26 Oct 2014 14:28:17 | by Admin
| 53850 views | 35 comments
|
3.4/5 Stars dari 12 voter
Pertahanan Udara di wilayah timur Indonesia saat ini relative masih belum terjaga dengan baik oleh kekuatan udara pemukul setiap ancaman. Tidak terkecuali dengan wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan langsung dengan Timur Leste dan Australia. Lanud El Tari Kupang, NTT yang memiliki lokasi strategis yang seharusnya bisa dijadikan benteng pertahanan udara Indonesia menghadapi Australia dan Timor Leste pun saat ini tidak memiliki kekuatan pemukul. Sudah sepantasnya Lanud El Tari Kupang dibentengi dengan membentuk Skuadron Pesawat tempur disana.
Lanud El Tari Kupang yang dari segi Geografis sangat strategis untuk memnjadi benteng pertahanan udara Indonesia dari ancaman potensial dari Australia. Sebut saja object vital militer Indonesia seperti pangkalan Angkatan laut di Surabaya, Skuadron 11 Makassar, dan banyak pangkalan militer utama di Pulau Jawa bisa terlindungi jika saja Lanud El Tari Kupang sudah dilengkapi skuadron pesawat tempur. Hal ini akan membuat potensi serangan dari Australia ke object vital militer tersebut harus beharapan dahulu dengan kekuatan pesawat tempur TNI AU di El Tari Kupang.
Lanud El Tari Kupang Benteng Pertahanan Udara Indonesia
Lanud El Tari Kupang ini pun lokasinya sangat berdekatan dengan markas militer Australia di Darwin, dimana dilokasi tersebut terdapat markas Angkatan Udara Australia RAAF Base Darwin yang dilengkapi dengan puluhan pesawat tempur F/A-18 E/F Super Hornet dan E/A-18 Growler yang dikhususkan untuk peperangan elektronika. Ancaman potensial bagi Indonesia semakin kuat karena di Darwin ini, juga terdapat pangkalan Marinir Amerika Serikat. Tidak jauh dari Darwin, Australia juga memiliki Pangkalan Angkatan Udara di Tindall yang rencananya akan dilengkapi dengan 1 Skuadron pesawat tempur F-35 A.
Kekuatan angkatan udara di Darwin dan Tindall ini tidaklah bisa dianggap remeh, karena kecanggihan alutsista yang terdapat disana. Selain F/A-18 E/F Super Hornet, Australia juga sudah mengoperasikan E/A-18 Growler yang merupakan derivative Super Hornet yang dikhususkan untuk peperangan elektronik. E/A-18 Growler ini memiliki kemampuan untuk mengacaukan radar militer Indonesia yang ada di sekitarnya. Selain itu, senjata senjata yang dimiliki Australia pun termasuk lengkap seperti AGM-88 HARM, AGM-154 C Joint Standoff Weapon (JSOW) yang memiliki kemampuan menghancurkan sasaran dengan presisi tinggi dari jarak ratusan kilometer. Kombinasi E/A-18 Growler yang bisa mengacaukan radar militer Indonesia dan rudal canggih diatas akan menjadi ancaman potensial bagi Indonesia. Belum lagi jika Skuadron F-35A sudah beroperasional penuh akan menambah ancaman potensial bagi Indonesia.
F/A-18 Super Hornet dan Persenjataannya
Namun hal ini masih sebatas angan-angan penulis saja, karena faktanya saat ini lanud El Tari Kupang sama sekali belum memiliki kekuatan pemukul dalam bentuk Skuadron Pesawat Tempur Indonesia. Kekuatan pemukul untuk ancaman untuk daerah ini praktis hanya mengandalkan Skuadron 11 Makassar yang dilengkapi dengan 16 unit pesawat tempur Su-27/30 TNI AU. Padahal Skuadron 11 TNI AU sendiripun harus mengawasi wilayah timur Indonesia yang masih sangat luas yang belum tercover oleh kekuatan pesawat tempur TNI AU.
Sejarah Pertempuran Udara Indonesia vs Australia dari Lanud El Tari Kupang
Ancaman potensial dari Australia dimasa lalu bukanlah hanya isapan jempol saja, karena pada tahun 1999 lalu ketika terjadi gejolak di Timor Timur menjelang referensum kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia, hubungan Indonesia dan Australia sangat panas. Bahkan sudah pernah hamper terjadi duel udara antara 2 unit Hawk-109/209 TNI AU dengan 2 unit F/A-18 Hornet Australia yang masuk ke wilayah udara Indonesia tanpa izin.
Kejadian ini terjadi pada tanggal 16 September 1999 yang lalu, dimana 2 unit F/A-18 Hornet Australia yang mencoba “memancing keributan” dengan memasuki wilayah udara Indonesia di sekitar Nusa Tenggara Timur akhirnya berhasil di usir oleh 2 unit Hawk-109/209 milik TNI AU tersebut. Namun mirisnya pada malam hari setelah kejadian tersebut, Lanud El Tari Kupang kedatangan tamu tak di undang yaitu 8 unit F/A-18 Hornet Australia yang terbang diatas Lanud El Tari Kupang tanpa bisa diusir oleh kekuatan udara Indonesia. Memang 8 unit F/A-18 Hornet Australia ini memang tidak melakukan apapun selain fly pass tanpa izin diatas pangkalan militer Indonesia. Namun jelas ini adalah sebuah bentuk penghinaan terhadap kedaulatan udara Indonesia.
