perjanjian berubah ke HIBAH 24-unit F-16C/D Block 25 yang di Upgrade ke Block 32+
ennyarrow |
09 Oct 2015 23:23:09
harus di ingat juga dan ini bukan teori, Pengamat militer ternama di indonesia ibu Connie Bakrie mengatakan kalau indonesia sudah dikepung pangkalan militer USA, setelah afganistan, libya, suriah irak, indoensia target berikutnya....semua orang di Lemhanas mengakui kalau USA itu RAKUS dalam mengambil sumber daya alam, kalau perlua nyawa tumpah ratusan ribu dan jutaan no problem bagi USA.... ngga mungkin donk kita mengandalkan F 16 untuk melawan serbuan USMC di darwin, senjata USA dan EROPa utnuk di LCS
Melektech |
10 Oct 2015 00:22:29
Dia Istrinya Djaja Suparman ya........
https://id.wikipedia.org/wiki/Djaja_Suparman
-------------------------------------------------------
ngga mungkin donk kita mengandalkan F 16 untuk melawan serbuan USMC di darwin, senjata USA dan EROPa utnuk di LCS
------------------------------------------------------
memangnya kita bisa melawan USA mas ?
Apakah bisa 16 unit Su-35 TNI-AU melawan 186 unit F-22 Raptor + 200 unit F-15E + 1000 unit F-16 + 500 Unit F-18, belum lagi F-35
Untuk menghancurkan Indonesia, ngak perlu memakai perang, pakai saja cara paling KUNO :
"Devide et Impera", dijamin 100% berhasil
Ada jalur yang lebih baik tentunya untuk menghadapi RAKSASA yang menurut anda RAKUS tersebut, yaitu dengan jalan taktik "DIPLOMASI" yang canggih
GI |
10 Oct 2015 01:08:52
16 Su-35, kalau biaya operasionalnya Rp 500 juta (ini asumsi terendah), x 170 jam latihan terbang = Rp 1,4 triliun.
(Biaya operasional Su-35 dapat dipastikan akan lebih mahal drpd Rp 500 juta)
Rp 1,4 triliun --- sementara anggaran pertahanan 2016 akan dipotong 7%.
Dengan jumlah uang yg sama, Indonesia dapat mengoperasikan Delapan puluh F-16 (biaya operasional $7000 / jam, sudah disesuaikan dengan kurs skrg), atau Seratus dua belas Gripen (biaya operasional dihitung $4,800 / jam).
penyet |
10 Oct 2015 10:13:35
buat bung @Gl anda kan pengamat independen nih...
sekali2 tolong dong ulas kelebihan su-35 dan kekurangan gripen,
soalnya selama ini kyknya tuh su-35 pesawat bobrok bgt dan gripen superior bgt kalo dilihat dari ulasan2 anda, tp klo ulasan anda tentang su 35 yg tidak layak untuk tni au itu benar,berati harus nya nie barang gak masuk pesawat yg dipertimbangkan di beli oleh tni au.
satu lagi bung @GI atau bung @ADMINmenurut anda kenapa nih barang tetep masuk kandidat klo nih barang g bagus? harus nya klo barang gak bagus mana mungkin punya efek deteren.
jujur saya penggemar thypoon
oh ya buat bung @melectech boleh dishare tentang kemajuan PKR yg dibuat PT.PAL
GI |
10 Oct 2015 10:42:04
Bung @penyet,
Su-35 sebenarnya bukan pesawat yang jelek, tapi bukan pesawat yang sesuai untuk kebutuhan Indonesia, tapi pesawat yang lebih ideal untuk kebutuhan Uni Soviet tempo doeloe.
Kalau mau memakai keluarga Sukhoi, kita harus mulai berpikir memakainya menurut sistem Soviet tempo doeloe.
Pertama2, pemakai Su-35 tidak boleh mengenal keterbatasan anggaran.
Sukhoi tidak pernah dirancang sebagai pesawat yang biaya operasionalnya ekonomis, atau perawatannya mudah.
Sistem Soviet mendikte untuk kemampuan yang handal, pesawat ini harus didukung jumlah spare part yg selalu siap, dan diproduksi terus-menerus. Pemakai juga dituntut untuk selalu siap beli baru setiap 10 tahun.
Kenyataannya, masa2 dimana anggaran tinggi seperti di jaman Soviet sudah tidak ada lagi.
Russia saja mulai kewalahan mengurus semua pesawat mereka yang sebenarnya masih dibuat dengan sistem Soviet ini, kok! Mereka kabarnya bahkan tidak punya cukup uang, dan tidak dapat memproduksi spare part dalam jumlah yg cukup untuk sustainability pesawat2 mereka
Kalau mau beli hemat, Indonesia sudah melihat ke tempat yang salah!
Kedua, untuk Su-35 bisa menunjukkan efek gentarnya; Indonesia juga membutuhkan banyak pilot seperti Sergey Bogdan -- test pilot Su-35 di Paris Air Show 2013
Lihat diatas --- biaya operasional Su-35 tidak akan murah!
Darimana negara serba-hemat seperti Indonesia mau menaruh banyak jam terbang ke pilot2 Indonesia yang menerbangkan Su-35??
Ketiga, Indonesia juga akan membutuhkan sistem pertahanan yang dibuat menurut sistem Soviet untuk penggunaan Su-35 secara optimal
Belilah radar2 dan sistem komunikasi buatan Russia! Dan, jangan lupakan SAM battery seperti SA-300, atau peluncur2 jarak pendek seperti Buk-1M. Kita juga mungkin perlu membeli A-50 Beriev, satu pesawat AWACS Russia yg tidak mungkin bisa di-maintain sendiri.
.... atau, pilihan kedua.....
Bersiap2lah investasi milyaran US$ untuk membuat sistem network sendiri yang memadukan Alutsista Barat dan Timur. FYI -- belum ada negara yg benar2 berhasil melakukannya, Indonesia boleh menjadi kelinci percobaan pertama di dunia!
Kalau tiga persyaratan diatas dapat dipenuhi, Su-35 akan menjadi pesawat yang mungkin cukup handal.
Sy tuliskan mungkin karena sampai sekarang Su-35 belum pernah teruji secara operasional.
Perhatikan saja sepak terjang Russia di Syria:
Mereka malah membawa Su-30SM buatan Irkut ke Syria, untuk uji coba lapangan mereka yang pertama --- membomi orang Sunni Muslim disana --- bukan Su-35.
penyet |
10 Oct 2015 10:59:39
maaf@bung GI sepertinya pertanyaan saya belum njenengan jawab mengenai kelebihan s 35 dan kekurangan gripen.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Su-35 sebenarnya bukan pesawat yang jelek, tapi bukan pesawat yang sesuai untuk kebutuhan Indonesia, tapi pesawat yang lebih ideal untuk kebutuhan Uni Soviet tempo doeloe.
Kalau mau memakai keluarga Sukhoi, kita harus mulai berpikir memakainya menurut sistem Soviet tempo doeloe.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
1.terkait ulasan anda terkait :kita harus mulai berpikir memakainya menurut sistem Soviet tempo doeloe. bisa dijelaskan lebih spesifik lg...
2.membomi orang Sunni Muslim disana -berati amerika dan nato juga melakukan hal yang sama?
GI |
10 Oct 2015 11:22:58
@bung penyet
Ini untuk menjawab point kedua -- kekurangan Gripen.
Gripen sebenarnya tidak pernah dirancang sebagai pesawat tempur yang paling cepat dan kemampuan kinematisnya paling superior, jarak jangkau / payload-nya paling besar, untuk membawa radar yg paling besar untuk kemampuan deteksi yg paling tidak terkalahkan, atau mempunyai RCS yang dapat mengimbangi stealth fighter.
IMHO, dalam segala kekurangannya, Gripen-NG justru tetap menjadi pesawat yg justru paling ideal untuk memenuhi kebutuhan Indonesia jangka panjang.
Kinematis
Kalau uang bukan masalah, Typhoon atau Rafale akan memiliki banyak keunggulan kinematis / tehnis. Keduanya bisa terbang lebih tinggi, dan kecepatan supercruise mereka juga lebih tinggi. Inilah kenapa negara2 berkocek tebal seperti Qatar, UAE, dan Kuwait sudah / akan membeli Typhoon dan Rafale. Mereka tidak akan melirik Gripen.
