Melektech |
01 May 2015 01:08:14
Bung @rezz
Mungkin maksud anda adalah supply Spare-Part ?
kalau benar, maka kemungkinan besar jawabnya "YA"
Dulu, pak harto memesan U-209 bukan 2-unit, namun 4-unit, dengan harapan 2-unit digunakan untuk persediaan spare-part, tapi entah kenapa yang jadi dibeli cuma 2-unit saja
pada tahun 1990-an, pak harto memesan lagi U-206 bekas pakai AL-Jerman Barat, sebanyak 4 sampai 6-unit, dan juga dengan harapan aktif 2-unit, sisanya sebagai spare-part.
tapi gagal, karena kesulitan keuangan dan kemudian krismon Th. 1997.
Kesimpulanya : yang dilakukan ToT DSME ke PT. PAL adalah SUPER BETUL, sehingga kita bisa mengurangi ketergantungan dan menghindari yang anda takutkan
GI |
01 May 2015 08:27:15
Fungsionalitas kapal selam sbnrnya sangat terbatas dibanding kapal2 permukaan, seperti Fregat, Korvet, atau kapal patroli. Misalnya, kapal selam tentu tidak bisa dipakai untuk menangkap kapal2 penangkap ikan asing illegal.
Fungsi utamanya memang deterrent factor. Kalau satu saja sudah keluar dari pelabuhan, fungsi utama kapal selam adalah bersembunyi, dan mengawasi. Dan dengan demikian semua pihak tahu, mrk tidak boleh macam2 di wilayah laut RI.
Logistical nightmare sih mungkin tidak. Tetapi secara alamiah, biaya operasional kapal selam tentu saja juga akan lebih mahal dibanding kapal permukaan. Maintenance-nya juga jauh lebih sulit.
Faktor terakhir --- rata2 perairan di Indonesia (dan kebanyakan negara Asia Tenggara) tidaklah terlalu dalam, rata-rata hanya 40 - 50 meter. Ini juga akan membatasi pilihan semua kapal selam ke tipe2 yg bisa operasional di laut dangkal. Dilain pihak, keadaan geografis yg demikian juga membatasi tempat dimana kapal selam Indonesia bisa bersembunyi.
Karena ketiga faktor ini, logika saja disini.
Indonesia (dan hampir seluruh Asia Tenggara) tidak akan termotivasi untuk membeli terlalu banyak kapal selam.
IMHO, paling banyak hanya bisa membeli 3 - 5 kapal.
Investasinya mungkin lebih baik dibagi ke lebih banyak ASW helikopter, dan pesawat2 MPA seperti salah satu subtipe CN-235.
Melektech |
01 May 2015 10:15:28
itu semua masih rencana, dan tentunya kita juga harus mengganti U-209 lama yang buatan tahun 1979.
betul kata bung @GI, bahwa fungsi kapal selam lebih besar ke arah DETERENSI daripada patroli, mengingat sangat mahalnya biaya Beli, Operasional dan Maintenance.
pilihan Imprv Changbogo adalah SANGAT TEPAT, dengan kedalaman rata-rata laut Asean bahkan Australia yang hanya kurang dari 50 meter, dan juga berkarang yang menyulitkan kapal selam ukuran besar untuk bermanuver jelas akan mengurangi pilihan, bahkan lebih baik menggunakan kapal selam kate (mini).
itulah kenapa Rusia membuat kapal selam terbaru kelas Armur yang dimensinya sama dengan U-209
Admin |
02 May 2015 11:53:41
@Rezz,
maaf baru reply karena kesibukan saya. saya sendiri kurang tau detailnya, namun menurut saya tetap saja masalah itu menjadi salah satu pertimbangan dalam pengadaan alutsista kapal selam ini. kita bisa melihat bagaimana di tahun 2011, Indonesia memutuskan membeli 3 unit DSME-209 dibandingkan kapal selam KILO dari Rusia. Kita tau sendiri bawah kapal selam DSME-209 adalah "saudara" dari Kapal selam U-209 yang sudah dimiliki TNI AL.
hal lainnya adalah sudah adanya proses "ToT" dari project ini, dimana Indonesia akan membangun fasilitas pembangunan kapal selam di Indonesia untuk kapal selam ke tiga. artinya dari 3 kapal selam DSME-209 yang dipesan Indonesia dari Korea Selatan, dua akan dibuat di Korea, dan satu sisanya dibuat (atau mungkin hanya dirakit) di Indonesia.
tentu saja fasilitas pembangunan/perakitan kapal selam di Indonesia ini akan sedikit "mubazir" jika hanya untuk pembuatan/perakitan satu unit kapal selam saja. maka dari itu saya memandang, jika benar memang pemerintah Indonesia hendak membeli 2 unit kapal selam lagi dimasa datang, maka tidak menutup kemungkinan yang dibeli lagi juga adalah Kapal Selam DSME-209 varian.
satu sisi ini memanfaatkan fasilitas perakitan/pembangunan yang akan ada dan juga membuat tipe kapal selam Indonesia relatif sejenis. sehingga sedikit banyak akan membantu dalam hal pelatihan, dan perawatannya.