Sekarang ini, hubungan Indonesia dan Australia sangat baik dan bisa dikatakan kedua negara saling membutuhkan satu dengan lainnya, meski kadang terdapat riak riak dalam hubungan antar kedua negara. Namun kondisi damai saat ini, tidak bisa menjadi pegangan pasti bahwa dimasa datang tidak ada konflik serupa dengan tahun 1999 antara Indonesia dan Australia. Untuk itu, sudah sepatutnya Indonesia mempersiapkan diri dengan memperbaiki dan memodernisasi militer Indonesia sebagai langkah antisipasi.
Pembentukan Skuadron Pesawat Tempur di El Tari Kupang untuk Mengawasi Wilayah Timur Indonesia
Seperti artikel penulis sebelumnya yang berjudul Menanti Pesawat Tempur Pengawal Langit Timur Indonesia, sudah dijabarkan bahwa pertahanan udara di wilayah timur Indonesia masih sangat minim sekali. Di artikel tersebut, penulis mengusulkan pentingnya penambahan skuadron pesawat tempur di Papua. Namun kali ini penulis juga menekankan bahwa pembentukan skuadron pesawat tempur di Lanud El Tari Kupang juga tidak kalah pentingnya. Bahkan penulis belakangan menyadari bahwa Lanud El Tari Kupang sudah sepantasnya lebih di Prioritaskan untuk pembentukan skuadron pesawat tempur di timur Indonesia. Tentu saja secara bertahap daerah Papua juga harus di lengkapi dengan pesawat tempur.
Saat ini, praktis Lanud El Tari Kupang hanya dijadikan pangkalan aju yang hanya akan diperkuat oleh flight pesawat tempur yang ditempatkan sementara disana tergantung tingkat eskalasi ancaman. Artinya Lanud ini hanya akan dilengkapi kekuatan udara pemukul jika adanya peningkatan eskalasi ancaman seperti halnya pada tahun 1999 dimana gejolak di Timor Timur sedang berlangsung.
Pertahanan Udara Timur Indonesia yang belum terkawal Pesawat Tempur TNI AU. Map by Google Map
Jika pembentukan skuadron pesawat tempur di Lanud El Tari Kupang ini benar benar dilaksanakan pemerintah baru Indonesia saat ini, maka akan membuat pertahanan udara di timur Indonesia semakin baik dan semakin terjaga. Selain itu, adanya skuadron pesawat tempur di Lanud El Tari Kupang ini pun akan menjadi benteng pertahanan udara bagi objek vital militer Indonesia di Makassar dan pulau Jawa. Selain itu bisa membantu untuk mengatasi potensial ancaman Black Flight di wilayah timur Indonesia.
MEF Renstra II (2015-2019) : Menanti Skuadron Pesawat Tempur di Lanud El Tari Kupang
Pertanyaannya sekarang adalah apakah memungkinkan untuk membentuk skuadron tempur TNI AU di MEF Renstra II (2015-2019)? Terlebih lagi Modernisasi Militer Indonesia akan bergantung kepada kebijakan pemerintahan baru Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Jokowi. Jika program modernisasi militer MEF Renstra II (2015-2019) tetap dijalankan oleh pemerintahan baru ini nantinya, maka penambahan skuadron pesawat tempur baru tampaknya akan terwujud. Seperti halnya Skuadron 16 Pekanbaru yang di bentuk di MEF Renstra I (2009-2014), semoga di MEF Renstra II ini pun ada pembentukan Skuadron pesawat tempur baru. Dan semoga penambahan skuadron tempur baru di MEF Renstra II ini nantinya dikhususkan untuk wilayah Timur Indonesia.
Sekain dari penulis, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca semua dan mohon maaf atas kekurangan dan kata-kata yang kurang pas dalam artikel kali ini. Saran dan kritik, silahkan disampaikan di form komentar di bawah. Salam dari penulis AnalisisMiliter.com
Label :
Baca juga artikel terkait lainnya :
1.
Dua Unit Tank Leopard 2 Tiba di Indonesia Awal November 2012?
2.
Kaskus Leaks Dan Modernisasi Militer Indonesia
3.
MEF : Modernisasi Militer Indonesia
4.
Benarkah Indonesia Sudah Pilih Pesawat Tempur Su-35BM dari Rusia?
5.
Kandidat Pengganti F-5 TNI AU
6.
Ditolak US, Korea Incar Teknologi Radar AESA Eropa Untuk KFX
7.
Polemik dalam Modernisasi Militer Indonesia
8.
Militer Indonesia Segera Miliki Rudal Canggih AIM-120C7 AMRAAM
9.
Again : Jet Tempur Hwak-209 Jatuh di Pekanbaru
10.
Joint Development KFX Korea – Indonesia di Ujung Galau?
mas ion |
26 Oct 2014 15:18:21
lawan potensial growler,super hornet,f35. Rafale cocok utk tugas ini. Utk workhorse patroli rutin setuju gripen ng. Just my hope.
Admin |
26 Oct 2014 16:42:38
@mas ion,
masalah cocok dan ga cocok sih relatif mas, namun realitanya Rafale tampaknya susah untuk bergabung dengan TNI AU. Hal ini karena di pengganti F-5, nama rafale udah ga masuk kandidat pengganti F-5
terkait dengan cita-cita pemerintah untuk menyederhanakan tipe pesawat TNI AU, maka kalau ada skuadron baru di timur Indonesia, kanidat nya ga akan beda jauh dengan tipe pengganti F-5 atau yang sudah ada di TNI AU sekarang.
just imho
mas ion |
26 Oct 2014 18:34:27
itulah kendalanya bang,logistic nightmare dan anggaran terbatas . Kalau mengesampingkan kemampuan pesawat pilihanya tinggal hibah utk mengejar kuantitas.