Akan tetapi perbedaan kemampuannya tidak akan jauh, faktor pilot akan jauh lebih menentukan duel antara Typhoon / Rafale vs Gripen. Kabarnya kemampuan sustained turn rate, dan roll rate dalam pertempuran jarak dekat, dengan desain close-coupled delta cannard, Gripen akan mengimbangi atau melebihi semua close-range EM fighter seperti Typhoon, Rafale, atau F-16.
RCS
Dari segi RCS juga, Gripen tidak akan dapat bersaing dengan F-35 yang katanya hanya sebesar burung kecil --- dari depan.
Walaupun begitu, RCS Gripen sudah dikenal kabarnya hanya 0,1 m2, lebih kecil daripada kebanyakan pespur non-stealth, termasuk F-16. Ini sudah cukup untuk menyulitkan deteksi dari pespur modern yg memakai AESA radar.
Ukuran Gripen kecil
Yah, mungkin survivability-nya kalau terhantam missile tidak akan sebaik, misalnya, F-15, yg sudah pernah berhasil mendarat dengan 1 sayap saja.
Untuk mengatasi kekurangan ini, SAAB sudah mengklaim kalau Gripen dapat membawa jauh lebih banyak flare decoy dan chaff untuk menghalau missile lawan, dibanding semua tipe Barat yg lain.
Jarak jangkau
Gripen-NG jarak jangkaunya akan cukup bersaing, tapi jangan harap kalau bisa menandingi Su-30 atau F-15E dalam hal payload / range.
Di lain pihak, mengingat Indonesia tidak ada rencana untuk menyerang negara lain dari jarak jauh, kenapa kita membutuhkan pesawat bermesin ganda untuk kelebihan jarak jangkau / payload??
Biaya jam terbang utk pespur di kelas Sukhoi akan 10x lipat lebih mahal dibandingkan Gripen!
Kekurangan terakhir, penjualnya adalah SAAB.
SAAB tidak mempunyai kemampuan marketing yg besar, yg bisa menandingi kalibernya Sukhoi, Dassault, atau Lockheed-Martin.
Dan dewasa ini, dimana pembelian senjata berarti "kami ingin menjadi sahabat anda", kemampuan geopolitik dan finansial pemerintah Swedia juga tidak akan pernah bisa bersaing dengan US, terutama.
Kalau transaksi pembelian F-5 ini, misalnya, US tentu saja akan jauh lebih murah hati untuk menawarkan paket offset yg mungkin lebih menguntungkan Indonesia secara finansial.
Sedangkan Russia......komisi... komisi... komisi.... akan menjadi salah satu bagian tidak resmi dari prosedur standard paket offset mereka.
SAAB akan menjawabnya dengan kerjasama jangka panjang dengan industri2 pertahanan nasional, dan melalui Transfer-of-technology secara bertahap, yang jauh lebih murah hati dibandingkan US ataupun Russia yg sudah terkenal pelit.
====================================
As one engineer says: “The Swedish air force could not afford to do this the traditional way”—and neither can many others.
====================================
GI |
10 Oct 2015 11:40:09
===========================
1.terkait ulasan anda terkait :kita harus mulai berpikir memakainya menurut sistem Soviet tempo doeloe. bisa dijelaskan lebih spesifik lg...
===========================
Sy rasa jawaban sy sudah cukup jelas.
1. Uang tidak pernah boleh menjadi masalah, krn biaya operasional pesawat ini akan sangat mahal.
Sy lupa menambahkan diatas, sebaiknya juga Indonesia membeli lebih banyak daripada 16 pesawat, krn pesawat buatan Ruski tidak dikenal sebagai pesawat yg dapat dipakai dalam operasional tempo yang tinggi --- dapat mengudara berkali-kali dalam sehari, seperti F-16.
2. Kemampuan training pilot Su-35 juga harus bersaing dengan standard pilot NATO.
Mitos yg dipercaya kebanyakan orang: Apakah Su-35 akan menjamin kalau pasti bisa menang kalau berhadapan dengan F-16 Block-52+ yang secara tehnis lebih kuno?
Kalau pilot F-16 Block-52+ sudah pengalaman terbang bertahun2, pernah latihan di Red Flag, dan Pitch Black, sudah mengumpulkan 1,000+ jam terbang, dan terkoneksi dengan Link-16 Network dengan pesawat AWACS, dan beberapa F-16 yang lain; sedangkan pilot Su-35 baru mengumpulkan 200 jam terbang, dan tidak ada support AWACS, siapa yang memangnya bakal menang?
Nah, Indonesia punya uang atau tidak untuk melatih pilot Su-35 dalam jumlah jam terbang yg bersaing menurut standard NATO?
Russia saja tidak punya, dan kebanyakan pilot mereka saja kurang training.
3. Situational awareness untuk Su-35.
Kalau melihat sejarah, pemenang setiap pertempuran udara adalah pihak yang memiliki situational awareness lebih tinggi dibanding lawan. Mereka bisa memergoki lawan di saat lawan mereka tidak siap, dan bukan sebaliknya.
Apakah Indonesia mempunyai infrastruktur pendukung yg siap untuk dapat mengoptimalkan situational awareness untuk pilot Su-35?
Meragukan!.
Berarti Su-35 Indonesia akan menjadi lone wolf yg justru lebih mudah dihabisi oleh lawan yang mempunyai situational awareness lebih tinggi.
penyet |
10 Oct 2015 11:47:44
Mantab dan trmkasih analisanya bung GI.saya akui saya tdk suka gripen bgitu pula s35,krn saya
sangat antusias dan berharap EF jadi plhan AU meski bukan pengganti F-5.
bung GI atau bung Admin; satu lagi yng ingin saya tanyakan apa kelebihan s 35 menurut anda(abaikan dulu kelemahanya krn sudh banyak di bahas) sampai2 tni au berminat untuk membelinya meskipun sampai sekarang blum ada kontrak resmi..?
Melektech |
10 Oct 2015 12:07:02
@Penyet,..............saya tahu ke ingin an anda
pasti masalah EMBARGO kan ?
pasti masalah kemudahan dapat akses ke RUDAL -RUDAL canggihnya kan ?
Dst,..............
Soalnya sejak pertanyaan dari awal anda, arahnya untuk kesana
Admin |
10 Oct 2015 15:18:27
@peyet,
terkait pertanyaan mas :
====================
apa kelebihan dan kekurangan Su-35 dibanding Gripen dan sebaliknya dalam konteks Indonesia?
====================
hmm untuk pertanyaan ini, akan sangat bergantung kepada apa requirement dan rencana jangka panjang yang sedang disusun pemerintah dan TNI AU sebagai user saat ini. sayangnya saya tidak tau requerement apa yang dicari TNI AU dan apa rencana jangka panjangnya.
maka kalau saya menjawab tanpa tau kedua hal itu, ya artinya saya kan ngomong ngalor ngidul heheh becanda saja..
seandainya requerement dan planning TNI AU dan pemerintah adalah mendatangkan pesawat tempur superioritas udara yang memiliki payload dan range tempur besar agar bisa mengusung misi tertentu yang dianggap penting dimasa depan, maka jelas Su-35 BM akan lebih baik dari Gripen.
Namun jika requrement dan planning TNI AU dan pemerintah adalah pesawat tempur yang tidak harus memiliki payload dan range besar dan harus memiliki biaya murah, maka jelas Gripen jauh lebih baik dari Su-35 BM.
lalu mana yang terbaik? tergantung dari sisi mana kita memandang dan apa sebenarnya requrement dan planning jangka panjang TNI AU sendiri. lalu siapa diantara kita di blog ini yang tau secara detail apa requirement dan planning jangka panjang TNI AU kedepan? kalau saya jujur sama sekali tidak tau.. yang tau boleh bersuara... hehehe
lalu ke pertanyaan anda selanjutnya :
======================
lalu apa yang menyebabkan TNI AU sepertinya "cinta mati" ke Su-35BM meski itu belum kontrak?
