Melektech |
20 Sep 2015 20:50:42
Inilah kalau fanboy mania salah dalam pemberitaan,
Radar F-22 APG-77 itu generasi awal, sekarang F-22 memakai AGP-77v1
Irbis-E ==> PESA
Jangkauan deteksi RCS 3m2 : 400km
Jangkauan deteksi RCS 1m2 : 250km
Jangkauan deteksi RCS 0.01m2 : 90 km ==> F-35
Jangkauan deteksi RCS 0,001m2 : 30km ==> F-22
PESA rentan di jamming, karena Single Tx dengan banyak Rx
APG-77v1 yang ada di F-22, 2000-an modul Tx/Rx
Jangkauan deteksi RCS 3m2 : 600km
Jangkauan deteksi RCS 1m2 : 400km
AESA sangat sulit di jamming karena tiap modul (Tx/Rx) mempunyai frekuensi sendiri sendiri, ditambah total frekuensi berubah 1 juta kali/detik
dan karena perpindahan frekuensi yang sangat cepat, sehingga sangat sulit dideteksi
AESA mempunyai kemammpuan Jamming yang sangat kuat, karena dapat menembakkan frekuensi gabungan (Tx/Rx)
Radar APG-77v1 inilah yang menjadi cikal bakal APG-81 yang dipakai F-35
Melektech |
20 Sep 2015 23:01:39
Lanjutan tentang Irbis-E
Jangkauan deteksi RCS 3m2 : 400km ---> itu kalau dalam kondisi normal, artinya
Dalam pertempuran sesungguhnya jangkauannya akan melorot sampai 200-an km (RCS 3m2), karena adanya gangguan cuaca, noise ataupun jamming dari musuh
Karena AESA multi pemancar (Tx), maka dia dengan mudah membagi fungsi tiap pemancar secara simultan. sebagian untuk radar, sebagian untuk jamming, sebagian untuk RWR
berbeda dengan PESA yang harus bergantian
AESA tidak membutuhkan engsel, hal itu akan mempermudah dalam perawatan
Berbeda dengan Irbis-E yang masih memburtuhkan Engsel, sehingga mudah rusak.
Meskipun merupakan radar baru dan lanjutan dari radar BARS (Su-30MKI series), ternyata Engsel Irbis-E lebih berisik 3.5dB dari BARS
Raven ES-05 AESA milik Gripen-NG, ditenggarai berjangkauan sekitar 300km
Namun mempunyai daya tahan terhadap NOISE dan JAMMING yang jauh lebih tinggi dari Irbis-E, Sehingga diperkirakan dalam pertempuran, Radar AESA ini mampu mempertahankan daya jangkaunya
Melektech |
20 Sep 2015 23:24:49
Sangat betul bung,
Su-35 mempunyai penampang paling pesar (bentuk pesawatnya paling besar), sehingga RCS nya sangat besar
mengenai Radar-Absorbent Material (RAM), kalau hanya COATING (Cat) hampir semua negara produsen pesawat sudah bisa, namun sangat kurang efektif.
Jauh berbeda dengan F-22 dan F-35, disamping disainnya memang stealth, juga memakai Material RAM sesungguhnya, bukan hanya sekedar Coating seperti Su-35
F-22 dan F-35 meskipun bermanuver dia tetap SILUMAN, karena memang didisain seperti itu.
errik |
21 Sep 2015 10:24:34
Keliatannya justru kritik utamanya lebih ke kesesuaiannya dengan sistem pertahanan nasional dengan matra lain. Karena kalo cuma 'strategis' maka jet ini murni musti ngandalin kinerjanya sendiri, seperti radar yg disebut di atas.
Kompas bagus juga ngutip mantan KSAU ini yg terkenal sebagai ahli penerbangan pemikir & kritis.
Melektech |
21 Sep 2015 10:55:10
Betul sekali bung @errik
Dibutuhkan tim yang solid untuk memenangkan pertandingan
Semua saling terhubung, jangan sampai salah mengoper bola
Contohnya kemarin, karena MISS KOMUNIKASI, pesawat baling baling bambu dari Australia, bisa lolos sampai Manado, kejadian yang sangat memalukan.
