22 May 2013 13:09:46 | by Admin
| 32013 views | 0 comments
|
4.5/5 Stars dari 1 voter
Tahun 2013 adalah tahun yang banyak tantangan bagi saya pribadi, karena banyak sekali kenyataan hidup yang harus saya hadapi. Tapi apapun itu, sampai detik ini tidak ada kekurangan yang sangat berarti dalam kehidupan saya. Kesehatan Ibunda juga sudah mulai pulih, walaupun masih jauh dari kondisinya semula. Namun setidaknya itu sudah membawa sukacita baru dan membawa sebuah harapan baru di tengah kegelisahan yang selama ini saya rasakan. Thanks buat semua pembaca blog AnalisisMiliter.com ini yang sudah memberikan dukungan doa untuk Ibunda saya.
Namun dari beberapa berita gembira itu, ada satu berita yang menurut saya sebagai admin AnalisisMiliter.com sangat menarik untuk di bahas. Berita itu adalah tentang TNI AU yang menolak Hibah F-5 E/F dari Korea Selatan. Saya pribadi memiliki 2 perasaan berbeda dalam masalah penolakan TNI AU ini. Satu sisi, saya senang karena tanda tanda F-5 akan pensiun sudah mulai terlihat, sehingga kemungkinan F-5 akan segera di ganti semakin lebar. Namun disisi lain, saya sedikit kwatir apakah F-5 ini akan benar-benar di pensiunkan di 2015 ini. Ataukan akan tetap digunakan sampai dengan 2020 atau lebih.
Seperti tulisan saya sebelumnya mengenai Alternatif Pengganti F-5 E/F TNI AU, harapan saya penggantinya adalah Su-35 BM. Harapan ini adalah harapan ideal dari saya, namun sering sekali pengadaan alutsista di Indonesia bukan didasarkan sesuatu yang Ideal, namun lebih sering didasari oleh pertimbangan keterbatasan anggaran. Maka harapan saya dan banyak pecinta alutsista gahar lainnya, bisa saja tidak terwujud dan harus gigit jari karena bukan itu yang di datangkan untuk menggantikan F-5 TNI AU.
Penolakan TNI AU Terhadap F-5 E/F Hibah dari Korea
Alasan dibalik penolakan TNI AU terhadap hibah F-5 dari Korea yang di publikasikan adalah bahwa F-5 TNI AU memiliki banyak modifikasi yang berbeda dengan F-5 Korea Selatan. Tidak dijelaskan secara detail apakah perbedaan modifikasi F-5 Indonesia dengan Korea Selatan, namun dari pernyataan pihak TNI AU kita bisa melihat bahwa TNI AU sebagai user tidak terlalu berminat dengan F-5 Korea. Menurut pendapat saya (hanya opini saya), penolakan TNI AU ini bisa dikarenakan keinginan mereka untuk mendapatkan jet tempur yang baru yang lebih baik dari F-5 saat ini. Karena kalau mereka menerima hibah F-5 Korea Selatan, maka masa pakai F-5 kemungkinan akan diperpanjang sampai dengan 2020-an, bukan pensiun di 2015.
Nah sekarang TNI AU sudah menyatakan menolak F-5 hibah dari Korea. Selanjutnya yang menjadi pertanyaan adalah apa implikasi penolakan hibah ini terhadap kelangsungan Skuadron F-5 TNI AU? Sebagai informasi umur operasional F-5 ini sudah sekitar 30 tahunan di TNI AU. Satu usia yang sudah cukup tua dan sudah masanya untuk digantikan dengan pesawat yang lebih canggih. TNI AU sudah menolak hibah, maka mau tak mau sampai dengan pensiun armada F-5 TNI AU hanya akan seperti keadaannya sekarang ini. Yang menjadi pertanyaan, kapan F-5 TNI AU ini akan benar benar beristirahat dan pensiun? Masa pensiun F-5 TNI AU ini pun ada 2 versi, ada berita yang menyebutkan akan pensiun di 2015, namun ada yang menyatakan akan pensiun di tahun 2020. Kalau saya pribadi sebagai admin AnalisisMiliter.com lebih memilih TNI AU mengakhiri masa bakti F-5 di tahun 2015, bukan di tahun 2020. Namun sekarang sudah pertengahan tahun 2013, belum ada tanda-tanda F-5 akan di pensiunkan di tahun 2015. Sedangkan untuk meneruskan penggunaan F-5 sampai dengan tahun 2020, sepertinya sudah kurang tepat, karena selain secara teknologi sudah ketinggalan dan juga umur airframe pesawat yang sudah akan lebih dari 35 tahun di tahun 2015 keatas.
