Restu |
29 Oct 2014 11:20:27
Betul bung admin, walaupun disana ada hawk tetapi yang intercept sukoi, karna kemampuan daya jelajah hawk yang sangat terbatas, maka dari itu kita butuh pesawat tempur pengganti F5 yang memiliki kemampuan daya jelajah yang luas, Maju terus Indonesia
Gripen-Indonesia |
29 Oct 2014 14:41:13
Saya rasa Hawk 209 dari Pekanbaru juga bisa melakukan tugas yang sama, untuk intercept dan mengawal target ke Pontianak.
Jarak jangkau Hawk 209 sebenarnya tidak jelek sekali, sekitar 2,520 km.
Sedangkan jarak antara Pekanbaru dan Pontianak hanya 887 km.
Lihat di website ini:
http://ticketindonesia.info/id/penerbangan_dan_tiket_Pekanbaru_PKU_ke_Pontianak_PNK_index.php
Jadi Hawk 209 dari Skuadron-01 di Pontianak atau dari Skuadron-12 di Pekanbaru, masih bisa menyebrang antara Sumatera dan Kalimantan dan balik lagi untuk mendarat di pangkalan sendiri.
Su-27/30 dari Skuadron-11 memang sedang berada disana dalam rangka latihan pertahanan udara nasional (Hadunas) Tutuka XXXVIII. Kabarnya memang mereka sudah dipangkalkan disana sejak Senin 27/10/14.
Lihat link Batam Pos ini:
http://batampos.co.id/28-10-2014/empat-pesawat-sukhoi-siaga-di-bandara-hang-nadim/
Interception boleh dibilang sebagai latihan tambahan yang penting dan bagus sekali bagi pilot Su-27/30 Indonesia.
http://batam.tribunnews.com/2014/10/29/ini-pengakuan-pilot-sukhoi-di-batam-yang-sergap-pesawat-singapura
Perlu dicatat bahwa Skuadron-01 "Elang Khatulistiwa" juga seharusnya bisa melakukan intercept ini sendiri dari Pontianak (jarak lebih dekat).
ryuga |
29 Oct 2014 17:01:32
@Admin
Memang kita harus semakin membuka mata dan telinga (Radar kita) sudah lumayan bisa melihat, cuma masalah intercept yg lagi2 jadi problem, sukhoi memang bukan sengaja diturunkan tetapi kebetulan memang sedang melakukan latihan rutin. jadi sukhoi yg maju.
@ Gripen-indonesia
memang secara teori harusnya Hawk mampu untuk itu, tetapi kemungkinan pertama memang sekalian buat latihan pilot sukhoi atau kemungkinan kedua takutnya keburu keluar wilayah kita kalau pakai hawk.
dan memang seharusnya untuk penindakan seperti ini sekelas hawk sudah lebih dari cukup bukan pesawat utama , tapi ya good job lah buat TNI AU dan Kosekhanud halim,
salam
Melektech |
29 Oct 2014 20:50:28
Just sekedar koreksi saja, bahwa Combat Range dan Range saja berbeda
Combat Range/Intercept, pesawat akan dipacu sekencang kencangnya dan sekali-kali memakai Afterburner, jelas sangat boros bahan bakar, perkiraan Hawk yang hanya Pesawat Latih tapi dialih fungsikan ke fighter hanya bisa sampai hitungan combat range 200km saja.
Kalau Range saja, kondisinya sekedar patrol, jadi pasti memakai Economic Speed saja, maka Hawk akan mencapai 2.500 km.
Sekedar info saja, bahwasanya HAWK sekarang ini seakan akan DIANAKTIRIKAN, beberapa bulan lalu saya pernah melihat pesawat itu banyak yang RUSAK, tapi dipaksakan untuk terbang.
ini mungkin efek samping dari progran MEF yang Agresif, tapi KEUANGAN CEKAK.
Atau alokasi anggaran diprioritaskan ke Sukhoi yang kita tahu per jam terbang nya super mahal
Gripen-Indonesia |
29 Oct 2014 23:22:57
Spesifikasi Hawk biar lebih jelas:
http://www.militaryaviation.eu/trainer/BAe/Hawk_100_200.htm
Combat radius sekitar 1,234 km dengan 2 drop tanks dan membawa 1 missile.
Range disini 2,428 km.
Ferry range dengan 3 drop tanks lumayan juga, 3,610 km.