Admin |
27 Oct 2014 09:39:41
@mas ion,
kita tunggu saja pengumuman pengganti f5 tni au, dan sedikit banyak keputusan siapa yang gantikan f5 akan berpengaruh kepada pengadaan pesawat tempur selanjutnya di TNI AU..
just imho
Melektech |
26 Oct 2014 19:24:25
Kalau menurut saya, El Tari terlalu dekat dengan Australia
Sesuai dengan pakem dunia, Lanud Pesawat Tempur Utama agak jauh dengan perbatasan.
Kalau dipaksakan, Paling mungkin adalah sekelas TA-50 / FA-50, atau mungkin sekelas Hawk, Kecuali Negara sudah siaga perang.
yang terpenting adalah El Tari harus siap dijadikan basis Tempur
Kalau keadaan damai seperti sekarang ini, maka tugasnya tak lebih untuk menghalau pesawat asing (Sipil / Militer) seperti kemarin, maka lebih baik pakai pesawat kelas hemat.
Lagi-lagi GRIPEN juaranya !!!..............................
Gripen = Pesawat super hemat yang bisa untuk masa DAMAI dan masa PERANG
Admin |
27 Oct 2014 09:22:26
@Melektech,
Lanud El Tari memang "terlalu" dekat dengan Australia.. namun karena faktor kedekatannya itu juga lah menjadi lanud ini harus di bentengi.. katakanlah untuk urusan black flight, jika di sana ada fighter, tentu beban ga harus di tanggung Sukhoi yang mahal itu biaya operasionalnya..
saya juga berpendapat untuk el tari ini, mungkin pesawat kelas ringan seperti Gripen sudah cukup untuk membuatnya terjaga dengan baik. selain karena biaya operasionalnya yang relatif murah, ini akan membuat kesiapan alutsista TNI AU untuk menghadapi black flight yang sering terjadi di wilayah timur Indonesia..
saya rasa belum akan terjadi dalam waktu dekat, tapi saya rasa target pembentukan skuadron tempur baru di lanud el Tari Kupang bisa menjadi prioritas pemerintah di MEF Renstra II nanti.. ya semoga saja..
just IMHO
HeronJr |
26 Oct 2014 23:46:29
f16 digeser kesana klo mmng mau pke fighter....tpi rasanya gmna gtu taruh fighter dkt2 ya :/
klo mau hemat mending kasi aja 1 uav dlu utk mendeteksi manusia2 perahu...ane yakin AL tetangga gk macam2 sama tawanancos kita pnya dokumentasi lwt uav
ane sendiri masih berpendapat kuarng efektif klo 1 skuadron uav numplek di 1 tempat..
Admin |
27 Oct 2014 09:26:37
@HeronJr,
kalau F16 kan tidak mungkin di tempatkan permanen di sana, karena homebase nya sudah di Skuadron 3 Madiun dan Skuadron 16 pekanbaru yang tidak kalah pentingnya untuk di jaga. kalaupun di geser hanya dalam bentuk flight sementara...
tp kalau di MEf Renstra II anggarannya mencukupi, saya rasa pembentukan skuadron baru ini menjadi salah satu prioritas.
Kalau UAV memang baik, hanya saja sepertinya itu belum menjadi rencana untuk menempatkan UAV disana.. tp kita lihat saja lah nanti perkembangannya..
just IMHO
Harry |
27 Oct 2014 08:48:57
nice artikel mas admin, memang sdh seharusnya lanud el tari hrs segera diperkuat dgn skuadron pespur, kalau usulan saya utk sementara saat ini, mungkin hawk dr pekanbaru yg akan kedatangan F16 Block 52ID dpt di tempatkan di El Tari, hanya saja dr segi kesiapan lanud tsb utk menjadi skuadron tempur yg dpt beroperasi penuh scr permanent apakah sdh ready ? mengingat pembentukan skuadron tempur memerlukan proses yg cukup panjang. Opini saya mengenai penempatan skuadron tempur di lanud El Tari adalah bersifat wajib dan urgen
Admin |
27 Oct 2014 09:33:31
@Harry,
benar mas pembentukan satu skuadron tempur baru itu memang tidak mudah dan butuh waktu panjang untuk persiapannya. sama seperti pembentukan skuadron 16 pekanbaru baru baru ini, itu sudah melalui kajian yang lama dan memerlukan biaya dan waktu yang tidak sedikit untuk persiapannya.
Karena infrastrukturnya harus benar benar di siapkan, SDM dan lainnya. tidak hanya sekedar membeli alutsistanya. saya rasa dalam MEF Renstra II (2015-2019), ini bisa dijadikan prioritas kedepannya. hanya saja itu bergantung kepada arah kebijalan pemerintahan baru Indonesia yang baru terbentuk ini.
sembari menunggu itu, bisa saja Hawk-209 dari pekanbaru digeser ke El Tari, hanya saja pergeseran ini [un memerlukan studi dan pertimbangan panjang karena Selat malaka juga sangat penting diamankan. meski sudah ada 1 skuadron F-16 Hibah nanti disana, belum tentu pemerintah merelokasi Hawk-209 dari sana.. tapi ya kembali lagi ke kebijakan pemerintah baru nantinya.
