09 Jan 2016 13:26:36 | by Admin
| 10423 views | 17 comments
|
4.8/5 Stars dari 2 voter
Fase Engineering and Manufacturing Development (EMD) project pesawat tempur KFX/IFX yang sudah lama tertunda akhirnya resmi dimulai kembali. Hal ini ditandai dengan adanya tandatangan kontrak yang mengikat antara Indonesia dan Korea selatan. Tidak hanya satu kontrak saja, tetapi dua kontrak sekaligus. Kedua kontrak ini ditandatangani pada tanggal 7 Januari 2016 lalu di Jakarta.
Kontrak pertama yang ditandatangani adalah kontrak mengenai pembiayaan fase EMD KFX/IFX antara Kementerian Pertahanan Indonesia dengan Korea Aerospace Industries (KAI). Kontrak yang disebut juga dengan Cost Share Agreement (CSA) ini akan mencakup mengenai pembiayaan proyek serta pembagian pembiayaan, dimana Indonesia akan menanggung 20% biaya proyek. Sisanya akan ditanggung pemerintah Korea selatan dan KAI. Dengan total biaya fase EMD sekitar US$6.7 Miliar, Indonesia akan menanggung sekitar US$1.3 Miliar. Penandatanganan kontrak CSA dilakukan antara Dirjen Potensi Pertahanan Timbul Siahaan dan President and CEO KAI Ltd, Ha Sung Yong.
Sedangkan kontrak kedua yang ditandatangani adalah kontrak business to business antara Korea Aerospace Industries (KAI) dengan PT Dirgantara Indonesia. Kontrak yang disebut dengan Work Assignment Agreement (WAA) ini mengatur detail pembagian kerja antar kedua perusahaan dirgantara ini dalam pengembangan pesawat tempur KFX/IFX ini. Kontrak WAA ini ditandatangani oleh Dirut PT DI, Budi Santoso dan CEO KAI, Ha Sung Yong. Penandatanganan kontrak ini juga disaksikan oleh Ryamizard dan Minister of Defence Acquisition Program Administration (DAPA) Republik Korea Chang Myoungjin.
Kontrak Work Assignment Agreement (WAA)ini juga mengatur keterlibatan PT Dirgantara Indonesia dalam design pesawat tempur, pembuatan komponen, prototipe, pengujian, dan sertifikasi serta mengatur hal-hal terkait aspek bisnis maupun legal. WAA juga mengatur peran yang akan diambil oleh PT. DI meliputi semua hak dan kewajibannya karena WAA merupakan dokumen businness to businnes (B to B).
Kedua kontrak yang ditandatangani ini berdasarkan project agreement on engineering and manufacturing development of joint development KFX/IFX yang telah ditandatangani kedua negara pada Oktober 2014 yang lalu.
Inti Kontrak Untuk Fase EMD Project KFX/IFX antara Indonesia dan Korea Selatan
Dalam kontrak mengikat yang ditandatangani kedua pihak ini, disepakati bahwa Indonesia akan menanggung 20% (sekitar US$1.33 Miliar) biaya pengembangan pesawat tempur KFX/IFX dalam fase EMD ini. Sedangkan sisanya akan ditanggung pemerintah Korea Selatan sebanyak 60% dan KAI sebanyak 20%. Total dana yang dibutuhkan untuk fase EMD ini diperkirakan mencapai US$6.7 Miliar.
Untuk pembayaran dari US$1.33 Miliar yang menjadi tanggung jawab Indonesia, akan dimulai pada bulan April 2016 ini. Pembayaran pertama Indonesia ini adalah sebesar 1 % total dana fase EMD KFX atau sekitar US$67 Juta. 1% disini bukan 1% dari US$1.3 Miliar yang jadi kewajiban Indonesia, tetapi 1% dari total US$6.7 Miliar anggaran yang dibutuhkan dalam fase EMD KFX/IFX.
Selanjutnya dari tahun 2017-2025, Indonesia akan kembali membayar kewajiban dalam project ini lebih besar sedikit dari 2% (sekitar US$135 Juta) setiap tahunnya. Sehingga jumlah persen yang ditanggung Indonesia secara keseluruhan dari tahun 2016 sampai 2025 adalah 20% atau sekitar US$1.33 Miliar. Ini jelas menunjukkan bahwa dana US$1.33 Miliar yang menjadi kewajiban Indonesia tidak dibayar sekaligus, tetapi dibayar secara bertahap setiap tahunnya.