Jadi memang, sebagai pesawat tempur ringan untuk patroli, Hawk 209 masih cukup bernilai untuk TNI-AU.
@Melektech
Saya juga bingung kenapa saat ini armada Hawk 109/209 Indonesia sepertinya mengalami banyak masalah.
Admin |
30 Oct 2014 13:35:10
@Gripen-Indonesia dan @Melektech,
memang kita harus akui, selain jumlah fighter yang tergolong masih minim dibanding jumlah wilayah, isu utama lainnya yang menjadi masalah kekuatan angkatan udara kita adalah tingkat kesiapan dari sejumlah pesawat tersebut.
Namun ini pelan pelan memang sudah mulai dibenahi, sehingga mencapai tahap ideal itu memerlukan biaya dan waktu yang tidak sedikit. Semoga yang terbaik aja deh...
Gripen-Indonesia |
30 Oct 2014 16:48:16
Website TNI-AU menyajikan kronologis yang cukup baik mengenai kejadian ini:
http://tni-au.mil.id/berita/kronologi-force-down-pesawat-asing
Tampaknya memang Hawk-209 dari Skuadron-01 juga sudah lepas landas dari Pontianak untuk siap melakukan intercept juga. Mereka hanya menunggu perintah akhir.
Tetapi memang Su-30MK2 dari Batam yang diperintahkan untuk melakukan intercept, walaupun jaraknya hanya 142 NM (Nautical Miles) dari Pontianak.
Kronologis ini sepertinya menunjukkan, kalau Sukhoi Flanker kebetulan sedang tidak berada di Batam, interception ini juga tetap akan berhasil dilakukan oleh "Elang Khatulistiwa". Jarak hanya 142 NM dari Pontianak tidak begitu jauh. Tergantung dimana posisi Hawk-209 sewaktu itu, mungkin mereka hanya akan membutuhkan 5 - 10 menit untuk bisa melakukan interception yang sama.
phadyl |
01 Nov 2014 23:21:48
Satu pesan yang sangat jelas yang ingin ditunjukan oleh TNI AU, bahwasan-nya memang secara langsung ingin menunjukkan kepada pemerintah dan masyarakat bahwa tidak salah kita mengakuisisi pespur jenis SHUKOI ini, dengan segala kelebihan dan juga kekurangannya memang pesawat jenis ini sangat cocok sebagai pesawat pencegat/pengintersep di atas lautan kita yang sangat luas.
Harus kita akui bahwa dengan pengakuisisi pesawat jenis ini, Negara Kita sangat2 tidak dipandang sebelah mata lagi oleh negara2 tetangga dan dapat berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dalam perkembangan udara dikawasan.
Ane bukan fansboy nya Shukoi Gan, ane suka dengan Gripen/Rafaele dan Typhon, tapi kalo pada akhirnya kita menjatuhkan pilihan kepada keluarga Shukoi lagi/SU35, itu bukan suatu pilihan yang salah, dan patut kita hargai karena akan menambah daya gedor kita di Udara, Swa Buana Paksa.........
Melektech |
02 Nov 2014 08:52:24
Memang tidak salah apabila kelak yang jadi pemenangnya Su-35,
Tapi kita juga akan menanggung beban yang LUAR BIASA BERAT pada faktor KEUANGAN biaya operasional, akibat dari kebijakan tersebut.
Kemungkinan besar dengan amat terpaksa kita menonaktifkan beberapa HAWK, atau bahkan F-16 kita.
Atau bisa saja TNI-AL juga akan menanggung beban tersebut (mengalah), dengan mengurangi gelar patroli laut, atau menonaktifkan beberapa komponen "mahal" kapal tempur utama kita hanya untuk memperpanjang masa pakainya.
Ibaratnya seoarang ayah (negara) yang hanya mampu beli sepeda motor, namun dipaksa oleh anaknya (TNI) untuk beli mobil,
akibatnya yang dulunya biasanya bisa makan "4 sehat - 5 sempurna", kini hanya bisa "3-sehat saja", karena uangnya habis buat beli bensin dan servis mobil tersebut.
phadyl |
02 Nov 2014 09:59:34
@Melektech
Sy sangat setuju dengan pandangan Bung, akan tetapi Kedaulatan Negara memang harus di bayar dengan harga yang mahal (ada harga yang harus dibayar), akan tetapi mudah2han ke depan dengan rencana pemerintah menaikan harga BBM (walaupun hati kecil sy tdk setuju) mungkin itu memang sdh menjadi pilihan terbaik pemerintah untuk menstabilkan neraca anggaran negara kita dan penambah program yg pro Rakyat serta termasuk membiayai dan melanjutkan program pembelian Alutsista kita ke depan yg bekelanjutan, sy ikhlas saja.