Su-27/30 dibuat kebingungan sendiri
bisa dibayangkan kalau pesawat tersebut membawa suatu misi khusus
Loai |
21 Sep 2015 12:58:58
karena MISS KOMUNIKASI, pesawat baling baling bambu dari Australia, bisa lolos sampai Manado, kejadian yang sangat memalukan.Su-27/30 dibuat kebingungan sendiri
=============
Kalau gitu mirip ketika B747 Korean Air Lines Flight 007 yang besar, gemuk (pasti RCSnya sangat-sangat besar) dan hanya berkecepatan subsonic melewati pangkalan militer di Petropavlovsk-Kamchatsky dan baru bisa dikejar jet USSR setelah lmenjauh lebih dari 1000 km.
Loai |
21 Sep 2015 13:13:21
Imho, untuk intersepsi lebih tepat jika menggunakan MiG MiG 29 atau Mirage 2000. Melihat cara Sukhoi TNI tinggal landas, tampaknya pesawat ini jauh lebih tepat jika digunakan sebagai patroli udara.
GI |
21 Sep 2015 13:32:49
========================================================
Secara teknis, Su-35 memiliki kemampuan setara, bahkan dalam beberapa aspek lebih unggul daripada pesawat generasi V, seperti F-35 yang hendak diadopsi oleh Singapura dan Australia, serta F-22 yang dimiliki AS. Radar Irbis-E yang terpasang di hidung Su-35 mampu mengendus lawan yang berada di jarak 400 kilometer, lebih jauh daripada jarak pantauan radar F-22 yang hanya 240 kilometer. Rudal-rudal yang diangkutnya pun mampu menyaingi AIM-120 AMRAAM milik AS dan mitra strategis mereka di kawasan.
===========================================
Sebenarnya kalau membaca ini artinya menjadi sangat menyedihkan....
Spt bung Melektech sudah post-kan diatas --- basic facts-nya saja sudah salah besar....
Irbis-E yg hanya tipe PESA dapat menandingi AN/APG-77 AESA radar yg membawa 2,000 transmitter??
"Menandingi" F-22? Mana bukti2 kuat pendukung yg subtansial?
Su-35 belum pernah diuji menghadapi tipe manapun!
Sedangkan F-22 (dalam latihan2 udara US) sudah termasyur dapat membantai ratusan F-15 dan F-16 -- berkat keunggulan stealth, dan AESA radar --- sebelum akhirnya Typhoon dan Rafale merusak pesta Raptor!
Perhatikan pernyataan RAAF Air Marshal Geoff Brown mengenai pertempuran udara menghadapi F-22:
=================================================================
“…the ability to actually have that data fusion that the aeroplane has makes an incredible difference to how you perform in combat. I saw it first hand on a Red Flag mission in an F15D against a series of fifth-generation F22s. We were actually in the red air. In five engagements we never knew who had hit us and we never even saw the other aeroplane…. After that particular mission I went back and had a look at the tapes on the F22, and the difference in the situational awareness in our two cockpits was just so fundamentally different. That is the key to fifth-generation. That is where I have trouble with the APA analysis.”
=======================================================
Btw -- ini adalah pernyataan resmi yg dibuat di parlemen Australia --- utk memperbandingkan kemampuan tempur pespur stealth modern dengan apa yg sudah ditulis Carlo Kopp dan Peter Goon -- penulis APA (Ausairpower); yg sudah termasyur melebih2kan kemampuan Su-35.
Yah, Ausairpower memang sangat berpengaruh -- bahkan ke percaturan politik pembelian senjata di Australia.
Lanjut pernyataan Air Mashall Brown:
=======================================================
To me that is key: it is not only stealth; it is the combination of the EOS and the radar to be able to build a comprehensive picture. In that engagement I talked about at Nellis, in Red Flag, the ability to be in a cockpit with a God’s-eye view of what is going on in the world was such an advantage over a fourth-generation fighter – and arguably one of the best fourth-generation fighters in existence, the F15.
But even with a DRFM jamming pipe, we still had no chance in those particular engagements. And at no time did any of the performance characteristics that you are talking about have any relevance to those five engagements.”
======================================================
Keunggulan pespur Barat --- hampir semua tipe modern --- diatas Su-35 adalah situational awareness.
Dan seperti kita lihat --- Australia sebenarnya sudah mengerjakan PR mereka sebelum memilih membeli Super Hornet dan F-35 --- terlepas dari pernyataan2 Ausairpower.
