06 Mar 2014 14:56:20 | by Admin
| 94229 views | 1 comments
|
4/5 Stars dari 6 voter
Beberapa waktu lalu, Singapura mengumumkan akan mengupgrade 60 unit F-16 Block 52 dengan nilai Kontrak sekitar $2.43 Miliar atau sekitar $40.5 Juta per pesawat. Upgrade ini juga akan mengganti radar APG-68(v)9 dengan radar Active Electronically Scanned Array Radars (AESA) baru. Pilihan radarnya ada dua yaitu RACR (Raytheon Advanced Combat Radar) buatan Raytheon atau SABR (Scalable Agile Beam Radar) buatan Northop Gruman. Selain itu, F-16 Singapura ini juga akan dilengkapi dengan puluhan Joint Helmet Mounted Systems (JHMCS), system GPS dan navigasi baru, Advanced Identification Friend or Foe, dan Modular Mission Computer (MMC) baru.
Berikut contoh gambar Upgrade F-16 yang menggunakan radar SABR seperti pada Upgrade F-16 Taiwan :
Berikut contoh gambar Upgrade F-16 yang menggunakan radar RACR seperti pada Upgrade KF-16 Korea Selatan :
Dengan adanya rencana upgrade ini, maka bisa dikatakan bahwa beberapa tahun kedepan Singapura sudah akan memiliki sekitar 60 unit F-16 dengan radar AESA yang sangat mumpuni. Selain itu, Singapura juga memiliki 24 unit F-15 SG yang dilengkapi dengan radar APG-63(v)3 AESA yang relatif setara dengan radar Irbis-E milik Su-35 BM. Itu artinya beberapa tahun mendatang Singapura akan memiliki sekitar 80an Fighter dengan kemampuan radar yang sangat mumpuni. Memang sebagian armada F-16 dan F-15 ini berada di luar Singapura, namun kondisi geografis Singapura yang sangat dekat dengan Indonesia tentunya akan membuat Indonesia harus berhitung kembali.
Rencana modernisasi angkatan udara Singapura ini semakin “menakutkan” bagi Indonesia, dimana mereka juga merencanakan akan membeli puluhan F-35 B. Memang rencana pembelian F-35 B ini masih dalam tahap penjajakan, namun banyak pihak yang menyakini bahwa masalah Singapura membeli F-35 hanyalah menunggu waktu saja. Kita tau sendiri bahwa F-35 adalah salah satu Fighter Generasi 5 yang tentu saja tidak bisa kita pandang sebelah mata.
{IKLAN}Lalu bagaimana Indonesia harus merespon modernisasi Angkatan Udara Singapura ini? Sampai saat ini, kekuatan Udara Indonesia yang berdekatan dengan Singapura hanyalah 2 Skuadron Hawk-109/209 yang berpangkalan di Pekanbaru dan Pontianak. Sedangkan Skuadron Flanker di Makassar dan Falcon di Madiun relatif jauh dari Singapura. Penambahan kekuatan Indonesia yang dekat dengan Singapura sampai saat ini praktis hanya penempatan 1 Skuadron F-16 Hibah (Upgrade setara Block 52) yang akan berpangkalan di Pekanbaru. Yang menjadi pertanyaan adalah seberapa jauh efek gentar yang dihasilkan 2 Skuadron Hawk-109/209 dan 1 Skuadron F-16 Hibah (Setara Block 52) jika harus berhadapan dengan puluhan Fighter modern Singapura tersebut?
Ada satu pertanyaan yang selama ini saya sering pikirkan, yaitu Apa alasan Singapura Meng-Upgrade 60 F-16 Block 52 ini? Padahal kita ketahui bahwa F-16 Block 52 Singapur ini relatif lebih modern dibandingkan dengan F-16 Indonesia, F-16 Thailand dan F-18 D Hornet Malaysia. Saya sendiri berasumsi bahwa Singapura tidak mau kekuatan udaranya di saingi oleh Malaysia yang memiliki 18 Su-30 MKM, Thailang yang menambah 12 Gripen C/D serta Indonesia yang akan menempatkan 16 unit F-16 Hibah (setara Block 52) di Pekanbaru. Selain itu tentunya agar Singapura memiliki tambahan waktu untuk menunggu F-35.
Nah ketika Indonesia baru akan menambah 16 unit F-16 Hibah (setara Block 52) di dekat Singapura, Singapura malah Upgrade 60an F-16 Block 52 (beneran block 52, bukan hanya setara) menjadi lebih baik dari F-16 Block 60 sekalipun. Seandainya Singapura tidak mengupgrade 60an F-16 Block 52 mereka pun, Singapura tetap memiliki armada F-16 yang lebih modern dan lebih banyak jumlahnya. Apalagi dengan Upgrade ini, akan menjadikan angkatan Udara Singapura tetap menjadi Superior dibandingkan dengan angkatan udara Indonesia.