Design KFX/IFX C-103 Conventional Wing Dual Engine
Untuk pembayaran pertama pada April 2016 yang menjadi kewajiban yang harus segera dibayar Indonesia, tampaknya tidak akan menghadapi kendala apapun. Hal ini karena pada bulan Oktober 2015 yang lalu, DPR Indonesia sudah menyetujui anggaran sebesar US$77 Juta untuk digunakan di project KFX/IFX ini.
Selain masalah pendanaan, hal yang menarik lainnya adalah dengan dilibatkannya ratusan tenaga ahli dirgantara Indonesia kedalam project ini. Seperti yang disebutkan oleh petinggi PT DI, perusahaan tersebut akan segera mengirimkan sebanyak 100 orang tenaga ahlinya ke Korea pada bulan Mei 2016 ini. Tenaga ahli Indonesia ini akan bergabung dengan tenaga ahli Korea dan Amerika (Lockheed Martin) untuk memulai fase EMD ini.
Gabungan dari tengaga ahli Indonesia, Korea dan Amerika ini akan dipecah pecah dalam banyak divisi dan unit yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Sehingga ahli –ahli dari Indonesia ini sudah akan terlibat dalam design struktur pesawat tempur, dan terlibat dalam banyak proses pengembangan pesawat tempur canggih ini.
[Baca Juga : Amerika Tolak Beri 4 Teknologi ke Project KFX Korea – Indonesia]
Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa PT Dirgantara Indonesia akan mengirimkan lebih dari 100 orang tenaga ahlinya, bisa mencapai 200-300 orang. Hanya saja belum ada rincian mengenai kebenarannya serta bagaimana teknisnya. Bisa saja jumlah tenaga ahli ini dikirim dalam beberapa gelombang seperti halnya pada fase Technical Development pada tahun 2010-2012 yang lalu.
Selanjutnya fase EMD ini akan menghasilkan sebanyak 6 unit prototype pesawat tempur KFX/IFX yang akan diuji sebelum diproduksi missal. Prototipe pertama diharapkan sudah selesai dibangun pada tahun 2020 mendatang, dan akan menjalani serangkaian ujicoba. Satu unit prototype diantaranya akan diberikan kepada Indonesia untuk kepentingan ujicoba di Indonesia. Tidak hanya satu unit protipe saja, Indonesia akan mendapatkan akses terhadap data teknis dan informasi penting terkait project KFX/IFX ini.
Saat ini kedua perusahaan dirgantara ini sedang melakukan persiapan untuk memulai fase EMD yang juga sering disebut dengan full scale development. Dan dikabarkan dalam bulan Januari 2016 ini Korea Aerospace Industrise (KAI) juga akan mengadakan pertemuan dengan pejabat pemerintah dan militer Korea yang juga akan dihadiri pejabat pemerintah dan Militer Indonesia.
[Baca Juga : Indonesia - Korea Tandatangani Kesepakatan Fase EMD Project KFX]
Sebelumnya Pemerintah Korea Selatan yang diwakili oleh Defense Acquisition Program Administration (DAPA) sudah menandatangani kontrak dengan KAI terkait dengan dipilihnya KAI bersama Lockheed Martin sebagai kontraktor utama dari project pengembangan pesawat tempur KFX/IFX ini. Penandatangan kontrak ini dilakukan pada tanggal 28 Desember 2015 yang lalu di Korea Selatan.
Penandatangan kontrak mengikat antara DAPA Korea dengan KAI, diikuti pihak Indonesia dan KAI ini menjadi penanda dimulainya fase EMD secara resmi. Fase EMD ini diharapkan akan selesai pada tahun 2026 mendatang, dimana wahtu yang dibutuhkan untuk pengembangan ini hanya sekitar 10 tahun. Dan KAI diharapkan mampu memproduksi 120 unit pesawat tempur KFX/IFX ini sampai dengan tahun 2032 mendatang.
Fase EMD Proyek KFX/IFX Dimulai, Segudang Masalah Menanti
Berita dimulainya fase EMD project KFX/IFX ini tentunya menjadi kabar baik bagi kedua negara setelah lama tertunda. Namun dibalik berita baik tersebut, tersimpan segudang permasalahan yang sedang harus dipecahkan untuk memuluskan proyek ini.