======================
lagi lagi seperti diatas, itu akan bergantung dengan requirement dan planning jangka panjang TNI AU kedepan yang sayangnya tidak ada satu orangpun kita yang tau. atau adakah yang tau?
dalam pemikiran saya (saya ya, bisa saja salah, karena saya sekali tidak tau apa yang sebenarnya, haya tebak-tebak) TNI AU merencanakan memiliki dua tipe pesawat tempur yaitu satu tipe kelas berat untuk misi-misi khusus tertentu dan satu type pesawat tempur kelas ringan/menengah untuk dijadikan kuda beban(workhorse) untuk kebutuhan patroli dan misi sejenisnya.
kalau untuk pesawat tempur kelas berat, sepertinya pesawat tempur Sukhoi dan keluarganya sudah menjadi "standard" untuk kelas ini
sedangkan untuk pesawat tempur kelas ringan/menengah tampaknya pesawat tempur F-16 sudah dijadikan "standard" untuk kelas ini.
pesawat tempur lain seperti Gripen, Rafale dan Typhoon mau ga mau harus berebut dengan dua penghuni "standard" kelas tersebut. maka saya sebut selain Su-35BM, F-16 Viper punya kans besar masuk ke Indonesia.
tapi ini menurut saya ya yang bisa saja salah, karena saya tidak tau apa sebenarnya yang terjadi. kalau ada yang mau koreksi, saya terima di koreksi karena saya juga hanya nebak-nebak.. heheh
just IMHO dan CMIIW
GI |
11 Oct 2015 08:23:01
======================
lalu apa yang menyebabkan TNI AU sepertinya "cinta mati" ke Su-35BM meski itu belum kontrak?
======================
IMHO, ada tiga faktor yang menyebabkan demikian:
Pertama, media Barat terlalu senang meninggi2kan Su-35, dan tanpa sadar mereka menjadi biro iklan gratis untuk "kehebatan" pesawat ini
Kita tidak pernah boleh lupa, kalau Russia sendiri bahkan bilang kalau Su-35 adalah pesawat paling modern mereka saat ini.
Sayangnya, bagi yg membaca artikel Su-35 di media Barat, kita harus sadar kalau publikasi semacam ini membutuhkan "reference threat" terhadap tipe pespur yg dipakai di negara2 masing2.
Dengan melebih2kan kemampuan Su-35, media Barat dapat bertanya ke pemerintah mereka:
"Apakah pespur negara kita akan dapat menghadapi Su-35?"
Ini adalah kebiasaan lama yg sudah turun-temurun sejak jaman perang Dingin. Artinya belum tentu Su-35 sebaik iklannya.
Ausairpower.net adalah langganan para Sukhoi Fanboy. Beberapa referensi dari artikel disana sudah sering di copas / diadaptasikan untuk referensi Indonesia di bbrp blog kok.
Sepertinya ada kesan kalau membeli Su-35 seperti "prestige buying"; Indonesia dapat dilihat didunia kalau sudah membeli pesawat Russia yg paling top, yg sudah dielu2kan di media Barat.
Kedua, atraksi Su-35 dalam Paris Air Show 2013 memang sangat memukau!
Russia juga gemar promosi. Mereka mengiklankan kemampuan supermanueverability, melalui TVC.
Padahal, pilot2 Barat sendiri reaksinya sebenarnya cukup adem ayem. Mereka bilang, pesawat mereka tidak akan dapat melakukan "atraksi sirkus" seperti Su-35, tapi dalam pertempuran udara, mereka justru menantang: silahkan memakai TVC dalam pertempuran jarak dekat! Kami akan menghabisi anda!
Kita juga sering melupakan, kalau mereka sudah berpengalaman (dalam latihan) untuk menangani pespur terkenal lain yang juga mempunyai fitur TVC ---- F-22.
Oh, hampir melupakan. WVR missile modern di kelas AIM-9X-2 mempunyai fitur untuk dapat ditargetkan ke lawan dengan bantuan datalink dari pespur lain. Ini artinya supermanueverability (dan kehilangan kecepatan, dan lift) dewasa ini justru sudah jauh lebih berbahaya dibandingkan 10 tahun yg lalu.
Ketiga, para pejabat sering menyebut "kita sudah terbiasa dengan Sukhoi...."
Ada miskonsepsi disini kalau mereka berpikir Su-35 yg produksi tahun 2008 akan memiliki banyak persamaan dengan Su-27/30 tehnologi tahun 1980-an yg sudah dimiliki Indonesia saat ini. Sayangnya, Su-35 bukan semata hanyalah upgrade dari Su-27, dan mungkin masih berbagi spare part....
Su-35 adalah pesawat yg sama sekali baru; mulai dari yg gampang2 saja, seperti ban, canopy saja sudah berbeda dengan Su-27/30!
Daftar spare part sudah jelas akan berbeda jauh -- mungkin hampir 95% part yg dipakai diatas Su-35 akan berbeda dengan Su-27.
Akibatnya jelas -- TNI-AU akan harus membuat daftar spare part baru, dan membeli dalam jumlah yg kurang ekonomis, karena tidak bisa digabung dengan spare part Su-27/30.
Dari segi training perawatan / maintenance juga sama saja. Para tehnisi support harus mulai belajar lagi, hampir dari nol.
errik |
11 Oct 2015 10:13:25
Paling bagus adalah TNI-AU mengecek & merasakan langsung kokpit SU-35. Dari situ mereka akan benar2 sadar apakah SU-35 itu sama konfigurasinya dengan SU-27/30.
Typhon udah boyong simulator & dummynya, Perancis udah ngasigh kesempatan pilot TNI-AU terbangin pesawatnya, SaaB ngasih kesempatan TNI-AU dengan ngecek operasional Gripen+AEW&C-nya Thailand (yg beli ngeteng) & ngeliat lini produksi SaaB di Swedia selain sebelumnya boyong simulator ke Indo-Defence, AS boyong simulator F-16 Viper.
Rusia belum nawarin SU-35 itu rasanya gimana, selain basa-basi Dubesnya. TNI persah ngunjungi Rusia tapi itu kontingen TNI-AL & ngecek kilo yg akhirnya membuyarkan mimpi TNI boyong gratis 10 kilo bekassetelah ngeliat sendiri kondisinya. Beda ketika TNI ngecek F-16 bekas di gurun yg justru memantapkan pilihan ngalahkan 6 F-16 52 real baru.
Sejauh ini kok gak ada kabar lg ya soal negosiasi Rusia ini. Yg ada malah rumor jet tempur Rusia ditembak jatuh f-16 Turki.
Melektech |
11 Oct 2015 14:21:55
Itulah yang bikin ANEH bung @errik
Su-35 didatangkan dan berdemo pada Air Show China 2014
Tapi malah TIDAK di Indonesia
Soalah olah kita ini tidak penting dimata mereka (rusia), cenderung "diremehkan"
Belum beli sudah diremehkan, apalagi besok kalau sudah beli ???
kemungkinan kalau kita butuh Spare-Part, kita akan di cueki / diabaikan
Berbeda dengan perusahaan lainnya yang sangat menghormati kita, Gripen, Rafale, Typhoon dan sekarang F-16V
Kalau caranya seperti ini, maka lupakan saja ToT dari Rusia
GI |
11 Oct 2015 17:34:10
Pssst.... mau tahu masalahnya kenapa Su-35 tidak akan berdemo di Indonesia, apalagi untuk membawa simulator seperti saingan2nya?
Su-35 itu single-seat fighter.
Tidak ada versi twin-seat untuk "test drive" pilot asing.
Pilot dari luar Rusia harus berlatih dahulu untuk mendapat sertifikasi memiloti Su-35, sebelum diperbolehkan untuk "menjajal" sendiri.
Rahasia kedua, Russia biasanya "super pelit" untuk mengijinkan pilot dari luar Russia untuk "menjajal" pespur mereka yg paling modern.
India, walaupun membayar 50% dari proyek PAK-FA, pilotnya bahkan belum pernah diijinkan untuk mencoba PAK-FA T-50.
Inilah salah satu faktor kenapa penjualan Su-35 itu sulit!
Kecuali Indonesia yg ngebet, kebanyakan negara pasti mau pilotnya mencoba dahulu sebelum mulai mengumbar mau beli pesawat tipe-A, atau tipe-B.
Sebaliknya, masalah yg sama tidak didapati di semua saingannya.
Indonesia tinggal mengirim pilot2 TNI-AU dalam satu studi grup, dan dapat menjajal twin-seater Gripen-D di Linkoping; F-16D di Forts Worth, Rafale-B di Dijon, atau Eurofighter Typhoon twin-seater di Spanyol.
Masalah berikutnya berkaitan dengan masalah diatas -- seperti sudah ditulis bung @Melektech diatas -- Russia memang sama sekali tidak menganggap Indonesia sebagai customer yg berarti!