Yang menjadi pertanyaan saya adalah apakah tidak ada upaya dari Indonesia untuk setidaknya mendekati kemampuan Angkatan Udara Singapura ini? Saya rasa pemerintah Indonesia pasti memikirkan hal ini. Namun beberapa kali saya membaca berita yang menyebutkan pihak Indonesia (baik dari pemerintah, legeslatif, dan lainnya) mempertimbangkan keseimbangan kawasan dalam membicarakan alutsista yang akan dibeli Indonesia. Yang makna-nya seolah-olah pihak pihak ini tidak ingin Indonesia memancing perlombaan senjata (arm race) di kawasan. Namun sampai saat ini, saya belum pernah membaca berita dimana pihak Indonesia (baik dari pemerintah, legeslatif, dan lainnya) mempertanyakan kenapa Singapura terus meningkatkan Alutsista-nya? Bukankah itu juga bisa memacu perlombaan senjata (arm race) di kawasan? Pertanyaan ini belum saya temukan jawaban yang memuaskan.
Pertanyaan diatas juga kadang membuat banyak pertanyaan-pertanyaan lain muncul dalam benak saya. Apakah makna Keseimbangan Kawasan itu bermakna kekuatan alutsista Indonesia harus tetap jauh dibawah kekuatan alutsista tetangga seperti Singapura ini? Bagi kita warga negara Indonesia, apakah wajar negara Indonesia yang wilayahnya seluas Eropa harus memiliki alutsista yang jauh lebih inferior dari Singapura yang wilayahnya sangat kecil? Apakah pemerintah Indonesia harus “berdiam diri” dan “menerima” kondisi ini untuk terus seperti itu selamanya dengan iklas? Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini terlalu naif untuk ditanyakan ditengah kondisi ekonomi Indonesia yang sedang dalam tahap berkembang. Namun tetap saja pertanyaan-pertanyaan ini masih layak untuk di pertanyakan. Perhatikan sebaran Fighter tetangga Indonesia berikut :
Saya tidak bermimpi Indonesia memiliki Angkatan Udara yang lebih baik dari Singapura, Indonesia punya Angkatan Udara yang setara Singapura saja rasanya sudah sangat berarti bagi Indonesia. Saya sebagai admin AnalisisMiliter.com hanya merindukan adanya perubahan yang significant dalam Angkatan Udara Indonesia kedepannya. Perubahan kearah ini memang sepertinya sudah berada di jalur yang “cukup benar” dengan adanya program MEF. Namun MEF Rensatra ke 2 (2015-2019) masih menjadi misteri karena bisa saja pemerintah Indonesia di masa yang akan datang tidak melanjutkannya. Namun kita tentu berharap program ini tetap di jalankan. Perubahan Significant AU Indonesia juga sedang di upayakan melalui Project Joint Development KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan.
Selain penambahan 24 unti F-16 Hibah (setara Block 52), memang akan ada penggantian F-5 TNI AU yang kandidatnya antara lain Gripen, F-16 Block 60, Su-35 BM dan beberapa kandidat lain. Namun penempatannya tetap direncanakan akan berada di Skuadron 14 di Pulau Jawa. Yang juga berarti, di kawasan Selat Malaka, Praktis Indonesia hanya akan mengandalkan 2 Skuadron Hawk-109/209 dan 1 Skuadron F-16 Hibah (Setara Block 52). Padahal di sekitar kawasan ini, ketiga skuadron ini tidak hanya akan “berhadapan” dengan Fighter Singapura, tapi juga Fighter Malaysia, Thailand dan juga India.
Saya pribadi memandang perlunya Indonesia memiliki kekuatan udara yang lebih dari “sekedar” 2 Skuadron Hawk-109/209 dan 1 Skuadron F-16 Hibah di sekitar Selat Malaka dan Kepulauan Natuna untuk menjamin kedaulatan Indonesia diwilayah ini. Pihak Indonesia juga sudah mengindikasikan akan menambah kekuatan di sekitar Kepulauan Natuna, namun belum ada kejelasan bentuk penambahan ini. Semoga saja hal ini menjadi dipertimbangkan oleh para pengambil kebijakan diatas sana. Amin.
Sumber Referensi :
http://www.defenseindustrydaily.com/singapores-steps-modernizing-the-rsafs-f-16-fleet-017430/
http://www.reuters.com/article/2014/01/22/us-lockheed-singapore-idUSBREA0L1JJ20140122
http://www.flightglobal.com/news/articles/usa-outlines-2.4-billion-singapore-f-16-upgrade-394854/
http://www.defensenews.com/article/20140114/DEFREG03/301140037/US-Singapore-Buy-Upgrade-Its-F-16-Fighter-Jets
http://thediplomat.com/2013/10/singapore-and-the-f-35b-joint-strike-fighter/
Label :
Baca juga artikel terkait lainnya :
1.
Akhirnya Project Pesawat Tempur KFX/IFX Menggunakan Design Dual Engine
2.
China Ubah Pulau Buatan Jadi Pangkalan Militer di Spartly?
3.
Upgrade 2 Su-27 SK dan 2 Su-30 MK : Sebuah Opini
4.
ToT Missile C-705 vs Konflik Laut Cina Selatan : Indonesian Perfective
5.
Militer Indonesia: Modernisasi di Tengah ‘Perang Dingin’ AS vs China
6.
Pesawat Hibah F-16 : Benarkah Setara Block 52?
7.
Nasionalisme dan Batalnya Perjanjian DCA Indonesia – Singapura 2007
8.
Pesawat T-50 LIFT dan Faktor Man Behind The Gun di TNI AU
9.
Menanti Pesawat Tempur Pengawal Langit Timur Indonesia
10.
Tambahan Hibah F-16 setara Block 52 Sebagai Pengganti F-5 TNI AU