Permasalahan terbesar yang sedang dihadapi dalam proyek ini adalah kenyataan bahwa ada 4 core teknologi penting yang semula diharapkan akan diberikan Amerika Serika melalui Lockheed Martin untuk proyek ini, namun ternyata ditolak oleh Amerika. Ke empat core teknologi ini adalah active electronically scanned array (AESA) radar, infrared search and track (IRST), electronic optics targeting pod (EOTGP) and Radio Frequency jammer. Keempatnya merupakan teknologi paling vital dalam pesawat tempur.
Untuk mengatasi kekurangan 4 core teknologi vital ini, DAPA Korea Selatan sudah memikirkan beberapa opsi yaitu mencari alternative lain dari negara Eropa atau mengembangkannya sendiri di Korea. Sebenarnya untuk ke empat teknologi tersebut, Korea sudah mulai mengembangkannya namun belum bisa diharapkan cukup matang untuk digunakan di KFX/IFX.
Untuk masalah ini kemungkinan Korea akan menggandeng perusahaan Eropa untuk menutupi kekurangan sembari terus mengembangkan versi Korea sendiri dengan bantuan transfer teknologi negara Eropa ini. Bahkan untuk radar AESA, Korea sudah mendapatkan beberapa tawaran menarik dari perusahaan Eropa. Diantaranya adalah SAAB Swedia yang menawarkan radar PS-05/A Mark 5 AESA, Selex ES yang menawarkan radar Captor E AESA dan IAI Israel yang menawarkan radar EL/M-2052 AESA.
[Baca Juga : Ditolak US, Korea Incar Teknologi Radar AESA Eropa Untuk KFX]
Tawarannya cukup menarik dan bisa menggantikan kekurangan 4 core teknologi yang tidak berikan oleh Amerika. Namun tentu saja meski alternative sudah ada, masih banyak tantangan yang akan dihadapi sebelum 4 core teknologi dari Eropa dan Korea ini bisa menyatu dalam pesawat tempur KFX/IFX ini.
Permasalahan lainnya adalah terkait dengan 21 core technology yang juga dari Amerika yang merupakan kewajiban Lockheed Martin untuk diberikan kedalam project KFX/IFX ini. Secara garis besar, pihak Korea Selatan dan Amerika serta Lockheed Martin sudah sepakat bahwa 21 core teknologi ini akan diberikan ke Korea. Namun masih ada masalah yang cukup menggantung, dimana Lockheed Martin dan Amerika Serikat meminta Korea untuk lebih merinci secara detail item apa yang akan diberikan terkait 21 core teknologi ini.
Hal ini mungkin saja menjadi sebuah trik atau permainan tingkat tinggi yang dilakukan Amerika dan Lockheed Martin untuk kepentingan mereka. Namun disisi lain, Amerika dan Lockheed Martin juga terikat dan berkewajiban memberikan hal itu kepada Korea Selatan terkait dengan kontrak US$6.7 Miliar yang diberikan Korea kepada Lockheed Martin untuk pembelian 40 unit pesawat tempur F-35A Lightning II beberapa tahun silam.
Hal lain yang mungkin akan menjadi permasalahan bagi proyek ini adalah kemungkinan adanya pembengkakan dana proyek dari yang diperkirakan sebelumnya. Hal ini sering terjadi dalam banyak proyek pengembangan pesawat tempur lain didunia. Namun disini penulis menemukan sebuah fakta yang cukup menarik, dimana semula pengembangan KFX/IFX ini diperkirakan akan menelan dana sebesar US$8.6 Miliar (10 Triliun Won), namun dalam kontrak terakhir nilainya bukan bertambah malah menurun menjadi hanya US$6.7 Miliar (8.6 Triliun Won).
Namun tampaknya masalah pembengkakan dana ini belum ada tanda-tanda saat ini, dan jika adapun tampaknya Korea tidak akan menghentikan proyek ini. Apalagi proyek ini akan menjadi proyek militer terbesar bagi negara tersebut. Bagi Indonesia sendiri proyek ini akan menjadi proyek terbesar bagi militer Indonesia. Meski ini bukan murni pesawat tempur buatan Indonesia, tetap saja Indonesia akan mengeluarkan dana yang tidak sedikit didalamnya.