Russia tidak bodoh.
Mereka tahu keuangan Indonesia cekak. Buat apa buang2 duit dan waktu untuk memperebutkan kontrak pesawat mereka yg paling modern, hanya untuk order-nya mentok di 16 pesawat, mau nyicil lagi?
Di tahun 2003, Malaysia berbeda. Mereka sebenarnya bisa kontrak 18 Su-30MKM, karena menjalin hubungan kerjasama dengan India.
Keluarga Su-30MKI/MKM/SM tentu saja dinilai Russia dari segi faktor resiko jauh lebih rendah. Produksinya direncanakan 200 unit, dan basis tehnologinya juga sebenarnya dari Su-35/37 konsep di pertengahan tahun 1990-an.
Irkut sih senang2 saja, karena Su-30MKM dapat dijadikan model untuk penjualan Su-30SM ke Russia dan Su-30MKA ke Algeria.
Rahasia terakhir -- flight simulator dari Su-35 dalam kaliber yg sama dibanding simulator saingan2nya belum cukup mapan!
Link yg memperlihatkan Simulator Su-35 -- sudah pernah di-post oleh bung @Antonov di JKGR:
===============================================
http://su-27flanker.com/2015/01/05/real-flight-simulator-su-35/#
===============================================
Kelihatannya menarik, bukan?
Tapi silahkan tanya sendiri:
Memangnya Russia sudah membuat berapa simulator untuk Su-35?
Apalagi kalau kita menghitung, hanya ada 48 Su-35S yg sudah dipesan Russia, bukan?
SAAB, Dassault, LM, dan Eurofighter tidak mempunyai masalah yg sama.
Mereka sudah membuat lusinan model -- beberapa variant bahkan dapat mudah di-kirim untuk transport dengan mudah untuk dipertunjukkan ke prospective client.
Oh, dan sebenarnya Russia agak telat masuk ke tehnologi simulator, seperti diperlihatkan dalam artikel 2010 ini:
================================================
http://halldale.com/insidesnt/russian-flight-simulator-industry#.Vhoy5ezzriw
================================================
CSTS Dinamica adalah partner utama pembuat simulator untuk Sukhoi.
Tapi seperti halnya dalam bidang elektronik militer, para pembuat simulator untuk Russia sebenarnya harus bergantung pada kerjasama dengan industri2 Barat.
Partner CSTS Dinamica adalah CAE Canada, yg baru saja menandatangani MOU kerjasama di tahun 2009.
.... dan seperti kita tahu, embargo militer yg sudah diberlakukan sejak Rusia memulai agresi militer ke Ukraine, berarti masa depan industri simulator Russia sudah terancam.
===============
Catatan Akhir
===============
Sejak Perang Korea di tahun 1950, sepanjang sejarah, belum pernah ada satu negarapun yg terbukti lebih sukses dalam memakai pesawat buatan Soviet, kalau menghadapi negara yg memakai pesawat buatan Barat.
Ini adalah lampu kuning terakhir, apalagi untuk pesawat yg sama sekali belum teruji seperti Su-35.
Admin |
11 Oct 2015 21:56:30
@GI dan @Melektech,
terkait komentar mas berdua yang intinya mirip seperti dibawah :
=======================
Masalah berikutnya berkaitan dengan masalah diatas -- seperti sudah ditulis bung @Melektech diatas -- Russia memang sama sekali tidak menganggap Indonesia sebagai customer yg berarti!
Russia tidak bodoh.
Mereka tahu keuangan Indonesia cekak. Buat apa buang2 duit dan waktu untuk memperebutkan kontrak pesawat mereka yg paling modern, hanya untuk order-nya mentok di 16 pesawat, mau nyicil lagi?
=======================
Rusia tidak pernah menganggap Indonesia kostumer yang tidak berarti?? Kita misalkanlah apa yang mas berdua itu bilang adalah benar, maka seharusnya Rusia pasti ga akan ngotot salesin Su-35 BM ke Indonesia kan. artinya kalau menurut Rusia, pasar Indonesia ga penting, ya Rusia ga bakal berusaha keras dung, Indonesia mau ya sukur, klo ga mau ya tidak jadi pikiran. logika sederhananya begitu bukan?
tapi apakah untuk jual Su-35BM ke Indonesia, Rusia sama sekali tidak ngotot? hmmm saya tak tau sama sekali, karena yang tau ya hanya Rusia nya sendiri. yang saya tau hanyalah Dubes Rusia bolak balik dalam jangka waktu yang lama ke Kemhan RI buat nyalesin Su-35BM. sampe sampe kantornya seolah-olah pindah dari Dubes Rusia ke Kemhan RI.
frekuensi dan periode Dubes Rusia bolak balik ke Kemhan RI nyalesin Su-35BM ga kalah banyak dari perwakilan Swedia, Amerika dan negara konsosium EuroFighter.
Kalau lah pernyataan mas berdua bahwa pasar Indonesia itu ga penting bagi Rusia, berarti Dubes Rusia itu ya kurang kerjaan lah ya bolak balik ke Kemhan RI. apa memang Dubes Rusia udah ga ada kerjaan lain sehingga dari pada bengong jadi bolak balik ke Kemhan RI buat nyalesin Su-35 BM?
jadi sekarang menurut Rusia, pasar Indonesia itu penting sih? Tidak penting seperti asumsi mas berdua, atau malah sebaliknya? dan defenisi dari penting atau ga penting itu apa sih?? ah itu semua tergantung persepsi masing-masing kita saja lah. semua orang bebas menjabarkan persepsi-nya kok. namun satu hal yang pasti adalah persepsi tidak selalu berbanding lurus dengan fakta sebenarnya..
Just IMHO n CMIIW
Melektech |
11 Oct 2015 23:53:02
@Admin
Kalau saya jawabnya sederhana : Rusia butuh pemicu (yang mengawali) untuk EKSPOR Su-35
(karena China kelihatannya mbuletisasi)
Indonesia terkenal akan "THE FRIST" akan produk yang tidak laku dari negara lain
-- Korvet SIGMA : Perusahaan Schelde belanda hampir bangkrut, namun karena Indonesia, kapal itu akhirnya laku dipasaran
- T-50 Golden Eagle : Korsel susah payah menawarkannya, namun berkat Indonesia, sekarang mereka laris manis
- Demikian juga KT-1 Wong bee
- Rudal Starstreak : Rudal ini hampir dimusiumkan karena kurang laku, namun berkat lobi keras ke SBY, malka sekarang Thaliand dan Mlaysia juga ikut memesan
- EMB 314 Super Tucano, Dubesnya sendiri yang ngomong kalau Indonesia merupakan pijakan untuk ekspor ke Asia Tenggara
Dst................silahkan menambahi
Admin |
12 Oct 2015 07:16:56
@Melektech,
Kalau mas katakan Rusia membutuhkan Indonesia sebagai pemicu export Su-35BM, berarti secara ga langsung mas bilang Rusia juga anggap Indonesia sbg pasar yang penting alias berarti bukan?
Just IMHO
penyet |
12 Oct 2015 07:34:54
@Melektech terkait komentar anda
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
pasti masalah EMBARGO kan ?
pasti masalah kemudahan dapat akses ke RUDAL -RUDAL canggihnya kan ?
Dst,..............
Soalnya sejak pertanyaan dari awal anda, arahnya untuk kesana
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
sepertiya anda gagal paham dengan apa yang saya tanyakan
1.terkait embargo,selama bangsa ini belum bisa buat sendiri saya rasa potensi embargo akan selalu ada baik barat maupun timur,kenapa disini saya lebih condong ke EF karna melihat trade record mereka dengan Pt DI.meski tdk akan pernah ada tot 100% tp saya yakin ini salah satu cara menjadi mandiri.terlepas inggris jg pernah melakukan embargo.
untuk rusia saya selalu sepakat dg apa yg sering diposting bung GI,bahwa rusia pelit dalam hal tot dan ketersediaan suku cadang nya,
mengenai Gripen mungkin ini satu2nya alasan kenapa gripen mungkin susah bersaing dengan kandidat lain,krn slot untuk single engine sudah ada f-16 mamarika,apalagi bila tawaran terbaru viper bersasil masuk kandidat.terlepas berbagai kemudahan yg ditawarkan Gripen.