Masalah biaya yang besar yang Bung sebutkan diatas, sy yakin hal tersebut telah dipikirkan dengan dalam oleh para pengambil kebijakan di Negara Kita, semoga kedepan SDM Prajurit kita makin maju dan modern dalam kepemilikan Alutsista, Amin
Melektech |
02 Nov 2014 11:21:17
Saya sangat berharap di analisismiliter.com ini berisi ANALISA, yang merupakan FAKTA.
sesuai dengan judulnya yang "analisis", seperti contohnya @gripen-Indonesia dan @admin sendiri
bukan DELUSION atau DREAMING, seperti yang terjadi di WARUNG sebelah
apalagi di campur baurkan dengan politik "praktis", yang pastinya ngak penting diuangkapkan disini.
alangkah lebih baiknya menyampaikan pendapat/sanggahan secara Ke-ILMU-an, sehingga menjadi LEBIH MENARIK dan DAPAT ILMU bagi yang membacanya.
namun rupanya, saya lihat beberapa warga warung sebelah kelihatannya juga berbondong bondong kemari
Admin |
02 Nov 2014 14:13:21
@Melektech,
maksud mas warung sebelah itu JKGR? ya kalau itu tahun 2012 lalu blog itu masih bagus kok, tapi belakangan blog itu isinya kebanyakan halusinasi akut dan sayangnya banyak yang percaya. tapi biarkan saja tar juga nyadar sendiri..
saya sendiri berusaha menjaga kualitas blog ini agar isu yang diangkat adalah isu yang original dan diusahakan berdasarkan fakta yang ada. kalaupun tidak ada datanya, saya usahakan menggunakan logika yang bisa diterima akal sehat. bukah sesuatu yang mengada ada.
Admin |
02 Nov 2014 14:19:54
@phadyl,
saya setuju kalau dikatakan pesawat tempur Sukhoi Indonesia memiliki efek gentar yang baik karena memiliki kemampuan besar dalam menggotong senjata serta jarak jangkau yang jauh. maka akusisi flanker ini satu langkah yang cukup baik bagi Indonesia.
namun tidak bisa dipungkiri, selain biaya operasional dan maintenacenya yang sama, ada permasalah lain juga karena Indonesia punya 2 fighter dengan teknologi berbeda. F16 dengan Teknologi NATO dan SUkhoi dengan teknologi Rusia. satu sisi ini taktik Indonesia hindari embargo militer Amerika, tapi dampak negatifnya adalah SANGAT SULIT membangung angkatan udara yang terintegrasi kalau ada teknologi rusia dan NATO sekaligus dalam angkatan udara Indonesia.
akibatnya adalah alutsista TNI AU ini tidak bisa terkoneksi satu dengan lainnya dalam Network Centric Warfare sistem. padahal kedepannya angkatan udara modern HARUS terintegrasi dalam sistem Network Centrik Warfare ini. disinilah masalah yang menjadi dilema bagi Indonesia. dan itu masalah BESAR
just IMHO
Melektech |
02 Nov 2014 18:40:05
@admin betul sekali
saya dulu sejak Th.2012 an sangat aktif di sana, namun lambat laun, dengan semakin banyaknya "racun" berdatangan, semakin tidak terkendali
Malah Admin dan beberapa "senior" ikut ikutan keracunan, dan membiarkan artikel-artikel yang MENYESATKAN dan KE-KANAK KANAK-AN dibiarkan ditampilkan.
Padahal secara tidak langsung, NAMA BANGSA INDONESIA dipertaruhkan di sini
bahkan sekarang kecenderunganyan kearah Komersial, jauh dari Jurnalis / Analis Profesional, atau setidaknya mendekati
Semoga @Admin tidak mengikuti jejak mereka
Saya sangat suka Artikel Anda, dan menjadi salah satu sumber Inspirasi saya, yang mengedepankan Fakta - Analis.
Juga Indomiliter.com ,Sedang untuk berita up-to-date disamping milik anda, juga GarudaMiliter milik bung Antonov (kalau ndak salah), disamping referensi berita/analis dari luar negeri
SALAM, DAN SUKSES SELALU