just IMHO n CMIIW
Admin |
02 May 2015 12:00:18
@Melektech,
setuju dengan mas, pola pembelian plus ToT kapal selam dari Korea Selatan ke Indonesia memiliki banyak keuntungan jika berjalan dengan mulus. memang tidak bisa juga dijamin bahwa semua nya akan berjalan dengan mulus, namun setidaknya ada nilai plus dari pola ini.
maka saya memandang, meski banyak pihak yang tidak setuju, pilihan pemerintah dulu memilih 3 unit kapal selam DSME-209 dari Korea dibandingkan dengan tawaran lain saya kira cukup tepat. Memang banyak plus minusnya, tetapi saya kira itu cukup bisa diterima akal meski pelaksaannya tidaklah selalu mulus.
sebagaimana kita tau, dulu Kapal Selam yang difavoritkan dibeli Indonesia adalah Kapal Selam Kilo dari Rusia dan Kapal Selam U-209 varian baru dari Jerman+Turki. Indonesia malah memilih 'saudara dekat" U-209 yaitu DSME-209 dari Korea Selatan.
just IMHO
Admin |
02 May 2015 12:08:16
@GI :
setuju, bahwa kehadiran kapal selam lebih kepada efek gentar dibandingkan tugas patroli rutin yang biasanya dilakukan kapal perang Indonesia. ada hal hal yang tidak bisa dilakukan oleh kapal selam, namun bisa dilakukan kapal perang permukaan. namun sebaliknya ada juga hal hal yang sangat efektif dilakukan kapal selam yang kurang efektif jika dilakukan oleh kapal perang permukaan.
efek gentar inilah yang sebenarnya menjadikan alutsista kapal selam menjadi istimewa. meski juga biaya operasionalnya cukup mahal. dan memang, Untuk Indonesia, kapal selam yang cocok untuk Indonesia memang kapal selam yang tidak terlalu besar karena kondisi geografis kita. kapal selam sekelas U-209 varian saya rasa sudah mencukupi untuk INdonesia. hanya saja jumlah kapal selam Indonesia yang saat ini hanya 2 unit tentunya sangat kurang mengawal laut Indonesia yang sangat amat luas.
dan menurut saya, alutsista kapal selam dan alutsista pesawat anti kapal selam (ASW) saat ini sama pentingnya bagi Indonesia untuk segera di miliki. kalau kapal selam Indonesia sudah punya, di faltform pesawat atau helikopter anti kapal selam, praktis kita belum punya. paling dekat adalah rencana pengadaan 11 unit helikopter anti kapal selam jenis Panther. dan lainnya masih selevel pesawat patroli maritim seperti CN-235 MPA. Indonesia sama sekali belum punya pesawat dengan kemampuan anti kapal Selam (ASW) yang mumpuni.
semoga kedepan kebutuhan itu juga dipenuhi disamping kapala selam.
just IMHO n CMIIW
Admin |
02 May 2015 12:12:07
@Iboy6 :
setau saya rencana 12 kapal selam itu adalah sampai 2024, alias di akhir MEF 3. namun prediksi saya pribadi, rencana itu cukup sulit terwujud karena sampai tahun 2018 saja, jumlah kapal selam Indonesia hanya 5 unit. dan rencana penambahan lagi di tahun 2020, kemungkinan paling cepat tiba di tahun 2023-2024. jadi pada tahun 2024 itu, prediksi saya, jumlah kapal selam Indonesia cuma 7 unit. itupun dengan catatan 2 unit kapal selam U-209 yang dimiliki Indonesia saat ini belum di pensiunkan.
just IMHO
iboy6 |
03 May 2015 04:44:55
@admin
dgn catatan PAL sudah mampu memproduksi kasel sendiri hasil tot changbogo apakah ada kemungkinan 12 kasel pada 2024 bisa terwujud?
Admin |
05 May 2015 14:15:56
@Iboy6 :
menurut pendapat saya, meski lini produksi kapal selam di indonesia berhasil dan bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Indonesia dimasa datang, target 12 kapal selam tahun 2024 saya rasa tetap terlalu sulit dicapai. hal ini karena sampai tahun 2018 pun kapal selam indonesia jumlahnya hanya 5 unit. saya pesimis dalam watu 6 tahun Indonesia bisa membangun dan membeli 7 kapal selam lagi.
belum lagi adanya kemungkinan 2 kapal selam U-209 dipensiunkan jika kapal selam lain sudah operasional dengan baik.
just IMHO
tango_m |
06 May 2015 08:01:24
Menurut saya bung, untuk 2014 memiliki 12 kapal selam sangat mungkin.
kalau pak Jokowi juga fokus melanjutkan MEF-2 dan 3. bahkan mungkin bisa lebih cepat bila para kabinet lebih fokus lagi. salah satu pendapat pak Jokowi bahkan menantang PT.DKB kodja untuk bisa ikut membuat kapal selam (mungkin bagian2 tertentu) sehingga beberapa block kapal dibuat di DKB kemudin digabung di PT.PAL.