2.rudal.:mnungkin benar kata anda ketersediaan rudal mungkin rusia yg paling mudah.
@Admin:lagi2 anda selalu bisa mmberika analisa dg netral,terlepas apa yg ada diplaningkan saya selalu berfikir bahwa pembelian pengganti f-5 dg(klo jadi)s35 hanya untuk jangka pendek saja karna kita tau ketika f-5 pensiun otomatis hanya ad 6 skuadron saja,lagi2 terkait dengan planing tni au bahwa akan ditambahnya skuadron tempur mjadi 11,otomatis akan ada 4 skuadron baru kira2 apa dan siapa kandidat yg masuk.belum lagi jika hawk dan sukhoi era bu mega dipensiunkan jadi akan sangat mungkin arah angin akan trs berubah.
GI |
12 Oct 2015 09:03:32
@Admin,
================================
Rusia tidak pernah menganggap Indonesia kostumer yang tidak berarti?? Kita misalkanlah apa yang mas berdua itu bilang adalah benar, maka seharusnya Rusia pasti ga akan ngotot salesin Su-35 BM ke Indonesia kan. artinya kalau menurut Rusia, pasar Indonesia ga penting, ya Rusia ga bakal berusaha keras dung, Indonesia mau ya sukur, klo ga mau ya tidak jadi pikiran. logika sederhananya begitu bukan?
tapi apakah untuk jual Su-35BM ke Indonesia, Rusia sama sekali tidak ngotot? hmmm saya tak tau sama sekali, karena yang tau ya hanya Rusia nya sendiri. yang saya tau hanyalah Dubes Rusia bolak balik dalam jangka waktu yang lama ke Kemhan RI buat nyalesin Su-35BM. sampe sampe kantornya seolah-olah pindah dari Dubes Rusia ke Kemhan RI.
===============================
Kecuali di RBTH versi bahasa Indonesia, semua website Russia lainnnya (yg berkaitan dengan berita militer) sama sekali tidak pernah menyinggung, atau memusingkan potensi Indonesia membeli Su-35.
Laporan2 media Barat / Russia dari MAKS 2015 sangat jelas! Russia sangat tertarik untuk memicut client2 besar dari.... Timur Tengah, bukan Indonesia!
Lantas kenapa Dubes Russia aktif disini?
Kita tidak akan tahu, bukan, tarik ulurnya sebenarnya bagaimana?
Sudah menjadi rahasia umum, kalau Russia selalu lebih tertarik dengan langganan yang bisa beli diatas 32 pesawat -- alias pembeli besar.
Mengapa begitu?
Mari kita tilik kutipan dari artikel The Diplomat ini.
=========================================
One of the most important issues following the dissolution of the Soviet Union was the distribution of its external state debt and assets among the fifteen successor states. Russia inherited a mammoth military-industrial complex (MIC) that comprised 1,600 defense enterprises staffing nearly two million people. Today, that number has grown to include between 2.5 and 3 million workers, representing 20 percent of all manufacturing jobs in Russia. However, Russia did not inherit an equally robust economy to support its expansive MIC. Average military expenditure as a percentage of GDP in the three years leading up to the break-up of the Soviet Union was 14.1 percent, compared with 3.8 percent for Russia between 1992 and 2013 was 3.8 percent.
To make up for the deficit in military expenditure and maintain the economies of scale to sustain its resource hungry defense and R&D facilities Russia became increasingly reliant on military exports. As Bakshi points out, former Russian Deputy Prime Minister Ilya Klebanov once stated that arms exports were the “life buoy for our defense industries now that the defense budget is so small and military state orders are so few.”
Thus, in addition to fostering strategic cooperation with other countries, the sale of Russian weapons to foreign nations is driven by the financial imperative of bankrolling its own domestic defense industries. In all likelihood, Russia’s decision to revive military exports to Pakistan and others is essentially motivated by the economic need to maintain a high level of military exports.
==================================================
Industri militer Russia ukurannya sangat besar, karena mewarisi sistem industrial di jaman Soviet. Mereka membutuhkan order2 yang besar, karena ekonomi Russia sendiri sudah tidak akan sanggup membayar keberlangungan hidup sistem industrial militer mereka dalam bentuk yg sekarang.
Order besar... bukan negara yg mau membeli dalam jumlah cicilan.
Ini bukan bentuk industrial militer yg sustainable di masa depan. Bagaimana jumlah karyawan MIC Russia bisa naik, sementara anggaran pertahanan Russia tidak akan mampu lagi mencapai dahulu di jaman keemasan masa Soviet?
Apalagi, mengingat PDB Russia sebenarnya sangat tergantung dengan eksport Minyak -- artinya Moscow boleh bersilat lidah bagaimanapun juga, anggaran pertahanan Russia prospek masa depannya juga tidak akan ada pilihan kecuali menurun.
FYI - Russia sebenarnya adalah negara exportir minyak terbesar di dunia. Harga minyak yg sudah anjlok dibawah $40 / barrel, sudah membuat ekonomi Russia jadi amburadul, walaupun sebenarnya memberi angin lega untuk negara2 seperti Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Kalau kita berpikir ttg prospek industri militer Russia di masa depan.....
Sebagai client, Indonesia justru sebaiknya menjauhi produk Russia.
Perpaduan faktor2 negatif dari harga minyak anjlok, prospek anggaran pertahan Russia pasti harus anjlok, embargo militer dari Ukraine (termasuk produksi missile R-27, heat-seeker untuk R-73, dan sistem hydraulic untuk semua Sukhoi) dan Barat (semua sistem elektronik modern, termasuk simulator), dan daftar musuh Russia yg semakin panjang (kecuali Iran dan Suriah), akan membawa seluruh industri militer Russia ke dalam masa long term decline.
Lagipula, jangan pernah melupakan!
PRC walaupun sangat menginginkan Su-35 juga, tidak diijinkan untuk membeli kurang dari 24 Su-35.
Wah, kalau berita2 PRC mau membeli Su-35 sih laris manis sudah sejak tahun 2008!
Kenapa Russia justru akan mengijinkan pembelian menyicil dari Indonesia, apalagi mengingat prospeknya negara ini tidak akan membeli lebih banyak dari 16 pesawat?
Apakah PRC tidak akan protes? Atau mencoba mencuri tehnologi Su-35 melalui "jalan belakang" (Indonesia)?
Dengan demikian, demi penjualan 16 pesawat, dalam jumlah cicilan, apakah Russia siap mengambil resiko kehilangan penjualan sekurang2nya 24 pesawat di PRC?
(bisa jadi mereka juga sedang nego agar PRC beli lebih banyak)
Melektech |
12 Oct 2015 09:17:18
@Admin
Salah besar, yang benar : DIMANFAATKAN
"Habis manis sepah dibuang" , artinya : Hanya dimanfaatkan apabila ada perlu saja, setelah itu ditinggalkan.
Sakit sekali rasanya digitukan, (SAKITNYA TUH DISINI...............)
GI |
12 Oct 2015 09:23:52
Bung @penyet
======================================
belum lagi jika hawk dan sukhoi era bu mega dipensiunkan jadi akan sangat mungkin arah angin akan trs berubah.
======================================
Betul.
Inilah salah satu hutang masa lalu yang sudah mengetuk pintu.
Pembicaraan mau menambah sampai 10 skuadron??
## Sukhoi Su-27/30 yg skrg ada umurnya terjamin, tidak akan lebih panjang dibanding F-16 Block-52ID yang bekas, buatan tahun 1985.
## BAe Hawk 209 (single-seat lightweight fighter) dibeli di pertengahan tahun 1990-an, dan kemungkinan umurnya akan masih bagus sampai 2030, tapi mulai 2020-an, kita sudah akan mulai pusing penggantinya.
Inilah kenapa, dalam perbandingan2 Indonesia harus membeli model yg mana, seharusnya tidak pernah ada perdebatan.
Kalau mau mengoperasikan pesawat tempur dalam jumlah banyak, pilihannya harus single-engine fighter.
Biaya operasional untuk Sukhoi tehnologi tahun 1980-an itu saja 7x lipat dibanding F-16 Block-15OCU!!
BAe Hawk, yg sebenarnya didesain sebagai pesawat latih, kabarnya biaya operasionalnya hanya setengah atau sepertiga dibanding F-16.
Inilah kenapa pilihannya pesawat tempur TNI-AU di masa depan selalu jelas --- Gripen atau F-16?