Project Jangka Panjang TNI AU : IFX
Membicarakan modernisasi TNI AU saat ini akan sulit untuk dilepaskan dari sebuah project jangka panjang pemerintah Indonesia untuk TNI AU, yaitu Joint Development KFX/IFX bersama Korea Selatan untuk mendapatkan pesawat generasi 4.5 di tahun 2025-an. Walaupun saat ini, project ini masih dalam masa penundaan selama 1.5 tahun, sampai saat ini, project ini masih menjadi sebuah harapan bagi pemerintah sebagai jawaban untuk menuju kemandirian Indonesia. Nah untuk menyongsong KFX/IFX ini di tahun 2025, pemerintah Indonesia sudah menyiapkan Stop Gap-nya berupa 24 unit F-16 Hibah dari Amerika dan Upgrade 10 unit F-16 A/B existing agar bisa dipakai sampai 2025. Untuk F-16 hibah dan F-16 existing TNI AU, sepertinya masih memungkinkan untuk operasional sampai dengan 2025 nanti.
Namun yang menjadi masalah adalah F-5 TNI AU yang saya rasa tidak mungkin untuk di operasikan sampai dengan 2025 sebagaimana dilakukan pada F-16. Namun disisi lain, pemerintah sudah merencanakan bahwa hanya ada 2 type fighter Indonesia, dimana satu slot sudah diisi oleh Sukhoi Family. Satu slot lagi akan di isi oleh pengganti F-16 yang diharapkan pemerintah adalah KFX/IFX nantinya. Maka jika ingin memenuhi tuntutan penyederhanaan type fighter itu, maka ada baiknya calon pengganti F-5 TNI AU berasal dari kedua item ini yaitu keluarga Sukhoi atau KFX/IFX nantinya (dengan catatan KFX/IFX berhasil). Kalau pengganti F-5 berasal dari keluarga Sukhoi Family, maka skenarionya akan sama dengan tulisan saya sebelumnya mengenai pengganti F-5. Namun jika pengganti F-5 nantinya diharapkan dari klan KFX/IFX, maka mau tak mau, F-5 pun memerlukan Stop Gap sebagaimana sudah dilakukan pada F-16 TNI AU.
Nah inti tulisan kali ini adalah alternatif lain pengganti F-5 dengan pengganti berasal dari ‘klan KFX/IFX’, bukan dari ‘klan Sukhoi Family’.
Stop Gap untuk penggantian F-5 TNI AU
Seperti saya jelaskan diatas, bahwa kalau F-5 TNI AU mengharapkan KFX/IFX, maka F-5 TNI AU memerlukan Stop Gap. Mengingat F-16 juga sudah dijadikan menjadi stop gap untuk menuju project KFX/IFX bisa operasional di 2025, maka saya rasa stop gap paling baik untuk menggantikan F-5 TNI AU adalah F-16 hibah tambahan dari Amerika selain 24 unit hibah yang pertama. Selain TNI AU sudah cukup familiar dengan F-16, pilihan ini juga akan menyederhanakan type fighter TNI AU menjadi hanya 2 type fighter yaitu F-16 dan Sukhoi Family.
Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah akan ada hibah tambahan selain hibah 24 unit F-16 yang sudah diberikan Amerika sebelumnya? Nah dibeberapa sumber berita, saya sebagai admin AnalisisMiliter.com membaca bahwa ada opsi hibah tambahan F-16 dari Amerika Serikat yang berbeda dari hibah sebelumnya. Itu artinya, bahwa jika Indonesia mau opsi ini sudah sangat terbuka untuk dijalankan oleh Pemerintah Indonesia. Ditambah lagi dari salah permintaan TNI AU ketika menolak hibah F-5 dari Korea, dimana pihak TNI AU menginginkan TNI AU menerima pesawat yang sama dengan yang dimiliki TNI AU saat ini. KSAU dalam siaran pers penolakan hibah F-5 dari Korea pernah berkata “ Kalau bisa kami diberi pesawat yang sama dengan yang kami punya”. Ini memang tidak secara spesifik membahas pesawat apa yang di inginkan TNI AU, tapi mengingat F-16 hibah akan segera datang, maka tidak tertutup kemungkinan ini juga termasuk dari yang diinginkan TNI AU.