just IMHO
Harry |
27 Oct 2014 11:43:46
ada beberapa hal yg saya ingin tanyakan sehubungan dengan kedatangan F16 blok 52ID dan F16 blok 15 OCU, dari rencana kedtgan blok 52ID yg sebanyak 24 pespur, dimanakah penempatannya ? apakah seluruhnya hanya di pekanbaru atau ada yg di wilayah lain ? kemudian utk blok 15 OCU, apakah pd MEF II akan dilakukan MLU spt halnya F16 milik RTAF ? maaf byk nanya ya mas admin, hehehhehe
Harry |
27 Oct 2014 11:47:18
Block 15 OCU itu maksudnya f16 yg udh kt miliki sblmnya ya, cmiiw jmlnya ada sktr 10 buah, klo nantinya akan di upgrade, tentunya akan menambah kekuatan pespur kt baik dr segi kuantitas maupun kualitas
Admin |
27 Oct 2014 11:53:11
@Harry,
gpp mas, namanya diskusi ya ada yang bertanya ada yang menjawab, ada yang membagikan informasi..
setau saya 24 unit F-16 hibah itu nantinya dibagi menjadi 2... 16 unit akan ditempatkan di Skuadron 16 Pekanbaru, sisanya 8 unit akan bergabung dengan 10 unit F-16 Existing di Skuadron 3 Madiun. namun ada sumber lain yang mengatakan 18 unit ke Skuadron 16 Pekanbaru dan 6 unit ke Skuadron 3 Madiun.
Yup, untuk 10 unit F-16 Block 15 OCU akan di upgrade MLU yang dilakukan di Amerika oleh perusahaan inggris, BAe.. infonya sudah beredar tahun 2012 lalu..
mungkin link ini bisa jadi tambahan info
http://alutsista.net/read/5/Alutsista_Upgrade_Pesawat_Tempur_F-16_Block_15_OCU_TNI_AU
Salam
Harry |
27 Oct 2014 12:51:12
Dari diskusi ini dpt dilihat bhw alokasi anggaran pertahanan terbagi dlm bbrp hal bsr, diantaranya adalah pembelian alutsista, pembangunan infrastruktur pertahanan dan biaya operasional, semuanya memerlukan prioritas berdsrkan tingkat ancaman yg dpt dilihat dr kondisi keamanan di area tsb, mungkin yg jd perhatian pemerintah saat ini adlh kondisi perbatasan negara yg berdekatan dgn LCS, shg prioritas pertahanan agak lebih difokuskan disana, benar spt yg disampaikan mas admin, kondisi Indonesia dgn Australia saat ini tdk ada mslh bsr, tp who knows ke depannya ? kasus thn 99 dpt diambil pelajaran berharga, bhw dgn tetangga sekalipun, tensi hubungan bilateral dpt berubah dlm sekejap dr baik-baik saja menjadi panas, oleh karena itu mnrt sy seandainya sebagian f16 block 52ID dan block 15 akan dilakukan program MLU, maka skuadron F5 yg akan diganti dpt dipindahkan ke El Tari Kupang, namun proses penyiapan infrastrukturnya dpt dilakukan mulai awal MEF II, dan utk penambahan skuadron tempur yg baru dpt ditempatkan di pontianak atau kalimantan utara, shg hawk dipangkalan pontianak dipindahkan ke pangkalan biak jadi skenarionya spt ini nantinya dlm MEF II :
1. F16 Block 52ID ditempatkan di madiun dan pekanbaru
2. F16 Block 15 OCU, ditempatkan di madiun
3. Penyiapan infrastruktur lanud El tari utk skuadron tempur permanen
4. Penyiapan infrastruktur lanud di Biak utk skuadron tempur permanen
6. Penyiapan infrastruktur lanud di Tarakan utk skuadron tempur baru
7. Pembentukan skuadron tempur baru di Biak
8. Pembelian pswt tempur baru utk ditempatkan di lanud Pontianak atau tarakan
9. Memindahkan pswt hawk di pontianak ke lanud di Biak
10. Memindahkan skuadron super tucano ke lanud pontianak atau tarakan
Mohon maaf klo krg berkenan yaa, ini hny opini pribadi aja, krn sy jg tdk tau spt apa kondisi dan rencana yg sdh dibuat, krn TNI pasti lbh paham spt apa yg hrs dilakukan dan sy yakin apa yg mrk rencanakan serta lakukan adalah yg terbaik utk pertahanan negara
Harry |
27 Oct 2014 12:57:48
Maaf koreksi sedikit utk opininya, maklum org awam
1. F16 Block 52ID ditempatkan di madiun dan pekanbaru
2. F16 Block 15 OCU, ditempatkan di madiun
3. Penyiapan infrastruktur lanud El tari utk skuadron tempur permanen
4. Penyiapan infrastruktur lanud di Biak utk skuadron tempur permanen
6. Penyiapan infrastruktur lanud di Tarakan utk skuadron tempur baru
7. Penggantian F5 Tiger dgn pswt tempur baru
8. Pesawat tempur pengganti F5 ditempatkan di El Tari saat infrastrukturnya sdh siap
9. Pembentukan skuadron tempur baru di Biak
10. Pembentukan skuadron tempur bari di tarakan
11. Pembelian pswt tempur baru utk ditempatkan di lanud Pontianak atau tarakan
12. Memindahkan pswt hawk di pontianak ke lanud di Biak
13. Memindahkan skuadron super tucano ke lanud pontianak atau tarakan
14. Super Tucano akan dioperasikan bersama Skuadron UAV
Admin |
28 Oct 2014 17:14:44
@Harry,
maaf baru bisa replay mas rada sibuk n lupa balesnya
Proses pembentukan skuadron baru seperti yang mas sampaikan diatas bisa sja terjadi sautu saat nanti. dan sekarang pun saya rasa arah kesana sudah di persiapkan hanya saja memang perlu tahapan yang tidak sebentar..