Disisi Indonesia sendiri, akan mengalami sejumlah tantangan. Diantaranya adalah kemungkinan proyek ini mengalami delay atau keterlambatan dalam menyelesaikan dan memproduksi pesawat tempur untuk kebutuhan Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pada awalnya, pemerintah merencanakan untuk menjadikan KFX/IFX sebagai pengganti pesawat tempur Hawk-109/209 untuk memperkuat alutsista TNI dimasa mendatang.
Design KFX/IFX C-103 Delta Wing Dual Engine
Pada awalnya KFX/IFX diharapkan sudah mulai di produksi pada tahun 2023 dan sudah mulai beroperasi pada tahun 2025. Namun tampaknya akan mundur, dimana kemungkinan pesawat tempur ini baru bisa beroperasi sekitar tahun 2026-2027 mendatang. Ditahun tersebut usia pesawat tempur Hawk-109/209 sudah cukup tua mencapai 30 tahun dan akan tertinggal secara teknologi dengan alutsista tetangga. Apalagi beberapa tahun lalu, pemerintah sudah menyebutkan bahwa pesawat tempur Hawk-109/209 tidak akan di upgrade karena tidak efisien.
Sehingga disini, pengganti Hawk-109/209 akan dicarikan pesawat tempur lain atau terpaksa harus menunggu hingga pesawat tempur KFX/IFX siap operasional sebelum pesawat tempur Hawk-109/209 akhirnya di pensiunkan. Tetapi memang waktu yang masih panjang, membuat segala kemungkinan masih bisa saja terjadi.
Sekilas Tengang Project Pengembangan Pesawat Tempur KFX/IFX
Project pengembangan pesawat tempur KFX/IFX sendiri adalah project ambisius yang dijalankan Korea Selatan untuk menhasilkan pesawat tempur generasi 4.5 yang lebih canggih dari pesawat tempur KF-16 Korea namun tidak lebih baik dari pesawat tempur F-35 Lightning II buatan Lockheed Martin. Indonesia sendiri baru terlibat dalam project ini pada tahun 2011 yang lalu, dimana Indonesia ikut dalam fase Technical Development (TD phase) yang sudah diselesaikan pada tahun 2012 yang lalu.
Pesawat tempur KFX/IFX ini akan menggunakan design dual engine (bermesin ganda), dimana pilihan mesin yang akan digunakan adalah mesin F414 buatan General electric atau mesin EJ200 buatan Eurojet. Mesin F414 sendiri sudah digunakan dipesawat tempur F/A-18 E/F Super Hornet, EA-18G Growler dan SAAB Gripen E/F. Sedangkan mesin EJ200 sendiri sudah digunakan dipesawat tempur EF Typhoon buatan konsosium EuroFighter. Tender pemilihan mesin sendiri kabarnya sudah dilakukan dan akan segera diumumkan.
Saat ini ada dua pilihan design pesawat tempur yang akan dipilih salah satunya untuk proyek ini. Kedua design ini adalah design C-103 conventional wing dan C-203 delta canard wing. Sampai saat ini belum ada kejelasan dan kepastian design mana yang akan dipakai. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa design C-103 adalah kandidat design paling kuat yang akan digunakan.
Lalu bagaimana perkembangan proyek pesawat tempur KFX/IFX ini kedepan? Apakah akan bisa mengatasi setiap kendala yang ada atau malah akan terbentur dan gagal total akibat berbagai permasalahan yang muncul? Kita tunggu saja perkembangannya. Opini, kritik dan argument pembaca terkait artikel ini, silahkan disampaikan di form komentar dibawah. Salam dari Admin AnalisisMiliter.com
Label : Alutsista |
Pesawat Tempur |
Alutsista Indonesia |
Alutsista TNI |
Militer Indonesia |
Pesawat Tempur Indonesia |
Baca juga artikel terkait lainnya :
1.
Setelah Pengganti Pesawat Tempur F-5 TNI AU, Apa Selanjutnya?
2.
Pesawat Tempur Su-35 BM Sebagai Pengganti F-5 TNI AU
3.
Perang BVR Sukhoi Indonesia dan Jet Fighter Tetangga : Sebuah Opini Awam
4.
Masalah Integrasi Alutsista Angkatan Udara Indonesia
5.
All About CN-235 IPTN/PT DI Indonesia
6.
Faktor Delivery Time Pengganti Pesawat Tempur F-5 TNI AU
7.
Kekuatan Militer Indonesia di Sekitar Kepulauan Natuna?
8.
Akhirnya 3 Unit F-16 Block 52ID Terbang Menuju Indonesia
9.