Tambahan Hibah F-16 sebagai Stop Gap F-5 TNI AU
Dengan mempertimbangkan tambahan hibah F-16 dari Amerika sebagai bagian stop gap pengganti F-5, maka Indonesia nantinya akan bisa menyederhanakan type fighter menjadi 2 jenis yaitu Sukhoi Family dan F-16. Perhatikan bagan timeline rekaan yang sudah saya buat untuk menggambarkan skenario hibah ini. Data ini saya buat berdasarkan asumsi saya pribadi, yang belum tentu kebenarannya. Gambar ini hanya saya pergunakan untuk menggambarkan secara garis besar saja.
Kalau kita perhatikan, di tahun 2014, Sukhoi Indonesia akan lengkap satu skuadron. Dan Hibah F-16 dari Amerika mulai akan datang pada tahun 2014, dan diharapkan di tahun 2015, Indonesia sudah memiliki 2 Skuadron F-16 Block 32++. Sedangkan F-5 pada tahun 2014 masih akan operasional di tahun 2014-2015, namun selanjutnya akan di pensiunkan di tahun 2015. Sebagai stop gap nya diambil hibah tambahan F-16 dari Amerika di tahun 2016, sehingga di tahun 2017-2025, diharapkan Indonesia akan memiliki 3 Skuadron F-16 Block 32++. Nah ketiga Skuadron F-16 Block 32++ inilah yang akan digantikan dengan 3 Skuadron KFX/IFX, dengan catatan KFX/IFX berhasil. Namun jika KFX/IFX gagal, maka mau tidak mau Indonesia harus membeli pesawat workhorse lainnya sebanyak 3 skuadron sekaligus.
Plus – Minus Tambahan F-16 Hibah sebagai Stop Gap Pengganti F-5
Dibandingkan dengan alternatif pengganti F-5 pada tulisan pertama saya yang mengusulkan Su-35 BM sebagai pengganti F-5, maka pada tulisan ini kita akan melihat kelebihan dan kekurangannya dibandingkan dengan alternatif kedua yaitu tambahan hibah F-16 Block 32++ sebagai pengganti F-5.
Kelebihan F-16 Hibah sebagai Stop Gap Pengganti F-5 dibandingkan dengan F-5 yang langsung digantikan dengan Su-35 BM :
1. Biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah
2. TNI AU bisa menyederhanakan type fighter menjadi 2 type, yaitu F-16 dan Su-27/Su-30
3. TNI AU sudah cukup familiar dengan sistem F-16.
4. Secara penyediaan logistik, hal ini akan memudahkan TNI AU.
5. Dapat segera di realisasikan mengingat adanya tawaran dari Amerika.
6. Dimasa depan, bisa langsung digantikan dengan KFX/IFX bersamaan dengan 24 F-16 Hibah + 10 F-16 existing (dengan catatan KFX/IFX berhasil).
Sedangkan kekurangan F-16 Hibah sebagai Stop Gap di bandingkan dengan F-5 langsung digantikan dengan Su-35 BM adalah :
1. Secara teknologi akan tertinggal beberapa langkah dari tetangga.
2. Umur airframe yang sudah tua, sehingga tidak bisa beroperasi jangka panjang.
3. Sangat bergantung kepada keberhasilan program KFX/IFX.
4. Jika KFX/IFX gagal total atau gagal untuk beroperasi selambat-lambatnya 2030, maka 3 Skuadron F-16 hibah ini akan menjadi terlalu tua, sehingga perlu dipikirkan antisipasinya dari jauh-jauh hari.
5. Jika KFX/IFX gagal total, maka Indonesia harus mencarikan pesawat untuk workhorse lain sebanyak 3 skuadron sekaligus yang tentunya akan memakan banyak biaya dan waktu.
6. Seandainya ekonomi Indonesia menghadapi masalah besar seperti krisis moneter pada tahun 2025-2030, maka kekuatan Indonesia akan hanya bergantung pada 1 Skuadron Sukhoi.