Skuadron baru di 2015-2019 yang paling memungkinkan dibentuk menurut saya ada di Indonesia timur. entah itu di lanud El Tari Kupang atau di Lanud Biak, papua.. Selebihnya mungkin dipersiapkan di tahun 2015-2019 untuk direalisasikan di tahun 2020-2024..
kita tunggu saja perkembangannya mas.
just IMHO
phadyl |
28 Oct 2014 13:58:17
Izin koment bung Admin,
Menurut ane memang sudah waktunya di El Tari di siapkan Skuadron baru atau minimal baterai Hanud SAM yang cukup mumpuni, karena Kupang merupakan beranda depan halaman kita menghadap negara Ausie, mungkin pesawat sekelas Gripen dengan SAM darat medium sudah cukup memberikan rasa keringat buat negara tetangga kita yang kadang usil tersebut, mudah mudahan kedepan pertahanan kita semakin baik............
Admin |
28 Oct 2014 17:19:00
@phadyl,
silahkan bergabung dalam diskusi mas...
dalam waktu rentang 5 tahun kedepan saya kira SAM belum menjadi prioritas di sana mas. SAM jarak sedang mungkin dalam 5 tahun kedepan kalau dibeli masih akan di fokuskan untuk mengamankan object vital seperti Ibukota dan Markas besar militer di Jawa..
Kalau di Lanud E;l Tari, prediksi saya 5 tahun kedepan paling maximal adalah penambahan 1 skuadron pesawat tempur di sana. tp ya kita lihat saja perkembangannnya mas.
Salam
Gripen-Indonesia |
29 Oct 2014 00:51:21
@Admin @semuanya...
Inilah masalahnya dengan kebutuhan sistem pertahanan udara Indonesia.
Kita membutuhkan pesawat tempur yang bisa dipindah-pindahkan dengan mudah dari satu tempat ke tempat lain, sesuai kebutuhan.
Disinilah kenapa Gripen-E paling sesuai, karena kemudahan deploymentnya dari satu tempat ke tempat yang lain. Tidak seperti F-16 atau Sukhoi Flanker, yang satu pangkalan udara dan infratrukturnya yang lengkap harus turut pindah bersama.
Lanud Biak, misalnya, mungkin akan terlalu berlebih jika harus memangkalkan satu skuadron tempur; karena di daerah Papua tidak ada daerah2 yang bisa dianggap menjadi sasaran strategis. Masalahnya anggaran kita terbatas, dan pengawasan daerah yang sibuk seperti selat Malaka, biar bagaimanapun akan lebih diprioritaskan. Dalam hal ini, "temporary detachment" 4 Gripen-E bisa dirotasi secara reguler disana untuk penjagaan; sekalian untuk membantu training pilot, maintenance, dan kesiapan lapangan udara ini sendiri.
Ini satu lagi lokasi penting yang perlu pengawasan: Amabalat.
Disini adalah tempat rawan konflik perbatasan dengan Malaysia. Alangkah baiknya juga, jika Indonesia juga bisa merotasi 4 - 8 Gripen-E dengan membangun beberapa pangkalan darurat di Kalimantan Timur yang bisa mencapai daerah ini.
Di Lanud El-Tari sendiri, memang harus dijadikan lapangan udara pesawat tempur baru -- terutama memang agar kita bisa saling mengawasi dengan pangkalan udara di Darwin. Penjagaan yang ketat disini dan kesigapan kita untuk merespon, akan mengundang rasa hormat dari pihak Australia. Dengan Gripen-E, Indonesia bisa membuat lanud ini menjadi seperti semi-permanen, selalu dijaga, tetapi belum tentu selalu dalam kekuatan penuh. Sewaktu-waktu beberapa Gripen-E dari Skuadron disini dapat di putar untuk menjaga tempat lain, seperti di atas.
Ini juga akan membuat observasi RAAF di Darwin akan sukar menebak kekuatan yang menjaga El-Tari kalau sewaktu2 mereka berniat "nakal".
Ini adalah salah satu skenario konflik dengan Australia yang sederhana;
* Australia berpikir, mungkin mempunyai kesempatan untuk menghancurkan Gripen di lanud El-Tari. Mereka lalu menyiapkan formasi serang, dengan 2 EA-18G, 4 F-35A, didukung oleh 1 KC-30A dan 1 Boeing-737 AEW&C.
* 2 EA-18G melakukan jamming terlebih dahulu ke radar Indonesia di NTT disusul dengan penembakkan HARM missiles untuk menghancurkan instalasi radar tsb.
* Formasi 4 F-35A melakukan serangan tahap selanjutnya ke El-Tari. Keempatnya tanpa perlawanan menjatuhkan 8-10 JDAM bom di atas El-Tari, kelihatannya berhasil menghancurkan hangar2. Beberapa Gripen yang hancur juga terlihat di FLIR (infra-red) mereka.
* Ketika formasi F-35A sudah berbalik pulang, mereka tidak menyangka kalau "Gripen" yang mereka hancurkan hanyalah tiruan. Gripen-E yang sebenarnya sudah dipindahkan dari El-Tari secara diam2. Tim observasi TNI-AU di darat me-review video dari arah mana F-35 itu datang dan pulang, lalu meng-update network TNI-AU dgn informasi ini.