Apalagi bila dibuat konsorsium perusahaan pembangun kapal selam dari PT.PAL, PT.DKB, PT. Daya Radar, PT.Lundin, PT. Palindo Marine, Drydock - Batam dll. pasti makin cepat pembangunan kapal selam. ngarep.com
GI |
06 May 2015 12:13:09
Just FYI; kedua U-209 kita; Cakra dan Nenggala -- walaupun baru saja selesai dimodernisasi bbrp tahun yg lalu, keduanya tetap saja sudah mendekati masa pensiun. Setiap kali kapal menyelam, water pressure ke hull frame-nya kan cukup berat. Usia frame-nya ini tidak bisa terus diperpanjang.
Ketiga DSME-209 atau Improved Changbogo sbnrnya dibeli sebagai regenerasi, atau pengganti U-209.
Jadi setelah ketiga kapal ini selesai, kemungkinan U-209 akhirnya pensiun -- armada KS kita kemudian jumlahnya menjadi 3 kapal, bukan 5.
Jangka panjang, tentu saja ada kemungkinan pembelian / perakitan 2 kapal selam tambahan utk kembali mencapai jumlah 5 kapal selam ini.
Admin |
06 May 2015 12:49:58
@Tango_m :
Pertama-tama, saya sangat meragukan jika semua perusahaan yang mas sebut itu bisa membuat banyak kapal selam dalam tempo hanya beberapa tahun. Korea Selatan saja yang jauh lebih berpengalaman memerlukan waktu sekitar 5-6 tahun sejak kontrak untuk menyelesaikan 3 kapal selam pesanan Indonesia. dan itupun baru bisa selesai semua di tahun 2018 mendatang.
Kapal selam ketiga yang di rencanakan di rakit di Indonesia (PT PAL) pun paling cepat selesai tahun 2018. artinya jika Indonesia mau PT PAL membuat kapal selam lagi, itu baru bisa dilakukan diatas tahun 2018. Jarak tahun 2018 sampai 2024 hanya 6 tahun, pertanyaannya mampukan PT PAL membuat 7 kapal selam (supaya genap 12 kapal selam) dalam waktu 6 tahun. DSME Korea yang termasuk salah satu galangan kapal besar dunia dan sudah berpengalaman membangun kapal selam, membutuhkan 6 tahun untuk 3 kapal selam. Bisakah PT PAL yang sama sekali belum punya pengalaman membuat kapal selam, harus membuat 7 kapal selam dalam 6 tahun? bukan tidak nasionalis, tapi saya hanya ingin rasional, bahwa hal itu sangat sulit bahkan mustahil terjadi.
itu kita masih berbicara kesiapan industri perkapalan Indonesia, kita belum berbicara mengenai dana nya. Kapal selam itu harganya mahal, mendekati US$300 juta sampai US$500 juta per unitnya. belum lagi pelengkapnya dan infrastrukturnya. jika Indonesia memesan 7 kapal selam antara 2018-2024, artinya Indonesia harus menyediakan dana sekitar US$4 Miliar lebih. dan itu masih hanya untuk pembelian, belum untuk operasional dan trainingnya.
sementara modernisasi alutsista di sektor lain seperti pesawat tempur, kapal perang permukaan, pesawat AEW&C, pesawat tanker, pesawat transport, pesawat MPA, pesawat ASW dan banyak lagi juga memerlukan penambahan.
maka selain masalah kesiapan infrastruktur industri perkapalan Indonesia, masalah dana juga membuat saya sama sekali tidak yakin target 12 kapal selam di tahun 2024 bisa tercapai. ditahun 2024, Jumlah kapal selam Indonesia sebanyak 7 unit saja saya rasa sudah sangat WAH dan sangat bersyukur sekali.
prediksi saya tahun 2024 itu indonesia hanya punya 5-7 unit kapal selam.
just IMHO
Admin |
06 May 2015 12:54:47
@GI :
yup, memang ada isu yang menyatakan bahwa 2 unit kapal selam U-209 yang dimiliki Indonesia saat ini akan dipensiunkan ketika Indonesia sudah memiliki gantinya. namun memang kapan tepatnya akan dipensiunkan kita belum tau. maka itu jugalah salah satu penyebabnya saya sama sekali tidak yakin target 12 kapal selam indonesia di tahun 2024 bisa tercapai.
punya 5-7 kapal selam saja udah sesuatu yang wah itu
Melektech |
06 May 2015 20:31:17
U-209 menurut spec mampu menyelam sampai 500 meter, sesuai bertambahnya umur maka tentunya penyelaman juga harus disesuaikan.
Dengan kedalaman rata-rata laut Indonesia yang hanya 50- an meter, tentunya terlalu mudah bagi U-209 lawas kita untuk menapaki usia senja sampai setidaknya sampai tahun 2030.
masak kalah sama Fregat Van Speijk kita yang sudah berusia 50 tahun, masih tetap dipakai sebagai garda terdepan