7. Perlu dipertimbangkan penambahan 1 Skuadron Sukhoi lagi, entah Su-30 MK2 ataupun Su-35 BM sebagai satu skuadron baru paralel dengan Stop Gap F-5 ini. Sehingga kalau masalah diatas terjadi, Indonesia masih memiliki 2 Skuadron Sukhoi Family untuk menjaga kedaulatan Indonesia.
Ini adalah plus – minus alternatif tambahan hibah F-16 Block 32++ sebagai stop gap pengganti F-5 TNI AU. Poin-poin plus minus ini hanyalah rekaan saya berdasarkan opini saya pribadi sebagai admin AnalisisMiliter.com. Bisa saja apa yang saya tuliskan kurang tepat atau masih banyak kekurangan, namun saya hanya berusaha untuk membuka sebuah pemahaman baru mengenai masalah penggantian F-5 ini.
Sebenarnya apapun yang menjadi pilihan pemerintah dalam hal masalah masa depan Skuadron F-5 ini, semuanya pasti ada plus dan minusnya. Saya sebagai orang awam yang tidak memiliki kontak dengan orang dalam di pusat pengambil keputusan, sangat berharap bahwa mereka yang mengambil keputusan akan benar-benar mempertimbangkan sebaik mungkin untuk kebaikan Indonesia di masa yang akan datang. Saya hanya berharap pihak yang berkepentingan benar-benar mempersiapkan perencanaan penggantian F-5 ini secara matang dan penuh pertimbangan.
Yang saya dan kita harapkan hanyalah yang terbaik bagi Indonesia, demi jayanya nama Indonesia. Saya juga berharap pilot-pilot terbaik TNI AU dan para crew-nya mendapatkan pesawat yang terbaik yang bisa dimiliki Indonesia, agar para pilot dan crew kebanggaan Indonesia ini tetap bisa menjalankan tugasnya menjaga kedaulatan Indonesia dengan baik.
Pengaruh KFX/IFX Terhadap Kekuatan TNI AU di Tahun 2025-2030
Seperti yang sudah saya sebutkan diatas bahwa pilihan untuk menggantikan F-5 dengan Stop Gap berupa F-16 tambahan akan sangat membuat kekuatan Indonesia di tahun 2025-2030 bergantung kepada keberhasilan project KFX/IFX. Kalau KFX/IFX berhasil dan bisa operasional minimal di tahun 2030, maka TNI AU tidak akan mengalami masalah yang berarti. Namun yang menjadi masalah bagiamana kalau KFX/IFX gagal? Bisa gagal karena KFX/IFX gagal total atau berhenti di tengah jalan, atau berhasil namun belum bisa dioperasionalkan minimal di tahun 2030. Kondisi ini tentunya akan membuat posisi TNI AU didalam masalah dan memerlukan antisipasi dan plan B untuk rencana alternatif.
Maka disini saya sudah membuat sebuah bagan kasar sebagai rencana plan cadangan untuk mengantisipasi ini. Lagi-lagi apa yang saya gambarkan ini hanya opini saya pribadi, yang mungkin tidak akan membawa pengaruh apapun terhadap kebijakan pemerintah dalam hal ini. Namun saya hanya berusaha membukakan sebuah masalah yang harus dipikirkan sejak dari dahulu. Saya hanya berharap tulisan ini bisa memberikan pemahaman bagi kita sesama orang awam, syukur-syukur ada ’orang penting’ tanpa sengaja membaca tulisan ini. Namun saya yakin mereka yang berkepentingan dalam hal ini sudah memikirkan hal itu jauh-jauh hari.
Dengan skenario KFX/IFX berhasil dan bisa beroperasional di TNI AU minimal di tahun 2030, maka 3 Skuadron F-16 Block 32++ akan digantikan dengan 3 Skuadron KFX/IFX. Angka 3 Skuadron ini adalah asumsi saya, karena dari beberapa publikasi disebutkan bahwa Indonesia akan membeli 50 unit KFX/IFX yang berarti pas untuk 3 Skuadron. Maka bagannya akan terlihat seperti di bawah ini :
Dibagan diatas saya masukkan Skuadron Sukhoi menjadi 2 Skuadron, karena menurut saya pada tahun 2025-2030, kekuatan udara Indonesia akan masuk ke masa transisi yaitu penggantian 3 Skuadron F-16 dengan 3 Skuadron KFX/IFX. Tentunya proses transisi ini bisa saja terlambat atau mengalami kendala, sehingga saya merasa Indonesia membutuhkan sebuah tambahan skuadron Sukhoi (entah itu Su-30MK2 seperti saat ini atau Su-35 BM) yang terpisah dari rencana penggantian F-5 TNI AU ini. Ini berguna untuk menopang kekuatan AU Indonesia di masa transisi ini dan untuk memastikan Indonesia tidak tertinggal jauh dari tetangga.