* Instalasi radar yang lebih kuat yang selama ini dimatikan, juga sudah dihidupkan kembali karena tragedi EA-18G sudah lewat, dan dapat segera melihat F-35 yang sama sekali tidak stealthy dari belakang di layar mereka. *** EA-18G hanya bisa menargetkan stasiun radar yang dalam keadaan menyala. Kalau stasiun radar sudah dimatikan dahulu sebelum diserang, mereka tidak dapat melihat.
* Empat Gripen-E yang sudah terlebih dahulu dipangkalkan di dua pangkalan darurat yang terpisah di luar kota Kupang masuk ke persiapan terakhir untuk lepas landas. Melalui Network, Gripen-E menerima update dari observasi di darat dan radar TNI-AU tentang perkiraan lokasi terakhir F-35.
* Gripen-E lepas landas dari 2 landasan darurat ini dalam beberapa menit, dan langsung mengejar dgn afterburner mencapai kecepatan tinggi (utk waktu singkat) sebelum berganti ke supercruise untuk mengejar F-35 yang pantatnya berat dan tidak bisa lari --> hanya bisa Mach 1,6 maksimum, itu juga ngos2an! Baling2 bambu!!
* Dari jarak 300 km, Selex AESA radar akan dapat melihat F-35 yang sama sekali tidak stealthy dilihat dari belakang. Mesin F135 yang panas juga memudahkan Gripen-E untuk melihat jelas dengan sistem IRST-nya kalau jarak sudah semakin dekat. Situasi sudah prima untuk menembakkan Meteor BVRAAM.
* Keempat F-35 mungkin akan mendapat warning dari B737 Wedgetail AEW&C yang mengawasi dari belakang. Sayang, RCS Gripen-E yang juga kecil menyulitkan deteksi dari AEW&C sampai di saat akhir. F-35 sudah hampir terlambat untuk mencoba menghindar. Meteor lebih unggul secara kinematis dibanding F-35 yang juga tidak bisa belok cepat. ECM di formasi F-35 berhasil melumpuhkan 2 Meteor, tapi 2 F-35 yang lain tidak terlalu beruntung..... 2 parasut putih turun perlahan2 di atas laut Timor.
* Keempat Gripen-E Indonesia melihat bahwa ada 2 F-35 yang masih selamat. Walaupun F-35 masing2 membawa 2 AMRAAM, mereka tidak bisa berputar cukup cepat untuk menembak balik Gripen-E yang mendekat dengan kecepatan supersonic. Gripen-E berhasil mendekati sampai kurang dari 15 km; dan meluncurkan IRIS-T. Dua ledakan di udara disertai oleh dua parasut putih lagi yang pelan2 turun ke atas laut Timor.
* Misi selesai. Sayang, kemungkinan EA-18G dan Wedgetail sudah keburu menghindar terlebih jauh, karena tidak mau mengadu nasib melawan musuh yang dua kali lebih banyak. Kecuali.... kalau masing2 Gripen-E masih membawa Meteor untuk ditembakkan, dan EA-18G belum lari jauh.
* Pilot Gripen-E mengontak TNI-AL untuk segera mengirim KCR mereka dan menangkap keempat pilot Australia sebelum RAN atau RAAF dapat menolong mereka. Melalui networking, Gripen-E memberi update lokasi akhir keempat parasut itu ke TNI-AL. Pilot Australia yang tertangkap akan memudahkan kemenangan konflik secara diplomatis; lagipula pilot yang sudah tertembak jatuh, tidak akan dapat membagi pengalaman mereka ke pilot2 RAAF yang lain, atau bisa mengudara lagi di pesawat lain.
Beberapa catatan tambahan:
*** Biasanya persenjataan standar untuk Air-to-air mission adalah 2 x WVR missiles, dan 4 x BVR missiles. Ada kalanya pesawat juga bisa membawa 4 x WVR missile dan 2 x BVR missile.
** Catatan kecil bagi yang mendukung Su-35:
Website Ausairpower menunjuk bahwa Su-35 dapat membawa 14 missile, jadi jauh lebih unggul di atas kertas. Tetapi jangan lupa, kalau setiap missile itu harganya jutaan dollar. Kalau Su-35 membawa sedemikian banyak missile dan tertembak jatuh sebelum berhasil menembakkan 1 pun missile, atau mengalami kecelakaan, itu akan menjadi investasi senilai US$100 juta lebih yang terbuang cuma2.
Lihat saja di foto ini: Su-27 yang dicegat Typhoon di atas Baltic.
http://theaviationist.com/2014/06/18/typhoon-intercept-su-27/
Su-27 di foto ini hanya membawa 6 missile; 4 x R-27 BVR missile (2 di sayap, 2 di perut), dan 2 x R73 WVR missile (paling luar).
restu |
29 Oct 2014 13:58:45
@gripen indonesia
Dari bebrapa penjelasan yang anda jelaskan di forum ini sepertinya gripen anda gambarkan sebagai pesawat tempur counter attack (serangan balik), Trimakasih atas penjelasannya bung Gripen
Gripen-Indonesia |
29 Oct 2014 22:52:29
@restu
Terima kasih atas feedbacknya.
Memang saya menggambarkan skenario ini sebagai counter-attack dengan memanfaatkan Gripen-E sebagai salah satu sarana utama.