Lanud El Tari Kupang : Benteng Indonesia Melawan Australia
10.
Opini Awam : Alternatif Lain Pengganti F-5 TNI AU
Flanker Squad |
09 Jan 2016 13:50:26
izin bertanya admin, apakah amrika atau lokhed martin akan menjegal proyek ini krn takut tersaingi? n apakah korea akan tunduk saja dgn kemauan amrika?
Admin |
10 Jan 2016 12:43:57
@Flanker Skuad,
Sebenarnya LM dan Amerika, diakui atau tidak, sedikit banyak akan terganggu dengan KFX ini krn akan menjadikan Korea naik level menjadi salah satu pesaing mereka dipasar pesawat tempur dimasa datang.
mereka sudah terlihat 'enggan' dgn KFX, salah satunya dgn usulkan Korea make design C-501 saja pada tahun 2013 lalu. tp korea ogah nurutin kemauan LM dan Amerika dan milih design dual engine C-103/C-203.
keengganan Amerika lainnya semakin terlihat dalam penolakan mereka kasih ToT 4 core teknologi ke projetx ini. bahkan 21 core teknologi baru di setujui garis besarnya saja, blm sampai detailnya.
jd terlihat mereka agak enggan membantu.
tp disisi lain, LM dan Amerika berkewajiban secara kontrak membantu proyek KFX ini. ini terkait kontrak $7.8 Miliar yg diberikan korea ke LM untuk pembelian 40 F-35 beberapa tahun lalu.
jd sebenarnya posisi LM dan US itu sebenarnya ga rela membantu KFX, tp dilain sisi mereka berkewajiban membantu.
itulah kenyataan yg mereka hadapi. kedepan pun saya yakin masih akan ada tarik menarik kepentingan antara Amerika dan Korea terkait proyek KFX ini.
tp untuk menjegal proyek ini, sepertinya mereka sulit, mereka hanya bisa menghambat saja.
just IMHO
apri z |
09 Jan 2016 14:45:31
pak admin kkurangan 4 teknologi yg ditolak Amerika sudah ada penggantinya y,blh tau infonya y
Admin |
10 Jan 2016 12:45:52
sejauh ini blm ada kepastiannya. namun opsi opsi pilihannya sudah ada. seperti radar AESA yg sudah saya bahas secara detail diatas. namun yg mana diambil, blmnada kepastian. kita tunggu saja, ga lama lagi bakal diumumkan.
just IMHO
apri z |
11 Jan 2016 14:30:28
makasih admin penjelasannya. klo untk radar kira kira mnrt admin siapa yg plng bagus untuk dipilih korea dr 3 kandidat yg ada?
Wong Cilik |
10 Jan 2016 08:45:15
Admin, sudah adakah informasi utk data link yang akan digunakan di KFX/IFX kelak? Apkah akan menggunakan link dari US atau dari korsel sendiri?
Admin |
10 Jan 2016 12:49:34
@Wong Cilik,
untuk datalink, blm ada informasi detailnya. tp benerapa waktu lalu disebutkan bahwa datalink yg dipakai di KFX Korea dan IFX Indonesia akan berbeda. disebutkan indonesia akan menggunakan datalink sendiri. namun apa itu blm tau.
Korea sendiri sepertinya akan menggunakan datalink K-Link yg saat ini mereka masih krmbangkan. tp tak menutup kemungkinan mereka pakai Link-16 standart NATO.
tp menarik memang menunggubkepastian ttg datalink ini.. tunggu saja
just imho
Wong Cilik |
10 Jan 2016 19:08:02
Klok dri indonesia sendri kesiapannya gimna utk data link ini? Apakah ada kaitannya dengan bantuan saab kemaren utk urusan pngembangan data link diindonesia atau resmi riset dari dalam negri bung admin?
