20 Dec 2012 23:49:19 | by Admin
| 24526 views | 0 comments
|
0/5 Stars dari 0 voter
Selamat sore para pembaca setia AnalisisMiliter.com semuanya. Senang sekali rasanya mengetahui ada banyak sekali pengunjung yang menyukai blog dan tulisan saya. Hal ini membuat saya sebagai owner dan penulis tunggal menjadi lebih bersemangat untuk menulis banyak topic mengenai militer. Saya sebagai owner dan penulis di AnalisisMiliter.com ini berusaha untuk menciptakan sebuah blog dengan tulisan yang original dan berupa analisa yang tidak di jumpai di web maupun blog lainnya. Hal ini karena menurut saya sudah terlalu banyak blog militer yang hanya sekedar Copy + Paste yang tidak membuat blognya memiliki cirri khas di banding blog lainnya. Selain itu, Copy + Paste juga menunjukkan bahwa owner blog tersebut tidak memiliki usaha sama sekali untuk menulis dari pikirannya sendiri. Padahal menulis itu tidaklah sulit, bahkan menyenangkan serta membuat kita semakin memahami sesuatu hal di bandingkan hanya sekedar Copy + Paste.
Sejarah Pengembangan Pesawat CN-235 oleh CASA dan IPTN
CN-235 adalah sebuah pesawat angkut turboprop kelas menengah bermesin dua. Pesawat ini dirancang bersama antara IPTN Indonesia dan CASA Spanyol mulai dari awal perancangan design sampai dengan produksi pesawat ini. Kerja sama kedua perusahaan dimulai sejak tahun 1980 dan prototype milik CASA pertama kali terbang pada tanggal 11 November 1983, sedangkan prototype milik IPTN terbang pertama kali pada tanggal 30 Desember 1983. Produksi di kedua negara di mulai pada tanggal Desember 1986.
Kode pesawat CN-235 diambil dari gabungan kedua nama perusahaan, yaitu C (CASA) dan N (Nurtanio = tokoh dirgantara Indonesia), yang selanjutnya dirubah menjadi Nusantara. Sehingga nama CN-235 artinya adalah Casa Nusantara (CN)-235. Penamaan ini menunjukkan bahwa baik CASA dan IPTN (sekarang menjadi PT DI) memiliki porsi yang sama dalam project CN-235 ini.
Gambar berikut ini adalah bagan pengembangan CN-235 yang dilakukan oleh Casa dan IPTN/PT DI. Mungkin gambar ini tidak 100% benar, tetapi setidaknya ini bisa memberikan gambaran umum bagi pemahaman kita akan pesawat CN-235 ini.
Dari bagan diatas dapat kita melihat bahwa CASA dan IPTN melakukan Joint development secara bersama-sama dengan porsi yang sama sehingga menghasilkan CN-235 Seri 10. Setelah menghasilkan CN-235-10, kedua perusahaan masih melakukan pengembangan bersama sehingga menghasilkan CN-235-100. Untuk membedakan perusahaan pembuatnya, CN-235 Seri 100 buatan CASA diberi nama CN-235-100, sedangkan buatan IPTN diberi nama CN-235-110. Namun CN-235-100/110 buatan kedua perusahaan ini memiliki perbedaan sedikit, walaupun pada dasarnya masih sama.
Selanjutnya CN-235-100/110 dikembangkan lagi oleh kedua perusahaan menghasilkan CN-235 Seri 200. Sama seperti sebelumnya, produksi masing-masing perusahaan juga dibedakan sehingga produk CASA disebut CN-235-200, sedangkan produksi IPTN/PT DI disebut CN-235-220. Selanjutnya CASA sepertinya sudah mengembangkan versi lanjut menjadi CN-235 seri 300. IPTN/PT DI juga sudah mengembangkannya menjadi CN-235-330 Pheonix yang ditawarkan ke Australia, namun dibatalkan karena pengaruh krisis Ekonomi tahun 1998. Saya pribadi sebagai admin AnalisisMiliter.com belum mengetahui pasti apakah pesawat CN-235 yang akan diproduksi PT DI kedepan akan berdasarkan CN-235-220 atau CN-235-330. Beberapa waktu lalu saya coba menanyakan hal ini kepada Humas PT DI via Email, namun sampai dengan tulisan ini saya muat, belum ada jawaban dari mereka.