F-16V tentu saja akan menjadi jawaban yang baik. Kita akan mendapat AESA radar, dan paket offset dari US sudah pasti akan murah hati.
Tetapi kita harus membuat banyak pertanyaan mengenai perlengkapan.
Bung @rezz menuliskan dibawah, apakah kita akan mendapat Link-16 di F-16V?
Pertanyaan yg bagus, karena F-16 Block-52ID yg baru diantar sama sekali tidak diperlengkapi dengan MIDS-LVT Link-16 terminal!
Kalau F-16V membawa terminal untuk Link-16 -- mau connect sama siapa?
Dari sisi tehnologi, mengingat ini akan berhubungan dengan US, dan LM.... jangan pernah berharap banyak!
Oh, dan hampir lupa.... semua F-16 tidak bisa mengisi bahan bakar dari KC-130B TNI-AU (skrg tinggal 1 unit), karena tipe ini memakai flying boom. Jadi jarak jangkaunya juga paling terbatas dibanding semua pilihan ini, apalagi selama Indonesia belum ada duit untuk membeli pesawat tanker di kelas A330MRTT (harga $300 juta / unit).
Atau.... Gripen, versi yg lebih baik adalah versi NG (E/F).
Harga paketnya belum tentu bisa bersaing dengan harga F-16V, karena US yg koceknya tebal terkenal murah hati untuk mengakomodasi negara yg keuangannya cekak. Inilah caranya mereka menjegal penjualan Gripen di beberapa negara NATO di Eropa Timur.
Tetapi, Gripen yang lebih mahal tidak akan memberikan batasan secara tehnologi, network, atau semua embel2 lain yg pasti akan menyertai pembelian F-16.....
SAAB juga satu2nya produsen yg sejauh ini sudah menekan MOU kerjasama Transfer tehnologi dengan BPPT. Pembelian Gripen tentu saja akan meningkatkan prospek kerjasama ini dengan lebih jauh lagi. Industri pertahanan kita bisa maju beberapa tingkat.
Lagipula tidak seperti semua produsen yg lain, SAAB masih menawarkan paket AEW&C dan tawaran produksi lokal untuk RBS-15 anti-shipping missile (TNI-AU minim investasi dalam missile ini)
Admin |
12 Oct 2015 09:32:15
@Melecktech,
Habis manis sepah di buang? bisa di tunjukkan bukti kongkrit yang mendukung pernyataan mas ini yang sudah dilakukan Rusia selama ini ke Indonesia?
mohon dijabarkan agar kita diskusikan bersama ya..
salam
Admin |
12 Oct 2015 10:08:34
@GI,
terkait komentar mas dibawah ini :
=========================
Kecuali di RBTH versi bahasa Indonesia, semua website Russia lainnnya (yg berkaitan dengan berita militer) sama sekali tidak pernah menyinggung, atau memusingkan potensi Indonesia membeli Su-35.
Laporan2 media Barat / Russia dari MAKS 2015 sangat jelas! Russia sangat tertarik untuk memicut client2 besar dari.... Timur Tengah, bukan Indonesia!
=========================
yang mas maksud Rusia tidak mengganggap penting Indonesia itu, Rusia yang mana ya? Media Rusia atau pemerintah Rusia-nya? Apakah media rusia yang mewakili pemerintah Rusia? kalau kita menjadikan media sebagai gambaran kebijakan pemerintahnya, bukannya sudah ada RBTH yang menjadi corong pemerintah Rusia?
kalau saya malah kurang tertarik dengan pemberitaan media, saya lebih tertarik dengan sikap pemerintah Rusia sendiri.
Terkait Rusia sangat tertarik menggaet konsumen Timur tengah, ya itu hal yang sangat wajar. emangnya ada produsen alutsista yang tidak tertarik dengan timur tengah? Kalau mereka tertarik dengan timur tengah apa berarti mereka tidak tertarik dengan Indonesia? sesimple itu kah logikanya?
terkait komentar mas dibawah :
====================
Lantas kenapa Dubes Russia aktif disini?
Kita tidak akan tahu, bukan, tarik ulurnya sebenarnya bagaimana?
Sudah menjadi rahasia umum, kalau Russia selalu lebih tertarik dengan langganan yang bisa beli diatas 32 pesawat -- alias pembeli besar.
====================
kembali lagi, jika memang benar Rusia sama sekali ga anggap Indonesia penting seperti yang mas sampaikan, berarti Dubes Rusia sudah sangat kurang kerjaan karena terlalu sibuk ngurusin itu. Apakah Dubes Rusia kurang kerjaan?
Sudah Rahasia umum Rusia lebih tertarik dengan pembeli dalam jumlah besar? saya kira sudah rahasia umum juga, kalau semua negara produsen alutsista di dunia ini tanpa terkecuali lebih tertarik dengan negara pembeli yang membeli dalam jumlah banyak, ga hanya Rusia... tapi pertanyaan saya, apakah kalau mereka lebih tertarik dgn pembeli besar mereka harus mengabaikan pembeli kecil ditengah persaingan pasar yang sangat teramat sulit seperti sekarang ini?
maaf bagi saya apa yang mas sampaikan sama sekali tidak masuk akal. sejauh yang saya tau, Rusia dan negara kandidat lainnya tidak hanya menjual alutsista ke Indonesia, tetapi menebar pengaruh politik internasional dari alutsista yang mereka jual ke Indonesia. nilai pengaruh politik internasional itu terkadang lebih berharga dari nilai pembelian alutsistanya sendiri. please dont forget it...
terkait komentar mas dibawah ini :
==========================
Kenapa Russia justru akan mengijinkan pembelian menyicil dari Indonesia, apalagi mengingat prospeknya negara ini tidak akan membeli lebih banyak dari 16 pesawat? Apakah PRC tidak akan protes? Atau mencoba mencuri tehnologi Su-35 melalui "jalan belakang" (Indonesia)?
Dengan demikian, demi penjualan 16 pesawat, dalam jumlah cicilan, apakah Russia siap mengambil resiko kehilangan penjualan sekurang2nya 24 pesawat di PRC?
(bisa jadi mereka juga sedang nego agar PRC beli lebih banyak)
==========================
Apakah China tidak akan protes?? Who cares about that... Rusia tau tujuan China membeli Su-35 BM untuk tujuan apa, sehingga mereka membatasinya. itu sudah jelas bukan. Sedangkan Indonesia membeli tanpa akan mencuri teknologinya. clear bukan. jelas ada perbedaaan jelas atara keduanya.
Apa hak China protes jika mereka sendiri punya agenda dibalik itu sehingga Rusia menetapkan syarat khusus bagi China. Kecuali jika China beli tanpa ada agenda tersembunyi apapun dibaliknya diharuskan rusia beli lebih dari 24, dan Indonesia boleh beli sedikit. mungkin China akan marah. tapi apakah kondisinya seperti itu? saya kira itu dauh dangat jelas...
China akan mencuri teknologi Su-35BM melalui Indonesia??? saya rasa komentar ini cukup lucu dan aneh.. bisa mas jabarkan kira-kira seperti apa caranya China mencuri teknologi Su-35BM melalui Indonesia?
just IMHO n CMIIW
Melektech |
12 Oct 2015 11:11:37
@Admin
Sebetulnya semuanya sudah dibahas oleh bung @GI, namun garis besarnya adalah Rusia menganggap kita adalah pembeli murni bukan MITRA apalagi TEMAN
Hanya mulut mereka saja yang ngomong gitu, namun buktinya NOTHING
Kita sudah membeli 16 Su-27/30 + 57 BMP-3F + RUDAL, namun apa yang kita dapat ? "NOTHING"
Mereka hanya memanfaatkan UANG KITA saja
Bandingkan dengan Korea Selatan, SAAB Swedia, Jerman, Perancis, dst
Kita juga beli NYICIL pada mereka, namun menreka menganggap kita sebagai MITRA KERJA, bukan hanya memanfaatkan uang saja.
Banyak produk KEMANDIRIAN kebanggaan kita yang dihasilkan dari mereka.