Dalam Skenario KFX/IFX gagal total, maka Indonesia akan menghadapi sebuah masalah yang cukup besar yaitu dimana 3 Skuadron F-16 pada tahun 2025-2030 akan mengalami masalah karena faktor usia sehingga butuh segera digantikan. Namun karena KFX/IFX yang diharapkan sebagai pengganti gagal, maka Indonesia harus mencari pengganti lain yaitu 3 skuadron workhorse fighter sekaligus. Tentunya dana dan waktu yang dibutuhkan untuk mengakuisisi 3 skuadron workhorse fighter minimal generasi 4.5 akan banyak. Nah disinilah dibutuhkan kesetabilan ekonomi dan politik di Indonesia. Seperti yang saya sebutkan diatas, pada masa ini, jika Indonesia mengalami masalah ekonomi atau politik yang berat, maka akan sangat berdampak pada anggaran yang terbatas sehingga untuk penggantian 3 skuadron F-16 ini akan bermasalah. Proses penggantian yang bermasalah ini akan berdampak besar kepada kekuatan udara Indonesia.
Nah tentunya skenario KFX/IFX gagal ini akan memberatkan Indonesia, namun jika pemerintah memiliki Plan B untuk menghadapi situasi ini saya rasa akan lain ceritanya. Namun saya pribadi tidak mengetahui apakah pemerintah memiliki Plan B untuk skenario ini atau tidak. Mudah-mudahan saja punya ya dan tentunya kita juga berharap pemerintah punya.
Penutup
Tulisan diatas sudah panjang lebar saya jabarkan alternatif lain pengganti F-5 TNI AU, namun apa yang saya tuliskan ini murni hanyalah opini saya pribadi. Bisa saja apa yang saya tulis ini berbeda dengan pendapat para pembaca sekalian. Namun tujuan saya hanyalah untuk membukakan sebuah wacana yang menjadi pemikiran saya. Selebihnya koreksi dan juga saran serta diskusi sehat dari pembaca sekalian akan membuat wawasan dan pemikiran kita terbuka. Untuk itu saya mengundang semua pembaca untuk boleh memberikan koreksi maupun saran atas tulisan ini untuk kebaikan kita bersama. Mudah-mudahan apa yang kita tulis dan diskusikan, secara sengaja atau tidak “terdengar” oleh orang-orang yang berperan dalam mengambil keputusan diatas sana.
Akhir kata, saya ingin mengucapkan betapa saya dan semua warga Indonesia, harus berterima kasih yang sebesar-besarnya bagi segenap Pilot, Kru, dan Staff lainnya yang selama ini sudah menjaga kedaulatan Indonesia, secara khusus untuk Skuadron 14 F-5 E/F TNI AU. Saya berharap jasa-jasa mereka akan selalu dikenang sebagai kebanggaan Indonesia dan mereka akan mendapatkan pesawat pengganti yang benar-benar mereka butuhkan. Salam dari Admin AnalisisMiliter.com untuk segenap kru, pilot dan staff lainnya di Skuadron 14 F-5 E/F TNI AU.
Label :
Baca juga artikel terkait lainnya :
1.
Again : Jet Tempur Hwak-209 Jatuh di Pekanbaru
2.
Modernisasi Kapal Selam Indonesia Tahun 2015-2020
3.
Kembali Berduka, Pesawat Tempur Super Tucano Indonesia Jatuh
4.
Dibalik Pengganti Pesawat Tempur F-5 Indonesia
5.
MLRS Astros II Mk6 : Senjata Baru TNI AD
6.
Dua Unit Tank Leopard 2 Tiba di Indonesia Awal November 2012?
7.
Pengaruh Uji Coba Rudal Yakhont TNI AL di Asia Tenggara
8.
Pentingnya Perananan T-50i Sebagai Pesawat LIFT TNI AU
9.
ASTROS II dan CAESAR : Bintang Pameran Alutsista TNI 2012
10.
Konflik Laut Cina Selatan dan Posisi Strategis Indonesia
Belum ada komentar untuk artikel ini