Pesawat CN-235 Produksi IPTN/PT DI Indonesia
Sampai saat ini, PT DI sudah membuat puluhan pesawat CN-235 yang digunakan oleh banyak negara baik yang versi sipil maupun versi militer. Untuk mengetahui negara mana saja yang menggunakan CN-235 buatan IPTN/PT DI, sebenarnya cukup mudah. Kita tinggal mencarinya saja di Google, maka kita akan menemukannya. Namun saya belum menemukan web atau blog yang secara gamblang membahas pesawat CN-235 yang hanya buatan PT DI/IPTN, bukan buatan CASA. Maka saya mencoba mencari data akurat mengenai CN-235 yang dibeli negara lain dari PT DI dengan memanfaatkan database SIPRI. Dari database SIPRI dapat dilihat list negara pemakainya seperti di bawah ini :
List diatas adalah pembelian dari tahun 1991 sampai dengan 2011, sedangkan report tahun 2012 belum disediakan oleh situs ini. Sedangkan kita tau bahwa di tahun 2012, ada 4 unit CN-235 MPA yang dibeli oleh Korea Selatan. Sedangkan pembelian CN-235 oleh Indonesia sendiri seperti untuk TNI AU dan Merpati juga belum saya masukkan dalam list. Selain list diatas ada pembelian lain yang merupakan upgrade dari CN-235 versi sipil menjadi CN-235 versi militer yang belum tercatat di database SIPRI ini, diantaranya seperti data di bawah ini :
Pesawat CN-235 Produksi IPTN/PT DI di Indonesia
Sebagai salah satu negara produsen pesawat CN-235, tentunya Indonesia juga memiliki sejumlah pesawat CN-235 di inventorynya. Setau saya sebagai admin AnalisisMiliter.com, Indonesia sudah memiliki 6 unit CN-235 (CMIIW) yang terdiri dari 5 unit CN-235-110/220 versi transport militer dan 1 unit CN-235-220 versi MPA. Dan salah satu CN-235 versi transport militer sudah jatuh di Bandara Malikul Saleh Lhokseumawe Kabupaten Aceh Utara, pada tanggal 21 July 2005 yang lalu.
Namun saat ini TNI AL sudah melakukan pesanan sebanyak 3 unit (ada yang sebut hanya 2 unit) CN-235 MPA ke PT DI. Pesawat-pesawat ini masih dalam proses pengerjaan di PT DI, dan kita harapkan secepatnya segera bisa bergabung di kekuatan alutsista Indonesia. Semoga kedepan hari, baik TNI AL maupun TNI AU memanbah pesanan pesawat CN-235 buatan PT DI. Kita juga berharap kedepannya PT DI semakin maju sehingga bisa mengerjakan setiap pesanan dengan baik dan tepat waktu. Disamping itu, dukungan pemerintah kepada TNI AL, TNI AU dan PT DI dalam hal pesanan pesanan CN-235 kedepannya tentu akan sangat dibutuhkan dan diharapkan.