Ini dikarenakan jika semisal terjadi konflik antara Indonesia dengan Australia (walaupun skrg kemungkinannya sudah sangat kecil), sudah hampir bisa dipastikan pihak Australia pasti yang akan melakukan serangan udara terlebih dahulu daripada sebaliknya. Australia memang sudah mengumpulkan pengalaman dalam misi2 internasional dibawah naungan suhu USA; kebanyakan untuk membom sasaran di darat seperti di Iraq, Libya, dan Afganistan. Di konflik Asia-Pasifik, Australia akan memulai pembukaan yang sama -- serangan udara besar2an di malam hari, coba hancurkan pesawat musuh di darat, lumpuhkan pertahanan udara mereka, habis itu bom kapal dan tentara mereka sesuka hati.
Inilah kenapa saya berpikir bahwa dalam skenario di atas, TNI harus selalu siap terlebih dahulu menerima pukulan awal, pura2 kalah, dan ternyata masih bisa memukul balik di saat musuh lengah dan merasa menang. Ini akan mengejutkan dan cepat untuk bisa mematahkan semangat lawan!
Kalau sedari awal TNI-AU sudah langsung mau mengadu keras lawan keras melawan RAAF, pada masa sekarang ini hampir bisa dipastikan RAAF akan menjadi pemenangnya.
Rudy |
30 Oct 2014 16:52:21
@Gripen-Indonesia
Penjelasan Anda masuk akal. Dalam hal ini saya mengamini argumentasi Anda dan menyetujui skenario yg Anda berikan termasuk pandangan tentang situasi geopolitik di kawasan yang tentunya akan berpengaruh pada strategi penggelaran pasukan oleh suatu negara, dalam hal ini Indonesia.
Terima kasih atas informasi yg Anda bagi di sini. Saat ini saya belum punya sanggahan apapun untuk informasi dari Anda.
@Admin: artikel yang sangat menarik. Saya setuju dg ide memperkuat El-Tari walaupun tdk perlu sampai harus terkesan menantang tetangga. Tapi jangan sampai kejadian thn 1999 terulang lagi.
phadyl |
29 Oct 2014 22:36:54
Menurut pemikiran ane, untuk mengimbangi negara tetangga seperti Ausie tsb, kalau mau menandingi kuantitas pespur mereka pasti ngak bisalah kita mengimbanginya, akan tetapi seperti halnya perseteruan antara US vs Rusia, pihak Rusia sadar betul untuk menandingin kedikdayaan udara US pastilah ngak sanggup, akan tetapi rusia cerdik/pandai dengan menyiapkan antidotnya seperti pengadaan SAM dan rudal (medium/long) yang biayanya lebih murah dari pada pengembangan pespur serta memperbanyak dan mempercanggih armada kekuatan KS yang top markotop, yg cukup membuat pihak US berpikir untuk bermain-main dengan armada tempur Rusia.
Bagaimana untuk Negara kita sendiri, menurut sy untuk sementara kita bisa mengembangkan Rudal2 darat kita dengan bantuan negara2 sahabat dan tetap membentengi pagar rumah kita dengan Rudal2 darat ke udara sekelas NASAMS atau pun S400 (mungkin rusia memberikan bila memang kita menginginkannya), walaupun jumlah baterainya ngak banyak, tapi negara yg mengetahui kita pasang baterai tersebut di Kupang atau Batam ane jamin tuh pilot Hornet dan Eagle bakalan banyak2 nenggok kanan kiri dan terus mantengin tuh display radar pas Takeoff, ane jamin tuh............... just opini om......
Gripen-Indonesia |
29 Oct 2014 23:10:16
@pahdyl
Untuk informasi saja,
Memasang sistem pertahanan udara kelas satu semacam S-400 di daerah dekat perbatasan spt di Kupang atau Batam, dapat diartikan sebagai tindakan agresif bagi negara2 tetangga kita. Ini seperti mengarahkan senapan kaliber besar ke depan pintu rumah tetangga; lalu mengancam kalau yang keluar dari depan pintu kita tidak suka, kita bisa tembak!
Inilah kenapa, saya rasa, sistem seperti S-400 tidak akan mendapat prioritas yang tinggi di anggaran belanja militer Indonesia dalam waktu dekat.