Dan mereka sudah berpengalaman menghadapi F-22 ---- apalah artinya efek gentar "palsu" dari Su-35?
banyuwerno |
21 Sep 2015 13:40:21
LAgi bung GI saya mw nanya jika Su 35 tidak ada artinya dalam menghadapi F22 dan F35 bagaimana dengan gripen dapat menghadapi F22 dan F35 terlepas dari bantuan AEW&C ??? Begitu saja bung GI
Melektech |
21 Sep 2015 13:57:43
Betul bung@Loai
Armada F-5 Tiger-II adalah pesawat intercept. Ringan-cepat dan gesit
Seharusnyalah pengantinya diambil dari pesawat dengan fungsi yang sama
Su-27/30/35 terlalu tambun untuk fungsi seperti ini, terlalu lamban (persiapan) dan boros biaya
Memang untuk fungsi seperti ini hanya Gripen yang saya kira bisa menggantikan fungsi F-5
dengan adanya Build-In APU (Auxiliary Power Unit) hanya butuh 5 menit saja, pesawat sudah mengudara
dengan mesin Supercruise nya Gripen dengan cepat menemukan musuh tanpa menghidupkan Afterburner yang sangat boros BBM
dengan DATA TRANSFER dari petugas ground radar, maka pesawat akan langsung menuju sasaran dengan tepat
dengan Radar terbaru dengan lebar pandang 200 derajat, dengan mudah gripen menemukan target
GI |
21 Sep 2015 13:59:02
Yang sangat menyedihkan sekali...sepertinya para petinggi kita belum benar2 mengerjakan PR mereka dalam memilih pespur. Seolah2 mereka sama sekali tidak menanggap serius; merasa tidak ada yg dipelajari.
Kesimpulan mereka "Su-35 huebat, bisa mengalahkan F-22...."
Perhatikan baik2 kompetisi M-MRCA di India yg berlangsung dari tahun 2001 sampai 2011:
====================================================
http://www.defenseindustrydaily.com/mirage-2000s-withdrawn-as-indias-mrca-fighter-competition-changes-01989/
====================================================
https://en.wikipedia.org/wiki/Indian_MRCA_competition#Tender_history
====================================================
1. Masing2 pembuat memberikan proposal lengkap dan mendetail yg sampai ribuan halaman, yg kemudian dipelajari baik2 oleh tiga pihak: pemerintah, IAF, dan industri pesawat / militer India. Disini untuk menjawab2 pertanyaan2 seperti, berapa prospek partisipasi industri India? Kemampuan apa saja yg ditawarkan pembuat?
Perhatikan juga kalau semua pembuat pesawat dalam proyek M-MRCA juga menawarkan AESA radar -- kemampuan yg belum dimiliki IAF bahkan sampai sekarang..... disini juga kita bisa melihat, orang2 India melihat kemampuan pespur pemenang M-MRCA juga akan menjawab tantangan jangka panjang.
2. Kemudian ada proses testing / trial dan evaluasi --- ini untuk menilai kemampuan masing2 platform secara obyektif. Semua pembuat pesawat dipaksa untuk mengirimkan pesawat mereka berkali2 ke India untuk terus-menerus di-tes. Toh, tidak ada model yg sempurna, bukan?
3. Kemudian mereka juga harus duduk melakukan pertimbangan strategis. F-16 dan MiG-35 terutama dianggap paling beresiko tinggi.... F-16? Apakah India sudah gila mereka akan memakai pesawat yg sama dengan Pakistan? Apabila keduanya sampai berperang lagi, bukankah ini akan menyulitkan mengenali siapa yg teman, siapa lawan?
MiG-35 dinilai belum cukup mapan secara development, dan India juga mengambil resiko terlalu besar untuk terlalu bergantung ke Russia, mengingat mereka sedang aktif membeli Su-30MKI; dan lihat catatan disini ...... hubungan kerjasama dengan Russia itu semakin tahun prospeknya semakin jelek(!!).
4. Pertimbangan akhir --- mereka memutuskan Dassault Rafale dan Eurofighter Typhoon adalah proposal yg paling memenuhi syarat. Tentu saja, tidak berhenti disana. Ada tarik-ulur lagi mengenai kerjasama industri, dan berapa harga yg harus dibayar.... sblm akhirnya India memutuskan Dassault Rafale sebagai pemenang.