Sebenarnya sedikit ironis, Indonesia yang merupakan negara produsen CN-235 menggunakan pesawat CN-235 yang lebih sedikit dari Korea Selatan, bahkan dengan Malaysia sekalipun. Saya pernah membaca statement petinggi PT DI beberapa waktu lalu, bahwa mereka sedikit mengalami kendala memasarkan pesawat CN-235 kenegara lain. Kendala ini cukup klasik dan sedikit susah untuk dijawab, yaitu bagaimana negara lain mau membeli CN-235 jika Indonesia sendiri hanya membeli sedikit CN-235 buatan sendiri?? Semoga kedepannya akuisisi CN-235 semakin dipertimbangkan oleh pihak terkait, karena saya yakin bahwa pesawat CN-235 yang sudah diakui dunia kehebatannya, sangat dibutuhkan oleh militer Indonesia. Saya berandai-andai bahwa CN-235 akan menjadi pesawat angkut ringan, CN-295 menjadi pesawat angkut sedang dan C-130 H jadi pesawat angkut berat di TNI AU. Dan CN-235 versi MPA menjadi andalan TNI AL dalam hal pesawat patroli maritim. Luas lautan Indonesia yang seperti tak berujung ini tentunya memerlukan banyak sekali pesawat sejenis CN-235 MPA.
Pesawat CN-235 Produksi IPTN/PT DI di Korea Selatan
Korea Selatan termasuk salah satu pemakai pesawat CN-235 terbanyak di Asia. Tercatat saat ini Korea Selatan menggunakan 24 unit CN-235. Namun 12 unit diantaranya adalah CN-235-100 buatan CASA yang di plot menjadi 256th Tactical Air Support Squadron yang bermarkas di Busan. Sedangkan 12 unit lainnya adalah CN-235-220 buatan PT DI Indonesia yang terdiri dari 6 unit CN-235-220 versi transport militer (258th Tactical Support Squadron bermarkasi di Busan), 2 unit CN-235-220 VIP (296th Special Transport Squadron) yang digunakan sebagai bagian pesawat kepresidenan Korea Selatan, serta 4 unit CN-235-220 MPA yang di operasikan oleh Korean Coast Guard.
Pembelian pesawat CN-235 dari PT DI oleh Korea Selatan, menurut saya sangat unik dan saling menguntungkan antar kedua negara. Sebut saja pembelian 6 unit CN-235-220 versi transport militer serta 2 unit CN-235-220 VIP pada tahun 2002 lalu. Sebagai imbalannya Indonesia membeli banyak pesawat latih KT-1B buatan Korea Selatan. Selanjutnya, pembelian 4 unit CN-235-220 MPA oleh Korea Selatan dari PT DI, Indonesia juga menambah pembelian pesawat KT-1B, dan juga terlibat dalam project KFX. Namun saya tidak tau apakah ini merupakan kesepakatan kedua negara auat tidak, tapi admin AnalisisMiliter.com berpendapat bahwa kedua negara sama-sama memperoleh keuntungan dari hubungan baik ini.
Semoga kedepannya Korea Selatan semakin tertarik untuk mengakuisisi lebih banyak pesawat CN-235 buatan Indonesia kedepannya. Apalagi Indonesia sudah memberikan komitment membeli 3 unit Kapal Selam Changbogo Class, 16 unit pesawat latih T-50 serta tambahan KT-1B dari Korea Selatan. Semoga ini menjadi pertimbangan Korea Selatan untuk terus menjaga hubungan baik serta kerja sama baik dengan membeli produk Indonesia juga seperti CN-235 ini.
Pesawat CN-235 Produksi IPTN/PT DI di Malaysia
Sebagai negara tetangga Indonesia serta negara serumpunnya, Malaysia juga memberikan kepercayaan terhadap pesawat CN-235 buatan PT DI Indonesia. Tercatat pada Februari 1995, pemerintah Malaysia dan Indonesia menandatangani pembelian CN-235 buatan PT DI Indonesia. Malaysia membeli 6 unit CN-235-220 versi transport militer kala itu, dan pesawat ini diterima antara tahun 1997 sampai 1999 yang lalu. Nilai kontrak pembelian 6 unit CN-235 ini adalah sekitar $101 Juta. Ada hal menarik dari pembelian ini karena Malaysia meminta offset dari pembelian 6 unit CN-235 buatan Indonesia ini. Offset yang diminta adalah Indonesia juga harus membeli sejumlah mobil Proton Saga (CMIIW) buatan Malaysia serta barter beberapa unit pesawat latih MD3-160 milik Malaysia. Hal ini disetujui kedua negara, dan Mobil Proton Saga dari Malaysia diakuisisi oleh sebuah perusahaan taxi milik ‘orang dekat’ pemerintah kala itu. Mobil ini kemudian dijadikan sebagai armada taxi perusahaan tersebut.