Admin |
10 Jan 2016 19:40:57
@wong cilik,
kalau datalink untuk Indonesia jujur saya sama sekali ga punya gambaran. dari mana akan diambilnya.. apakah ada bantuan dari luar sprti SAAB dll, saya ga tau dan ga ada info apa apa saat ini ttg itu.
namun saya sendiri kurang yakin akan adanya perbedaan datalink di KFX dan IFX meski pemerintah bilangnya gitu.
prediksi saya sih baik KFX dan IFX akan menggunakan datalink yg sama, mungkin hanya terdapat sedikit perbedaan saja. tp itu hanya perkiraaan saja..
untuk pastinya kita tunggu saja ya perkembangannya...
just IMHO
Haidar |
10 Jan 2016 19:24:28
@admin. Mau tnya nih tujuan kosel dalam program kfx/ifx adalah menghasilkan pesawat tempur Gen 4,5, sedangkan kfx/ifx ini di rencanakan sampai blok 3. Pertanyaan saya apakah Gen 4,5 yg di maksud hanya di blok 1 saja, kemudian apakah kfx/ifx blok 2 dan 3 bisa di kategorikan sebagai pesawat tempur Gen 5. Makasih sebelumnya
Admin |
11 Jan 2016 13:45:29
@Haidar,
KFX memang dirancang sejak awal sbg fighter Gen 4.5 namun dirancang secara khusus untuk bisa masuk menjadi Gen 5 di masa mendatang.
salah satu indikasinya adalah adanya space untuk Internal Weapon Bay (IWB) untuk KFX Block 2, yg di blok 1 masih dikosongkan.
salah satu syarat Fighter Gen 5 adalah RCS yg sangat rendah (VLO). untuk KFX Block 1, RCS nya dirancang untuk selevel dgn Super Hornet dikisaran 0.5-0.1 m2.
sedangkan Di block 2 dirancang untuk RCS yang lebih kecil lagi serta penggunaan IWB. Block 3 malah lbh kecil lg, sehingga hampir bisa dimasukkan ke kategori Gen 5 meski mungkin tak seextrim F-22.
jd sebenarnya Gen 4.5 itu hanya untuk Block 1, sedangkan block selanjutnya sudaj sangat mendekati Gen 5.
dan harus dipahami, ambisi Korea dalam proyek KFX ini sebenarnya adalah menghasilkan fighter Gen 5 dimasa mendatang, bukan hanya sekedar Gen 4.5, meski diawali dari Gen 4.5
harap diingat kembali bahwa Figjter Gen 4 seperti F-16, F-15, F-18, Typhoon, Rafale, Gripen, Su-30, Su-35,Mig29, dll itu adalah rancangan tahun 1980-1990 yg tidak dipersiapkan untuk bisa dikembangkan lg menjadi fighter Gen 5.
artinya semuanya hanya akan mentok di Gen 4.5 dan ga akan bisa menjadi Gen 5, karena faktor design yg tidk memungkinkan penurunan RCS secara drastis dan tidak adanya kemungkinan adanya penambahan IWB dalam design nya.
sedangkan KFX dirancang sbg fighter Gen 4.5 yg dimasa depan masih bisa dikembangkan menjadi Gen 5.
just IMHO
juan |
10 Jan 2016 21:51:58
@ ADMIN
MAU TANYA..
1..APAKAH KERJASAMA KFX/IFX HANYA SEBATAS DI AJARKAN CARA MERANGKAI SUSUNAN PARTNYA DENGAN DISAIN BODY SENDIRI...HINGGA MENJADI PESAWAT ?
2..APAKAH 21 CORE NYA ITU DIBOLEHKAN DI PRODUKSI ATW DIBUAT 100% OLEH KOREA DAN INDONESIA..?.ATW HANYA DI IZINKAN COPY MODUL DAN CORE SAJA TETAPI MASIH TETAP ADA LOGO LM...?
3 APAKAH 4 CORE PENTING YG TIDAK DIKASIH USA YANG KATANYA DIDAPAT DARI NEGARA LAIN ..BISA DI CONEK DENGAN YANG 21 CORE USA..?
4 BAGAIMANA MENURUT PANDANGAN BUNG ADMIN PRIBADI APAKAH PESAWAT GEN 4+ KFX/IFX NANTINYA THN 2028 -2032 MAMPU BERSAING DENGAN NEGARA TETANGGA YG SEKARANG SDH PAKAI PESAWAT GEN 5.. (F 35) ? YANG MUNGKIN PADA THN 2030 AN MEREKA PASTI AKAN MENGGANTI DENGAN PESAWAT GEN 6..(PENGGANTI F22)
YG SY MAKSUD APAKAN NANTINYA PADA THN 2030 AN KFX/IFX AKAN JADI PESAWAT JADUL..??
TERIMA KASIH .
