10 Jun 2014 17:47:39 | by Admin
| 22006 views | 0 comments
|
4.5/5 Stars dari 1 voter
Pesawat tempur Mig-29 milik Angkatan Udara Malaysia (TUDM) direncanakan untuk pensiun pada akhir tahun 2015 nanti. Namun sampai saat ini belum ada kejelasan, pesawat tempur apa yang akan menggantikan peranan Mig-29 dalam menjaga kedaulatan Malaysia. Berita yang beredar menyebutkan Pemerintah Malaysia sedang mempertimbangkan beberapa opsi dalam mengantisipasi pensiunnya Mig-29 ini, salah satu diantaranya adalah opsi untuk sewa (leasing) pesawat tempur.
Pemerintah Malaysia merencanakan Pensiun Mig-29 disebabkan oleh biaya operasional dan biaya maintenance yang relative mahal dibandingkan pesawat F/A-18 Hornet dan Hawk-108 Malaysia. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Mig-29 Malaysia ini sudah harus di upgrade jika ingin terus digunakan beberapa tahun kedepannya. Namun besarnya biaya upgrade, biaya operasional serta biaya maintenance kedepannya membuat pemerintah Malaysia sampai kepada keputusan Mig-29 akan di pensiunkan. Sebenarnya, Mig-29 Malaysia ini relative lebih ‘baru’ dibandingkan dengan F-16 Block 15 OCU milik TNI AU. Mig-29 TUDM yang bermarkas di Kuantan Air Base ini berjumlah 18 unit, namun beberapa sumber menyebutkan jumlah pesawat yang dalam keadaan siap tempur terbatas.
Leasing Jet Tempur Sebagai Antisipasi Pensiunnya Mig-29 TUDM
Sebagaimana sudah saya tuliskan diatas bahwa opsi sewa (leasing) pesawat tempur jangka panjang adalah salah satu dari beberapa pertimbangan yang sedang dipikirkan oleh pemerintah Malaysia saat ini. Dibeberapa sumber disebutkan bahwa ada dua proposal penawaran sewa (leasing) yaitu Gripen C/D (SAAB) dan EF Typhoon (EADS). Sedangkan produsen pesawat tempur lainnya tidak memberikan tawaran sewa pesawat tempur. Sebut saja Rafale (Dassault), Sukhoi dan Super Hornet (Boeing) sama sekali tidak memberikan adanya tawaran sewa pesawat tempur. Disisi lain, pemerintah Malaysia juga menyebutkan bahwa saat ini kekurangan dana untuk membeli pesawat baru sebagai pengganti Mig-29 TUDM ini.
Gripen C/D. Credit to Jim Groom, Source: Airliners.net
Dengan kata lain, opsi sewa (leasing) jet tempur adalah opsi yang cukup kuat untuk dijalankan oleh pemerintah Malaysia. Hal ini juga berarti pula bahwa Gripen C/D dan Typhoon adalah opsi yang paling memungkinkan untuk di sewa sebagai ‘pengganti sementara’ peranana Mig-29 TUDM. SAAB sebagai produsen Gripen C/D juga sudah pernah menyewakan Gripen C/D kesejumlah negara diantaranya adalah Republik Ceko dan Hongaria. Republik Ceko sudah menyewa 14 unit Gripen C/D sejak tahun 2006 dan sudah di perpanjang sampai dengan tahun 2025. Sewa tahap pertama untuk Ceko (2006-2015) dengan harga sewa 20 Miliar Crona, sedangkan sewa perpanjangan (2016-2028) Ceko hanya mengeluarkan dana sewa 16,8 Miliar crona. Hongariajuga menyewa 14 unit Gripen C/D dan berencana untuk menambah pesawat yang akan mereka sewa.
Sedangkan pesawat EF Typhoon sampai saat, sepengetahuan saya belum pernah disewakan kenegara lain. Berkaca dari fakta ini, bisa disebutkan bahwa opsi leasing Gripen C/D agaknya akan menjadi pilihan utama bagi pemerintah Malaysia dalam mengantisipasi pensiunnya armada Mig-29 mereka.
Leasing Jet Tempur Sebagai Stop Gap Menanti Pengganti Mig-29 TUDM
Selain opsi leasing jangka panjang, tampaknya opsi lain yang sedang dipertimbangkan pemerintah Malaysia adalah mengganti Mig-29 dengan pesawat baru. Berbagai sumber dari sejak beberapa tahun yang lalu sudah menyebutkan bahwa EF Typhoon, Dassault Rafale, F/A-18 Super Hornet dan SAAB Gripen adalah kandidat pengganti Mig-29 TUDM. Namun karena keterbatasan dana, proses penggantian Mig-29 ini masih terkendala sampai dengan saat ini.