Selanjutnya di tahun 2002, Malaysia kembali membeli 2 unit CN-235-220 VIP yang mulai diterima tahun 2005-2006. Kedua pesawat ini digunakan sebagai pesawat pengangkut khusus bagi para pejabat tinggi Malaysia. Dengan dimikian daat ini, Malaysia memiliki 8 unit CN-235-220 buatan Indonesia dalam inventory Angkatan Udara mereka. Saat ini armada CN-235-200 buatan Indonesia menjadi penghuni 21th Squadron TUDM yang bermarkas di Subang Air Force Base.
Beberapa waktu lalu sempat tersiar kabar Malaysia berencana menambah armada CN-235 mereka, namun sampai sekarang kebenaran berita ini belum bisa dipastikan. Kita hanya bisa berdoa semoga hubungan baik antara Indonesia dan Malaysia tetap terpelihara, sehingga kedepannya Malaysia bisa menambah armada CN-235 mereka sehingga akan menguntungkan Indonesia dan Malaysia juga.
Pesawat CN-235 Produksi IPTN/PT DI di Brunei
Brunei sebagai salah satu negara serumpun Indonesia juga memberikan kepercayaan tinggi kepada PT DI. Bahkan tercatat Brunei merupakan salah satu konsument awal dari pesawat CN-235 buatan Indonesia ini. Pada tahun 1995 Brunei memesan 1 unit CN-235-110 buatan PT DI dengan nilai kontrak sekitar $13.5 Juta. Pesawat ini akhirnya diserahkan pada tahun 1997 yang lalu. Sampai saat ini pesawat CN-235 milik Angkatan Udara Brunei ini masih beroperasi dengan baik.
Pesawat CN-235 Produksi IPTN/PT DI di Pakistan
Pakistan sebagai sebuah negara yang cukup memperhatikan kemampuan angkatan udaranya juga memberikan kepercayaan kepada produk IPTN/PT DI dengan melakukan pembelian 4 unit (sumber lain mengatakan hanya 3 unit) CN-235-220 pada tahun 2002 dengan nilai kontrak sekitar $50 Juta. Pesawat ini akhirnya diserahkan ke Angkatan Udara Pakistan pada tahun 2004 yang lalu. Sampai saat ini, pesawat ini masih dioperasikan oleh angkatan udara Pakistan.
Beberapa waktu lalu kita mendengar kabar bahwa Pakistan tertarik menambah armada CN-235 mereka, terutama CN-235 MPA. Namun perkembangan berita ini belum ada kepastian, apakah masih dalam tahap penawaran atau bagaiman, saya belum mendapatkan informasinya. Semoga saja Pakistan benar-benar melakukan pembelian lagi untuk pesawat CN-235 buatan PT DI ini di kemudian hari.
Pesawat CN-235 Produksi IPTN/PT DI di Uni Emirat Arab
Salah satu negara kaya di Timur Tengah, Uni Emirat Arab, juga memberikan kepercayaan kepada pesawat produksi PT DI ini, dengan membeli sekitar 7 unit CN-235-110. Kontrak pembeliannya dilakukan pada tahun 1992 yang lalu, dan pesawat ini akhirnya diserah terimakan pada tahun 1993-1995 yang lalu. Nilai kontrak pembelian 7 unit CN-235 ini adalah sebesar $108 Juta. Saya sebagai admin AnalisisMiliter.com tidak mengetahui persis apakah semuanya merupakan versi transport militer. Namun ada beberapa sumber bahwa dari 7 unit CN-235 ini ada 1 unit yang merupakan CN-235 VIP yang digunakan untuk transport pejabat tinggi Uni Emirat Arab.