## Proyek M-MRCA skrg sudah batal krn alasan ekonomis, dan berbagai kendala lainnya -- tapi India tetap memutuskan untuk membeli 36 Rafale utuh dari Perancis.
Pelajaran dari sini: India tidak terburu2, dan mengambil waktu yg cukup lama (walaupun kurang ideal) untuk mempelajari benar apa yg hendak mereka beli. Mereka menganggap serius apa yg ditawarkan, dan para pembuat juga dengan tidak kalah seriusnya me-respond apa yg diminta India.
Biaya proyek mahal --- harus ada pertimbangan untuk masa depan, tidak semata putuskan hari ini, besok tinggal tidur.
Btw --- Singapore juga melewati proses yg sama sewaktu mencari pengganti A-4S Super-Skyhawk mereka (kompetisinya antara Rafale, Typhoon, dan F-15E) --- pemenangnya F-15SG. Ini bisa dibahas di lain waktu!
Nah, kembali ke RFP untuk mencari pengganti F-5E Indonesia......
Apa yg sudah dilakukan para petinggi kita?
Apakah RFP sudah dibuka, dan masing2 pembuat sudah mengirim pesawat kemari untuk melakukan testing dan evaluation?
Apakah semua pertimbangan re industri lokal, memikirkan perencanaan masa depan, dll sudah dilakukan?
Apakah sudah ada pembicaraan untuk negosiasi harga (ini sbnrnya tahap akhir)?
....................................... (sunyi senyap)..................(krik! krik!).......................(bunyi jangkerik!)........................
Membuat pernyataan memilih Su-35 tanpa pernah disertai pertimbangan2 diatas (yg biasa dilakukan negara2 lain) adalah kesalahan besar!
Yang lebih lucu lagi, memangnya Su-35 saja pernah terbang ke Indonesia untuk menjajal2?
Tapi hebat, fanboys-nya sudah banyak.... dan semuanya sudah berbulat hati kalau ini pespur yg ideal untuk Indonesia.
Ayo, potong nasi tumpeng! Nyalakan semua kembang api!
Mudah mendukung Su-35 kalau tidak perlu memikirkan semua embel2 yg pasti akan menyertai pilihan ini,
apalagi seberapapun biayanya, toh tidak keluar dari kantong sendiri, tapi dari kas negara, bukan?
Sementara kita bisa pulang ke rumah dengan Mercedes-Benz S-Class, atau Toyota Land Cruiser yg sudah datang lengkap dengan sopir pribadi.
Kita lihat saja kelanjutan dari episode ini.
Melektech |
21 Sep 2015 14:10:34
@banyuwerno
Semua fungsi yang ada di Su-35, sudah ada dulu di Gripen-NG
Tentunya tanpa knalpot TVS
Fungsi Mini AWACS sudah ada di Gripen C/D (apalagi Gripen-NG)
Tanpa AEW&C Gripen masih bisa komunikasi data live time dengan Ground-Radar. atau pesawat lainnya
Bandingkan dengan Su-35 yang tidak bisa NETWORK dengan lainnya, karena perbedaan teknologi, paling banter memakai komunikasi radio...cek....cek...roger....roger...ganti
errik |
21 Sep 2015 14:34:58
Itulah Bung GI. Mustinya Bung memuat analisis ke media massa nasional. Pengamat militer seperti Bu Connie R pun ternyata tidak mendalam & kritis dlm mengkaji jet tempur (tp dia dosen pertahanan!).
Nah, karena Bung GI keliatannya sangat kerepotan bila diminta memuat artikel ke media massa nasional ato majalah militer, gimana kalo Bung berkorespondensi dengan mantan KSAU Chappy Hakim. Pak Chappy punya blog sendiri & aktif juga di kompasiana.
Pak Chappy keliatannya belum mengulas seputar pengganti F-5. Tapi dia senantiasa mengkritik ato menyajikan sisi lain dari suatu isu. Misal soal pembelian C-295 yg seolah itu pesawat bikinan dalam negeri & lebih menyarankan membeli CN-235 yg jelas2 PT.DI terlibat penuh di dalamnya.