EF Typhoon. Credit to Zaninger Jonathan, Source: Airliners.net
Dan kalaupun misalnya Mig-29 TUDM akan diganti dengan pesawat baru sekalipun, tampaknya opsi leasing jangka pendek (Gripen atau Typhoon) tetap akan dipertimbangkan. Hal ini mengingat Mig-29 TUDM direncanakan pensiun di 2015, sedangkan pesawat baru penggantinya (jika kontraknya sudah di tanda tangani di 2015 ini) kemungkinan baru akan bisa beroperasi pada tahun 2018-2019. Opsi leasing jangka pendek ini mungkin akan digunakan sebagai stop gap sampai dengan pengganti bisa operasional untuk menjaga agar kekuatan udara Malaysia tidak turun drastis dan kemampuan pilot TUDM juga tetap terjaga.
Namun opsi mengganti Mig-29 TUDM dengan pesawat baru dan parallel dengan leasing pesawat tempur sebagai stop gap sampai pengganti operasional, nampaknya masih akan terbentur pada masalah klasik yaitu terbatasnya anggaran modernisasi militer karena pemerintah Malaysia saat ini lebih focus kepada masalah ekonomi.
Dampak Pensiunnya Mig-29 Bagi TUDM
Dampak langsung yang akan dirasakan oleh TUDM jika Mig-29 benar benar pensiun adalah adanya penurunan jumlah fighter Malaysia yang akan menjaga kedaulatan mereka. Namun disisi lain, pensiunnya Mig-29 TUDM ini akan menghemat anggaran militer Malaysia yang bisa digunakan untuk keperluan lainnya.
Penurunan jumlah fighter ini sedikit banyak akan berpengaruh kepada berkurangnya efek gentar TUDM di kawasan. Apalagi kita tau bahwa tetangga Malaysia, seperti Singapura, Indonesia dan Thailand sudah merencanakan meningkatkan kemampuan angkatan udaranya. Singapura akan segera mengupgrade F-16 Block 52 mereka menjadi F-16 Block 61. Indonesia sendiri dalam waktu dekat akan menerima 24 unit F-16 setara Block 52 yang sebagian besar akan di tempatkan di pekanbaru yang relative dekat dengan Malaysia. Selain itu, Indonesia sendiri dalam waktu dekat juga akan mengumumkan pengganti F-5 TNI AU. Sedangkan Thailand saat ini juga sedang melakukan upgade MLU puluhan F-16 mereka serta ada rencana untuk menambah armada gripen mereka.
Selain memperhatikan Singapura, Indonesia dan Thailand, pemerintah Malaysia juga harus memberikan perhatian ekstra terhadap meningkatnya kemungkinan konflik di Laut China Selatan. Kita ketahui bersama bahwa Malaysia dan beberapa Negara ASEAN lainnya memiliki klaim tmpang tindih dengan China di kepulauan Paracell dan Spratly, yang berada di Laut China Selatan. China sebagai calon lawan konflik Malaysia saat ini mengalami peningkatan kekuatan militer yang luar biasa. Selain kekuatan militernya yang meningkat drastic, China juga saat ini cukup agresif dalam meningkatkan klaimnya di Laut China Selatan.
Hal ini jugalah yang membuat Pemerintah Malaysia agaknya tidak bisa begitu saja meng-grounded Mig-29 TUDM tanpa melakukan antisipasi entah berupa opsi Leasing pesawat tempur atau membeli pesawat tempur baru sebagai pengganti Mig-29 TUDM.
updated 6/14/2014 12:51 PM
Sumber Referensi :
http://www.upi.com/Business_News/Security-Industry/2014/05/16/Czechs-sign-lease-deal-for-Saabs-Gripen-fighters/6011400272663/#ixzz34DxdBhXz
http://www.malaysiandefence.com/?p=4451
http://www.defensenews.com/article/20140415/DEFREG03/304150030/Saab-Offers-Info-Gripen-Lease-Malaysia
Label :
Baca juga artikel terkait lainnya :
1.
Wacana Kohanudnas Punya Pesawat Tempur Terpisah dari TNI AU?
2.
Nasib Project KFX/IFX : Korea Selatan Borong 60 F-35 dan 60 F-15 Silent Eagle?
3.
Modernisasi Kapal Selam Indonesia Tahun 2015-2020
4.
Panen Alutsista : Welcome 2 CN-295 dari Airbus Military
5.
China Ubah Pulau Buatan Jadi Pangkalan Militer di Spartly?
6.
Next Indonesian Jet Fighter : SAAB Gripen C Vs F-16 C Block 52
7.
Tender Kontraktor Utama Project KFX/IFX di Korea
8.
3 Unit F-16 C/D Setara Block 52 Akan Tiba di Indonesia Pada Juli 2014
9.
Analisa Join Development KFX/IFX Indonesia dengan Korea Selatan
10.
Sejarah Uji Coba Rudal oleh Militer Indonesia
Belum ada komentar untuk artikel ini