arjuna |
30 Oct 2014 13:43:33
sekedar masukan untuk penempatan skuadron pesawat tempur dan jumlah skuadron pesawat tempur harus mempertimbangkan kondisi wilayah NTT yang terdiuri dari beberapa pulau besar dan kecil sehingga jumlah skuadron pesawat tempur yang harus ditempatkan di NTT juga harus dalam jumlah besar, karena selain berbatasan dengan australia juga berbatas dengan timor leste. adapun daerah yang perlu ditempatkan skuadron pesawat tempur adalah di Pulau Alor-Kalabahi paling tidak 2 skuadron,pesawat tempur ditempatkan 1 skuadron Heli AKS, 2 skuadron heli serang ringan, Pulau Rote ditempatkan 2 skuadron pesawat tempur, dan 2 skuadron heli AKS, 2 skuadron heli serang, 1 skuadron heli serbu, El-Tari, Kupang ditempatkan 4 skuadron pesawat tempur, 3 skuadron heli AKS, 4 skuadron heli serang, Atambua ditempatkan 1 1/2 skuadron pesawat tempur, 2 skuadron heli serang, 2 skuadron heli serbu, di Flores ditempatkan 3 skuadron pesawat tempur, 5 skuadron heli serbu, 3 skuadron heli serang, 5 skuadron heli AKS, di Sumba ditempatkan 2 skuadron pesawat tempur, 3 skuadron heli serbu, 2 skuadron heli serang, 2 skuadron heli AKS, dimasing2 tempat tersebut dng mempertimbangkan kondisi dan luas wilayah, ditempatkan minimal 150 unit tank amphibi, 300 unit panser canon, 500 unit panser APC, minimal 3 unit kapal selam
ARJUNA |
30 Oct 2014 14:38:31
selain di NTT, perlu dipertimbangkan juga ada penambahan divisi2 militer di 3 matra. setelah memperhatikan dan memperhitungkan perang modern sekarang ini, perlu untuk ditiap2 pulau besar ada penempatan divisi2 militer dr 3 matra, misalnya di sumatera perlu 5 divisi dari 3 matra yaitu di aceh, medan, palembang, dan padang serta lampung, untuk prop babel perlu ditempatkan 1 brigade utk masing2 matra, khusus di pulau2 terluar seperti natuna perlu ditempatkan 4 batalyon utk masing2 matra, di kalimantan ditempatkan 4 divisi utk tiap2 matra, di sulawesi juga sama perlu ada 4 divisi utk tiap2 matra, di gorontalo perlu ditempatkan 1 brigade utk masing2 matra, di papua perlu ada 5 divisi utk tiap2 matra dengan penempatan utk tiap matra di merauke, timika, sorong, nabire, dan jayapura, di manokwari ditempatkan tambahan 1 brigade utk masing2 matra diluar 4 divisi utk tiap matra, di kepualauan aru perlu ditempatkan 1 brigade utk tiap2 matra, di NTB ditempatkan 2 divisi utk tiap matra, di bali ditempatkan 1 divisi utk tiap matra, di Jatim, Jateng, dan Jabar utk tiap matra ditempatkan 7 divisi, di yogyakarta ditempatkan 3 divisi utk tiap matra, di Jakarta ditempatkan 6 divisi utk tiap matra. di masing2 matra tiap kompi dilengkapi panser canon, panser APC, tank amphibi, MBT, heli serang, heli serbu, heli angkut, drone yg dipersenjatai, peluncur dan rudal anti tank dan anti kendaraan lapis baja, anti pesawat tempur, anti heli, dan anti drone, dilengkapi kendaraan yg dilengkapi fasilitas peperangan elektronika
ryuga |
30 Oct 2014 16:55:28
@Arjuna
Pastinya akan di integrasikan penempatan dan pemekaran TNI,
maka dari itu adanya pemekaran Divisi marinir dan peningkatan status Pangkalan
adalah penataan yang sedang dan akan dilakukan, konsep kogabwilhan yang
nantinya menjadikan sebuah kekuatan gabungan 3 matra sudah digarap oleh TNI tentunya
dengan masih mempertimbangkan existing kompenen SDM dan Alutsista
Tidak bisa menjadi ukuran bahwa penempatan alutsista dan personel disuatu daerah bisa menjadi alt pemukul strategis
kalau konsep seperti itu yang di pakai yang terjadi adalah pemborosan anggaran dan personel
Penempatan dan pemekaran suatu basis military juga harus mempertimbangkan cost dan coverage yang mampu dilakuakan
sehingga tidak terjadi overlaping penanganan ataupun wilayah pengamanan.
Sehingga konsep kogabwilhan yg di wacanan menjadi sebuah pilihan yg realistis untuk saat ini
dimana pembagian wilayah dan integrasi 3 matra TNI di suatu daerah menjadikan sebuah kekuatan pemukul yg efektif
Nah disini juga konsep apakah kosekhanud juga akan di lebur ke dalam kogabwilhan menjadi penting adanya
Konsep kogabwilhan yang nantinya akan dipimpin oelh bintang 3, sebagai komando wilayah
menjadikan efektifnya rantai komando yang selama ini selalu terpusat ke mabes TNI, bahwa pergerakan pasukan
ataupun penindakan bisa di approve oleh pimpinan di wiliyah tsb tanpa harus menunggu approve dari mabes yang sekiranya itu
masih menjadi kewenangan wilayah.
TNI sudah melihat itu semua dan menjadikannya pekerjaan rumah yang perlu segera di selesaikan sebagai contoh
peningkatan batalyon Infantri menjadi batalyon mekanis, itu juga merupakan tuntutan dan dinamika dalam tubuh TNI
bahwa alat dan SDM harus disinnegerikan sehingga menjadi kekuatan yang tangguh dan cepat dalam bertindak
tanpa perlu penambahan pasukan.
Menurut saya bukan berapa banyak Divisi atau alat yg di gelar tetapi lebih kepada efektifitas
dan efisiensi serta kecepatan yang diperlukan.
Harry |
01 Nov 2014 10:42:11
kalo buat sy sih yg mnjdi prioritas adlh membangun sistem pertahanan udara yg bersinergi dgn sistem pertahanan yg lain, shg akan membuat sistem hanud yg memiliki skema cegah- tangkal yg mumpuni, dgn adanya sistem hanud spt itu maka dgn sendirinya akan menimbulkan efek gentar membahana :-)
phadyl |
01 Nov 2014 23:00:57
@harry
Ane setuju bung harry, memang Tameng udara jenis SAM jarak menengah udah wajib kayaknya kita akuisisi dengan segera, terserah dari Rusky atau pun dari US, yang penting ruang udara kita terlindungi oleh rudal2 darat ke udara, minimal penyusup ataupun blackfligth ngak seenaknya sliweran di atas langit RI.
Disamping Radar juga harus di tambah lagi terutama untuk wilayah Timur dan sekitaran Natuna dan Aceh, mumpung Cina juga tawarin Radarnya, perpaduan Radar Barat
Untuk perspur pengganti F5 kita buat sy entah itu SU35
Semoga pengadaan pesawat tempur tersebut cepat terealisasi, Amin