--> http://www.kompasiana.com/chappyhakim/cn-295-apakah-memang-betul-produksi-ptdi_5517ec8b8133118c669deb8c
Untuk blognya --> http://www.chappyhakim.com/
Silakan juga pembaca2 lain sumbang pikiran ke sana. Bung Melektech keliatannya cocok juga karena Pak Chappy ngritik Leopard :D --> http://www.kompasiana.com/chappyhakim/angkatan-perang-negara-kepulauan_5518408981331197669deea0 (bung Admin bisa mentautkan blog ini juga biar Pak Chappy ngikuti panasnya debat capres, eh, maksud saya debat pengganti F-5 :D )
errik |
21 Sep 2015 14:41:29
Bung Melecteh, SU-35 ini dilengkapi sistem link-16 sebagaimana yg dipake barat. Jadi masih bisa 'ngobrol'. Yg gak bisa itu sukhoi2 kita yg sebelumnya.
GI |
21 Sep 2015 15:00:47
Bung errik,
Su-35 tidak bisa memakai Link-16, tapi mempunyai networknya sendirinya.
Pssst, salah satu pembuat Link-16 terminal adalah Rockwell-Collins --- berarti akan berada dibawah kontrol prosedur FMS US.
Lagipula, tidak mungkin Su-35 akan dapat membawa perlengkapan Barat apapun --> ingat, Russia sedang dalam keadaan di bawah embargo militer dunia.
Oh, dan tidak seperti yg dipikir banyak orang, Russia sudah banyak mengimport macam2 peralatan dari Barat. Tentu yg paling terkenal adalah Mistral-class, tapi Russia saja juga masih mengimport UAV (drone) dari Israel kok. Yan lebih tidak diketahui.... supply elektronik yg justru mereka butuhkan kalau mau memajukan industri pertahanan mereka agar setaraf dengan standard Barat.
Akan tetapi, melihat mereka tidak ada rencana untuk meninggalkan Crimea dalam waktu dekat; atau berhenti mengirim tentara, tank, dan artilery ke Donetsk atau Luhansk, sepertinya embargo militer yg diberlakukan ke Russia akan berlangsung lama.... mungkin lebih dari 10 tahun. Bukan mustahil embargo militer ke Russia akan berlangsung selamanya... spt telah dilakukan Barat ke PRC sejak tahun 1989.
Kembali ke Su-35;
Desas-desusnya, Su-35 akan membawa sistem-network-nya sendiri, tapi tidak pernah diberitakan jelas bagaimana rupanya.
Ini tidak mengherankan, krn Russia pengalamannya masih minim dalam combat networking (lihat konflik mereka di Georgia!); dan untuk pertahanan udara, mereka selalu lebih menutamakan koordinasi antara Ground-Control -- ke masing2 pespur.
Yah, menurut philosophy lama Soviet, pilot sebenarnya tidak mempunyai kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri! Semuanya tergantung apa yg di-dikte Ground Control!.
GI |
21 Sep 2015 15:10:53
Bung errik,
Trmksh atas saran2nya..
nanti sy liat dulu langkah selanjutnya.
Sy belum pernah melihat blog Pak Chappy Hakim, btw..
errik |
21 Sep 2015 16:28:45
Bung GI, SU-35 memakai Link-16.
Info itu ada dimuat di Kompas Tekno --> http://tekno.kompas.com/read/2015/09/15/08120027/Canggihnya.Sukhoi.Su-35.Pesawat.TNI.AU.yang.Akan.Datang
Dan juga dkatakan di sini --> http://www.globalsecurity.org/military/world/russia/su-35bm-avionics.htm
Kompas tekno rujukannya keliatannya dari buklet resminya SU-35 ---> http://www.knaapo.ru/media/eng/about/production/military/su-35/su-35_buklet_eng.pdf
karena gambar2 kerennya sama (ayo fans sukhoi, silakan download pdf-nya. Gambar2nya keren! :D).
Soal Link-16 juga pernah dibahas Bung Admin di artikel lalu --> https://analisismiliter.com/artikel/part/87/Pesawat_Tempur_Su-35_BM_Sebagai_Pengganti_F-5_TNI_AU
-------------------
Memang persoalannya kalo Rusia diembargo barat karena manuver2nya di Ukraina & sekarang Suriah, maka komponen2 canggih tadi bakal gak ada. Apalagi kalo aksi Rusia di Suriah mulai mengancam Israel, bisa repot jika Israel bener2 ngambek sama Rusia...
banyuwerno |
21 Sep 2015 16:35:35
Nanya lg ah perbedaan AN/APG-77 AESA dengan radar AESA versi baru keluaran elbit system apa yak??? Lalu lebih powerfull mana??