Semoga dengan kepercayaan Uni Emirat Arab kepada CN-235 dulu, bisa terus di tingkatkan kedepannya. Dan semoga negara sekitanya juga tertarik untuk membeli CN-235 buatan Indonesia juga.
Pesawat CN-235 Produksi IPTN/PT DI di Thailand
Thailand sebagai negara tetangga Indonesia juga memberikan kepercayaan untuk membeli 2 unit Cn-235 buatan PT DI ini. Namun pesawat ini bukan CN-235 versi militer, melainkan versi sipil yang digunakan oleh Departement Pertanian Thailand sebagai Rain Maker (Pembuat Hujan Buatan). Pembelian 2 unit CN-235 oleh Thailand ini dilakukan pada tahun 1996 lalu. Namun ada yang unik dalam pembelian ini, dimana Indonesia dan Thailand sepakat untuk melakukan perjanjian barter dimana sebagai balasan pembelian 2 unit CN-235 oleh Thailand, Indonesia membeli 110.000 ton beras ketan dari Thailand. Proses jual beli barter ini sempat mendatangkan polemik kala itu. Namun karean pengaruh krisis ekonomi kala itu membuat pilihan jual beli seperti ini cukup masuk akal dilakukan.
Pesawat CN-235 Produksi IPTN/PT DI di Burkina Faso
Bukirna Faso adalah negara Afrika pertama yang membeli pesawat CN-235 produksi Indonesia. Namun sejatinya pesawat ini bukanlah pesawat baru, melainkan pesawat CN-235 versi sipil yang sudah dibeli sebelumnya oleh Maskapai Asian Spirit, Filipina. Selanjutnya Asian Spirit sebagai pemilik pesawat menjual pesawat tersebut kepada Pemerintah Burkina Faso. Kemudian pesawat ini diminta oleh pemerintah Burkina Faso untuk di modifikasi dan di upgrade menjadi pesawat CN-235 versi transport militer. Proses modifikasi dan upgrade ini dilakukan pada tahun 2007 yang lalu. Beberapa bulan kemudian, pesawat ini diserahkan kepada pemerintah Bukirna Faso.
Pesawat CN-235 Produksi IPTN/PT DI di Senegal
Setelah Bukirna Faso, Senegal menjadi negara kedua Afrika yang membeli pesawat CN-235 buatan PT DI. Tidak jauh berbeda dengan Bukirna Faso, pesawat pesanan Senegal ini juga sejatinya bukan pesawat baru dan juga merupakan pesawat CN-235 versi sipil ex Maskapai Merpati Nusantara. Namun Senegal memesan 2 unit CN-235 sekaligus dengan nilai kontrak sebesar $ 13 Juta. Selanjutnya kedua pesawat CN-235 versi sipil ini dimodifikasi dan di upgrade oleh PT DI menjadi pesawat angkut militer. Pemesanan sendiri dielakukan pada tahun 2010 yang lalu. Dan kedua pesawat akhirnya diterima oleh pemerintah Senegal pada akhir 2010 dan awal 2011 yang lalu.
Conversi CN-235-100 ke CN-235 MPA/ASW di Turki
Turki tercatat adalah negara pemilik pesawat CN-235 paling banyak di dunia, dimana mereka memiliki lebih dari 52 unit CN-235. Namun pesawat CN-235 kepunyaan Turki ini bukan buatan IPTN/PT DI Indonesia, melainkan buatan CASA Spanyol. Tapi tidak semuanya juga murni buatan CASA, karena sepengetahuan saya sebagai admin AnalisisMiliter.com, Turki memiliki lisensi untuk memproduksi CN-235 di perusahaan dirgantara Turki sendiri. Maka tak heran, mereka memiliki jumlah CN-235 paling banyak di dunia, mengalahkan Spanyol dan Amerika Serikat.