SAAB pun sekarang sudah bekerjasama dengan para AKADEMISI, LEN dan PINDAD, LUDIN, dst.... meskipun produk mereka belum kebeli
Sedang RUSIA ???? apa yang bisa mereka perbuat untuk Indonesia ??? NOTHING
lebih mirip VAMPIR, daripada mitra kerja
batik |
12 Oct 2015 11:14:00
setuju dg admin,
buat tambahan, kemarin juga pernah diberitakan kalau china ingin memasang rudal buatan mereka agar bisa dipasang di su35, bahkan dg radar buatan mereka, kemungkinan masalah inilah yg membuat rusia memberi batasan kepada china harus membeli minimal 24 pesawat. ..
jadi kalau ada yg bilang china akan protes seandainya indonesia membeli sedikit atau menyicil saya rasa bukan alasan yg masuk akal ....
GI |
12 Oct 2015 11:15:22
@Admin
=======================================
kalau saya malah kurang tertarik dengan pemberitaan media, saya lebih tertarik dengan sikap pemerintah Rusia sendiri.
=======================================
Betul.
Kita lihat saja perkembangannya, apakah Russia akan mengijinkan pilot Indonesia "test drive" Su-35, walaupun sudah disebut2 sebagai favorit?
Atau mungkin mencoba simulator Su-35?
=======================================
saya kira sudah rahasia umum juga, kalau semua negara produsen alutsista di dunia ini tanpa terkecuali lebih tertarik dengan negara pembeli yang membeli dalam jumlah banyak, ga hanya Rusia...
=======================================
Anda sbnrnya salah tangkap disini.
US dan Swedia menjual single-engine fighter yang memang ditujukan negara yg keuangannya cekak. Keduanya sudah mempunyai reputasi yg sangat bagus untuk mencoba memudahkan transaksi.
Pabrik di kedua negara, juga sudah berhasil memproduksi dalam nilai yang cukup ekonomis untuk menekan harga agar murah -- inilah kenapa mereka siap mengakomodasi seperti diatas.
Sebaliknya, industri militer Russia akan jauh dari kata efesien. Keluarga Sukhoi adalah pesawat yg mahal.
Tanpa order yg besar, proyek Su-35 tidak akan balik modal.
Yah, untuk mensubsitusi pembelian dalam jumlah yang lebih banyak, harga jual untuk barang yang dibeli dalam jumlah cicilan, harus jauh lebih mahal!
Dan berkaitan dengan jumlah sedikit, dan harga......
======================================
tapi pertanyaan saya, apakah kalau mereka lebih tertarik dgn pembeli besar mereka harus mengabaikan pembeli kecil ditengah persaingan pasar yang sangat teramat sulit seperti sekarang ini?
======================================
Benar juga pernyataan anda!
Sebenarnya dalam hukum ekonomi, ada yang namanya daya beli / jual sebagai kemampuan menawar.
Pembeli kecil berarti membelinya tidak akan dalam nilai ekonomis.
Ini justru akan menjadi kesempatan emas bagi Rosobornexport.
Dimana lagi mereka akan bisa mark up 30 - 50% lebih mahal dari harga pabrik?
Kalau bisa, sih 100% saja, toh si pembeli kecil tidak akan punya banyak pilihan / kemampuan menawar!
Berbeda kalau ke PRC, India, atau Algeria, karena jumlah permintaan mereka lebih besar, kan daya tawar Rosoboronexport menjadi berkurang.
=================================
China akan mencuri teknologi Su-35BM melalui Indonesia??? saya rasa komentar ini cukup lucu dan aneh.. bisa mas jabarkan kira-kira seperti apa caranya China mencuri teknologi Su-35BM melalui Indonesia?
=================================
Selamat berkenalan dengan dunia espionage PRC!
FYI -- mereka sudah berhasil mencuri terrabytes data dari F-35 untuk membuat J-20 dan J-31 kok.....
Cari saja di google, link-nya banyak kok.
=======================================
http://securityaffairs.co/wordpress/32437/intelligence/china-stole-plans-f-35-aircraft.html
=======================================
http://www.nydailynews.com/news/national/snowden-chinese-hackers-stole-f-35-fighter-jet-blueprints-article-1.2084888
=======================================
Ini mencuri melalui bermacam2 jalur --- tapi menghadapi lawan yang dihadapi adalah... U.S.A.
Mengenai rahasia pespur yg dianggap paling modern di dunia!!
Nah, skrg bandingkanlah US dan Indonesia!
Apakah Indonesia sudah 100% terkenal bersih dan anti-sogok?
Apakah sistem keamanan kita sudah 100% teruji, atau terus-menerus di-upgrade seperti di US?
Wah, kemungkinannya justru sangat banyak sekali!!
Kita bisa mengarang 1001 cerita espionisme PRC disini.
Bisa jadi US, dan Australia juga akan turut terlibat untuk "menyelidiki" detail Su-35 dengan lebih jelas. Pesawat yg selama ini menjadi "reference threat" untuk dihadapi F-35.
Su-35 di Indonesia akan menjadi kesempatan emas bagi semua pihak yang mau mempelajari tehnologi terkini dari Russia!
Salam
GI |
12 Oct 2015 11:44:45
===============================
SAAB pun sekarang sudah bekerjasama dengan para AKADEMISI, LEN dan PINDAD, LUDIN, dst.... meskipun produk mereka belum kebeli
===============================
Benar, bung @Melektech
Argumen kita disini sudah terlalu banyak salah arah -- "pilihan A lebih baik, pilihan B lebih jelek -- kemungkinannya produk C masuk cukup besar, dll".
IMHO, sebaiknya justru kita mengubah argumen kita menjadi berikut:
====================================
Memangnya produsen mana yang paling terjamin akan meningkatkan kemajuan industri pertahanan lokal?
====================================
Kita seharusnya bertanya, apakah ada produsen lain yg sudah menelusuri kerjasama lokal seperti SAAB?
Kalau ada, bagaimana bentuknya?
In the end, kita seharusnya bukan pro-Sukhoi, pro-Gripen, atau pro-F-16, tetapi pro-Indonesia...
Mau bersusah-susah dahulu demi kemajuan di masa depan, atau mau bersenang2 langsung sekarang, tapi akan terus-menerus jadi negara CLIENT yg tergantung dengan pihak LUAR.
batik |
12 Oct 2015 12:09:03
GI@
"mereka sudah berhasil mencuri
terrabytes data dari F-35 untuk
membuat J-20 dan J-31 kok.....
Cari saja di google, link-nya banyak kok."
bukankah anda sering bilang, kalau indonesia beli pesawat su 35 pasti akan diberikan versi downgrade, jadi saya kira kalau china memang berniat mencuri data su 35 lebih baik china mencuri data tentang pesawat su 35 dari rusia " versi original"dari pada ke indonesia" versi downgrade"...
Admin |
12 Oct 2015 12:27:17
@GI,
terkait komentar mas di bawah :
========================
Anda sbnrnya salah tangkap disini.
US dan Swedia menjual single-engine fighter yang memang ditujukan negara yg keuangannya cekak. Keduanya sudah mempunyai reputasi yg sangat bagus untuk mencoba memudahkan transaksi. Pabrik di kedua negara, juga sudah berhasil memproduksi dalam nilai yang cukup ekonomis untuk menekan harga agar murah -- inilah kenapa mereka siap mengakomodasi seperti diatas.
Sebaliknya, industri militer Russia akan jauh dari kata efesien. Keluarga Sukhoi adalah pesawat yg mahal. Tanpa order yg besar, proyek Su-35 tidak akan balik modal.
Yah, untuk mensubsitusi pembelian dalam jumlah yang lebih banyak, harga jual untuk barang yang dibeli dalam jumlah cicilan, harus jauh lebih mahal! Dan berkaitan dengan jumlah sedikit, dan harga......
Ini justru akan menjadi kesempatan emas bagi Rosobornexport.
Dimana lagi mereka akan bisa mark up 30 - 50% lebih mahal dari harga pabrik?
Kalau bisa, sih 100% saja, toh si pembeli kecil tidak akan punya banyak pilihan / kemampuan menawar!
Berbeda kalau ke PRC, India, atau Algeria, karena jumlah permintaan mereka lebih besar, kan daya tawar Rosoboronexport menjadi berkurang.