SALAM
Admin |
11 Jan 2016 09:08:19
@Juan,
pringatan pertama, mohon untuk tidak menggunakan HURUF besar dalam berkomentar. Huruf besar hanya digunakan sebagaimana layaknya pelajaran Bahasa Indonesia ketika sekolah dulu.
Salam
Admin |
11 Jan 2016 14:04:44
@Juan,
1. Detailnya hanya orang yang terlibat langsung yang tau. tp sejauh yg saya pahami, proyek ini bukan sekedar membuat hardware (bodi dan komponen) ttp juga membuat semua sistemnya terintegrasi menjadi pesawat tempur yang utuh.
tp lagi lagi, detailnya ya hanya ygbterlibat dan yg tau, yg bisa menjelaskan. kita kita orang awam hanya bisa menebak-nebak, tanpa pernah tau tebakan kita benar atau salah.
2. lg lagi, hanya orng yg terlibat yg tau detailnya. yg jelas 21 core teknologi itu adalah KEwajiban LM untuk diberikan ke Korea. disisi lain, Amerika sangat menjaga hak kekayaan intelektualnya terutama yg yerkait militer seperti itu.
jd harus dilihat dari dua sisi, baik dari sisi Korea maupun Amerika.
3. Kenapa tidak?
4. seperti komen saya diatas, KFX dedesigm sejak awal adalah sebuah fighter Gen 4.5 yg bisa dikembangkan menjadi Gen 5. itulah sebabnya sejak awal sudaj dipersiapkan IWB dan design yg rendah RCS, yg sangat memungkinkan menjadi fighter Gen 5 dimasa mendatang.
KFX block 1 benar hanya gen 4.5 dgn RCS setara Super Hornet, tp block 2 plus aplikasi IWB, serta block 3 membuatnya sudah mendekati F-35 dan F-22, hal yg ga bisa dilakukan oleh Fighter gen 4 sprt F-16, F-15, F-18, Gripen, Typhoon, Rafalw, Su-30, Su-35, Mig-29, dll
jadi gol utama KFX ith adalah di block 3, block 1 hanya aebagai permulaan.
maka kalau dikatakan KFX jadul di tahun 2030, ane rasa itu salah besar. krn ditahun 2030 (jika program sukses) KFX Block 2 dan 3 sudah selesai pengembangannya. disaat yang sama Fighter Gen 4 sprti F-16, F-15, f-18, Gripen, Typhoon, dll tdk bisa masuk ke level Gen 5 dgn rcs super kecil dan adanya IWB.
disisi lain, ditahun 2030, tidak terlalu banyak negara yg sudah bisa mengakses F-35, dan F-22 pun blm tentu dijual amerika.
just IMHO n salam
Liest |
11 Jan 2016 12:20:15
Salam bung admin, Senang mendengar program kfx masuk EMD Paling tidak ada kejelasan proyek ini masih jalan. Menurut bung admin dari 200 kfx dan 50 ifx apakah semua dibuat dalam blok 1 kemudian di uprade ke blok 2 dan 3 ..atau itu di buat bertahap umpama 12 blok1, 12 lagi blok 2 dsb. Semoga sukses ja positif walopun sedikit pesimis. Salam
Admin |
11 Jan 2016 14:14:04
@Liest,
sampai sejauh ini blm ada informasi detail terkait itu. tp prediksi saya 250 unit yg ditargetkan Korea dan Indonesia, bukan hanya untuk Block 1 tp kesemua Block.
kemungkinannya bisa seperti ini.
- produksi Block 1 bisa dimulai tahun 2023-2026, dimana bisa saja Korea hanya pesan 2 skuadron (40 unit) dan indonesia pesan 1 skuadron (16 unit).
- pada saat pesanan tahap pertama Korea dan Indonesia ini dilakukan, pada saat yg sama pengembangam Block 2 sedang berlangsung dan selesai dlm rentang waktu ga relatif jauh.
- selesai produksi pesanan pertama (block 1), dan penhembangan block 2 jg selesai, Indonesia dan Korea menambah pesanan lagi, tp yg dipesan bukan lagi Block 1 tp Block 2.
- pada saat pengerjaan pesanan tahap kedua (block 2), disaat yg sama sedang dikerjakan pengembangan block 3.
- jd pesanan selanjutnya bisa block 3, bukan lagi block 2.
tp itu hanya gambaran kemungkinan saja, bisa saja berbeda. tp yg jelas pengembangan Block 1 ditargetkan selesai tahun 2026. kita tunggu saja..
just IMHO