GI |
21 Sep 2015 17:10:25
Bung errik,
Dari booklet KnAAPO menunjukkan;
"Data exchange terminal of Link-16 type"
Yang dimaksud disini adalah "... data network made in Russia" yg diklaim setara dengan Link-16 (pernyataan yg meragukan!).
Sepertinya ada mis-information yg merebak gara2 pernyataan di booklet ini.
Webpage Globalsecuritynetwork ttg Su-35 sudah lama tidak di-update, dan kemungkinan salah quote. Beberapa informasi disana saja agak keliru. Sy pernah mencoba menanya, tapi tidak ada jawaban.
Secara tehnis tidak mungkin pespur Russia bisa memakai Link-16 --- ini artinya justru Su-35 harus sudah diproduksi agar NATO-compatible.
Dan masalah tehnisnya akan cukup berat, mengingat ini adalah pespur yg hanya bisa memakai senjata buatan Ruski, radar buatan Ruski, dan sistem komunikasi juga versi Ruski --- semuanya perlengkapan yg tidak pernah dipakai NATO.
FYI -- NATO-compatibility justru yg adalah tujuan utama SAAB untuk memproduksi Gripen-C/D.
Gripen-A/B sbnrnya sudah di-optimalkan khusus untuk keperluan Swedia, tidak bisa dipakai di luar negeri.
Lihat link ini:
==================================
http://www.defenseindustrydaily.com/the-wonders-of-link-16-for-less-midslvts-updated-02471/
==================================
The MIDS program was inaugurated via a Memorandum of Understanding amongst the founding MIDS nations (Germany, Italy, Spain, France, and the United States). It is managed by the U.S. Navy MIDS International Program Office in San Diego, CA, whose responsibilities include management of several versions of MIDS terminals for the US Navy, Air Force, Army and international militaries.
==============================================
Lihat saja -- Link-16 adalah proyek kolaborasi khusus antara bbrp negara NATO, termasuk US.
Dan ini artinya Link-16 sbnrnya berada di bawah kontrol Foreign Military Sales US.
Setahu sy, US tidak pernah mengijinkan penjualan MIDS-LVT atau kemungkinannya untuk di-install dalam pespur buatan Ruski. Terlalu banyak komponen ini sendiri yg proprierty US / NATO -- mereka tidak akan mau membuka kartu ke orang Russia. Untuk apa?
Wikipedia memberi referensi yg lebih gampang dibaca -- mrk juga memuat daftar pesawat yg membawa Link-16:
===========================
https://en.wikipedia.org/wiki/Link_16
===========================
Ausairpower (Kitab suci Su-35) juga tidak pernah mengklaim kalau Su-35 memakai Link-16; tapi TKS-2 data-network.
Referensi ttg data networking Russia sangat minimal --- memberikan tanda kalau investasi mereka dalam hal ini masih belum se-optimal dibandingkan negara2 Barat.
GI |
21 Sep 2015 17:46:52
Bung banyuwerno,
=================================
Nanya lg ah perbedaan AN/APG-77 AESA dengan radar AESA versi baru keluaran elbit system apa yak??? Lalu lebih powerfull mana??
=================================
Kalau perbedaan kemampuan -- sulit diterka karena EL/M-2052, AESA radar buatan Israel belum teruji.
Permasalahannya -- kalau untuk platform buatan US (termasuk T-50 Korea), US mempunyai kebiasaan untuk menjegal kemungkinan installasi komponen yg non-US, apalagi radar.
Oh, US juga tidak akan mengijinkan kontraktor non-US untuk melakukan proses upgrade untuk pespur made-in-US. Semua harus bayar mahal ke Lockheed-Martin!
F-16 Israel saja masih memakai AN/APG-68v9 --- tapi mereka saja tidak diijinkan untuk memakai EL/M-2052 AESA radar. Aneh, bukan? Mengingat upgrade ke AESA buatan sendiri, seharusnya boleh dong, dilakukan?
Inilah salah satu alasan kenapa sy tidak pernah mendukung penuh pembelian F-16 baru.