========================
inti point mas sebelumnya adalah : bagi Rusia, pasar Indonesia tidak penting. namun penjelasan mas sama sekali ga menggambarkan itu. karena mas justru menyoroti harga.. baiklah, meski penjelasan mas tidak menyentuh inti pointnnya, gpp kita bahas masalah harga dan harga keekonomisannya.
sebelum kita membahas harga unit dan vonis mark up sekitar 30-50%, tentunya kita harus mempunya data yang valid bukan sehingga perkiraan mark up itu bisa mas simpulkan. nah sekarang saya tanya mas, coba jabarkan harga Su-35 BM yang dibeli Rusia tahun 2009 (dengan mempertimbangkan harga inflasi dan faktor rusia sebagai negara produsen) dengan tawaran harga ke China serta tawaran harga ke Indonesia.
dari data itu kita akan memperoleh kesimpulan apakah apa yang mas sampaikan itu benar atau hanya asumsi saja. saya tunggu datanya ya mas...
terkait komentar mas dibawah :
===================
Nah, skrg bandingkanlah US dan Indonesia! Apakah Indonesia sudah 100% terkenal bersih dan anti-sogok? Apakah sistem keamanan kita sudah 100% teruji, atau terus-menerus di-upgrade seperti di US? Wah, kemungkinannya justru sangat banyak sekali!!
Kita bisa mengarang 1001 cerita espionisme PRC disini.
Bisa jadi US, dan Australia juga akan turut terlibat untuk "menyelidiki" detail Su-35 dengan lebih jelas. Pesawat yg selama ini menjadi "reference threat" untuk dihadapi F-35.
Su-35 di Indonesia akan menjadi kesempatan emas bagi semua pihak yang mau mempelajari tehnologi terkini dari Russia!
===================
saya sih cuma mau bilang, kalau mereka mau sogok dan spinoase, lebih bermanfaat jika mereka mencuri datanya ke Rusia langsung tanpa harus melalui Indonesia, atau mereka bisa menggunakan negara 'satelit' mereka Pakistan.
oleh sebab itu saya merasa sangat lucu dan aneh sekali jika ada yang mengatakan Rusia ga bakal mau jual Su-35BM ke Indonesia karena takut rahasianya diketahui China. kedengarannya seperti alasan yang sangat mengada-ada sekali.
karena kemanapun mereka jual maka mau tidak mau produk mereka sudah berpindah tangan ke negara lain yang mereka tidak bisa kontrol 100%. Mereka mau jual ke Vietnam? tetap saja ada kemungkinan rahasianya jatuh ke tangan Amerika. Mau jual ke Venezuela? tetap saja? mau jual ke Malaysia? sama saja.. mau jual ke Algeria? sama saja. jadi mau jual kemana dung biar ga ada kemungkinan spionase? ya jawabannya yang gak usah dijual.
pertanyaannya, apakah sebegitu gobloknya Rusia sehingga tidak bersedia menjual Su-35BM karena takut teknologinya diketahui? pertanyaan saya selanjutnya, emang teknologi apa yang harus dirahasiakan sekali sehingga itu mas berpendapat itu akan jadi alasan rusia ga mau jual ke Indonesia? jujur, sama sekali saya ga habis pikir kenapa ada pendapat seperti ini dari mas :) tapi ya sudah lah, semua orang bebas berpendapat kok.. peace..
just IMHO dan CMIIW
Admin |
12 Oct 2015 12:41:06
@melektech,
terkait komentar mas dibawah :
====================
Sebetulnya semuanya sudah dibahas oleh bung @GI, namun garis besarnya adalah Rusia menganggap kita adalah pembeli murni bukan MITRA apalagi TEMAN. Hanya mulut mereka saja yang ngomong gitu, namun buktinya NOTHING. Kita sudah membeli 16 Su-27/30 + 57 BMP-3F + RUDAL, namun apa yang kita dapat ? "NOTHING"
Mereka hanya memanfaatkan UANG KITA saja.Bandingkan dengan Korea Selatan, SAAB Swedia, Jerman, Perancis, dst.Kita juga beli NYICIL pada mereka, namun menreka menganggap kita sebagai MITRA KERJA, bukan hanya memanfaatkan uang saja.
Banyak produk KEMANDIRIAN kebanggaan kita yang dihasilkan dari mereka.
SAAB pun sekarang sudah bekerjasama dengan para AKADEMISI, LEN dan PINDAD, LUDIN, dst.... meskipun produk mereka belum kebeli.Sedang RUSIA ???? apa yang bisa mereka perbuat untuk Indonesia ??? NOTHING. lebih mirip VAMPIR, daripada mitra kerja
====================
pertanyaan saya sebelumnya adalah apa bukti konkrit Rusia anggap Indonesia "habis manis sepah di buang".
namun jawaban mas sama sekali tidak memberikan jawaban pasti namun hanya menduga-duga saja tanpa data valid. sebelum mas mengatakan "gave nothing to Indonesia", ada baiknya mas jabarkan dulu point-point apa yang tercakup dalam kontrak pembelian Sukhoi Indonesia (tiga tahap) dan kontrak pembelian BMP-3F (2 tahap). nah dari situ mas bisa jabarkan apa yang hasil kesepakatan Indonesia dan Rusia dan mas bisa jabarkan apa realisasi dari point-point tersebut.
dari sini kita akan bisa menilai apakah benar "Rusia gave nothing to Indonesia" atau malah itu hanya ada. nah dari penjelasan mas, saya sama sekali tidak menemukan itu.
akan sangat menarik jika kita memberikan pernyataan berdasarkan data dan fakta sehingga enak untuk berdiskusi lebih lanjut.
saya bukan mengatakan "rusia sudah kasih banyak sekali bagi Indonesia" ya, sama sekali bukan. karena saya juga sama sekali tidak tau apapun terkait itu, namun saya hanya ingin ajak kita agar dalam memberikan pernyataan didasari oleh data dan fakta yang benar, bukan hanya asumsi saja. Kalau hanya asumsi saja, ya penghuni blog sebelah yang katanya kacau balau itu pun bisa.
jadi sailahkan dijabarkan ya..
just IMHO dan CMIIW
Admin |
12 Oct 2015 12:59:23
@Batik,
itulah sebabnya saya katakan "menjadikan alasan ketakutan rahasianya terbongkar membuat rusia enggan menjaul Su-35BM ke Indonesia adalah hal konyol."
Melektech |
12 Oct 2015 13:59:18
@Admin
Ada yang sangat aneh disini,
=============================
ada baiknya mas jabarkan dulu point-point apa yang tercakup dalam kontrak pembelian Sukhoi Indonesia (tiga tahap) dan kontrak pembelian BMP-3F (2 tahap)
=============================
bukankan ANALISIS-MILITER adalah menduga duga (TEORI), sesuai data yang terlihat dilapangan ?, bukan ORANG INTERNAL
Kalau anda bertanya apa "isi dari kontrak", tentunya ini pertanyaan yang sangat konyol
Muoldoko sendiri saya yakin belum tentu tahu/membaca isi kontrak tersebut
sama seperti kata pak JOKOWi yang mengatakan, tidak mungkin dia membaca seluruh isi perjanjian, tugasnya dia hanya tanda tangan
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/04/06/nmd7fw-jokowi-lalai-hanya-tanda-tangan-tak-tahu-isi-kebijakan-dp-mobil-pejabat
Saya sudah menunjukkan bukti apa yang saya tahu (apa yang saya lihat), kalau anda tidak puas, itu terserah anda......
sama seperti : www.ausairpower.net/
saya juga tidak puas dengan ulasannya, beberapa TEORINYA juga salah menurut saya
meskipun di orang terkenal sekalipun
======================
ya penghuni blog sebelah yang katanya kacau balau itu pun bisa
======================
Teori, Logika dan Pengalaman, itulah yang membedakan
Telalu mudah untuk terbantahkan, karena ada Teori dan Logika
Apa yang saya lihat dan yang saya baca, serta saya terapkan ke Logika saya, itulah yang saya tuangkan dalam komentar saya
Menurut analisa saya...................he....he...
Peace bung @Admin
Admin |
12 Oct 2015 14:08:39
@Melektech,
It's ok, jika itu asumsi mas, tidak ada masalah. Saya menanyakan hal itu sebelumnya karena dari pernyataan mas diatas sblmnya seolah-olah mas benar benar tau bahwa fakta sebenarnya rusia memang "Give Nothing" ke Indonesia.
Itulah sebabnya saya bertanya. Namum jika mas sebut itu menurut pendapat mas, ya ga masalah, semua orang bebas berpendapat kok.
Karena saya sama sekali tidak taua maka saya bertanya, kali aja mas punya datanya. Heheh peace saja mas..
Salam