Memang CN-235 Turki bukan buatan PT DI Indonesia, namun ada hal yang unit dari armada CN-235 mereka. Ketika Turki berencana merubah sekitar 9 unit CN-235 versi transport militer mereka menjadi CN-235 MPA/ASW (Anti Kapal Selam), mereka melibatkan PT DI dalam proses konversi ini. Setahu saya (CMIIW), PT DI mengirimkan banyak enginer mereka ke Turki yang menangani masalah design pesawat modifikasi ini. Project konversi ini sendiri diberi nama Meltem Project-II. Dan pada akhirnya PT DI berhasil membantu Turki melakukan konversi 9 unit CN-235 versi angkut militer menjadi CN-235 MPA/ASW. Suatu prestasi yang cukup membanggakan.
Kepercayaan Turki sebagai sebuah negara yang memiliki Angkatan Udara yang kuat serta memiliki Industri Dirgantara yang maju, menjadi bukti pengakuan Turki akan kemampuan PT DI Indonesia dalam masalah pesawat CN-235 ini. Semoga kedepannya kerjasama ini semakin baik. Dan semoga juga pengalaman mengkonversi CN-235 angkut militer menjadi CN-235 MPA/ASW bisa diimplementasikan di Indonesia suatu saat nanti.
Kesimpulan Akhir
Dari penjelasan panjang lebar diatas dapat kita pahami, bahwa PT DI milik Indonesia bukan perusahaan sembarang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya negara yang mempercayai kualitas produk PT DI. Maka dari itu, kita sangat berharap PT DI yang sudah muali bangkit dari keterpurukan pasca krisis ekonomi tahun 1998 lalu, bisa segera berbenah menjadi perusahaan dirgantara yang lebih maju. Dukungan komitment pemerintah Indonesia bagi kemajuan PT DI tentunya dibutuhkan. Masyarakat Indonesia tentunya memiliki harapan besar bahwa PT DI tetap akan menjadi kebanggan Bangsa Indonesia sekarang dan di masa yang akan datang.
Sekian dulu tulisan saya kali ini, sudah waktunya saya kembali kerumah dan mengunjungi Ibunda saya yang sedang berada di Rumah Sakit. Semoga tulisan saya ini bermanfaat bagi kita semua dan juga memberikan wawasan baru bagi kita semua. Namun saya meminta maaf jikalau ada kata-kata saya yang salah dan menyinggung pembaca sekalian. Saya sama sekali tidak memiliki maksud untuk menyakiti siapapun. Koreksi dan kritikan dari pembaca terhadap tulisan ini akan semakin menambah wawasan kita, so jangan lupa koreksi dan kritikannya ya. Salam dari Admin AnalisisMiliter.com
Label :
Baca juga artikel terkait lainnya :
1.
Kekuatan Militer Indonesia 2014 Unjuk Gigi di HUT TNI ke-69
2.
Masalah Integrasi Alutsista Angkatan Udara Indonesia
3.
Salip Indonesia, China Beli 24 Pesawat Tempur Su-35BM Rusia?
4.
Opini Awam : Alternatif Lain Pengganti F-5 TNI AU
5.
Konflik Laut Cina Selatan dan Posisi Strategis Indonesia
6.
Perang BVR Sukhoi Indonesia dan Jet Fighter Tetangga : Sebuah Opini Awam
7.
Wacana Kohanudnas Punya Pesawat Tempur Terpisah dari TNI AU?
8.
Apa Kabar 24 Unit F-16 Block 25 “Hibah” dari Amerika?
9.
Narsis di Pameran Alutsista TNI di Kampus USU – Medan
10.
Menanti Pesawat Tempur Pengawal Langit Timur Indonesia
Belum ada komentar untuk artikel ini