24 Sep 2012 13:00:27 | by Admin
| 24222 views | 0 comments
|
4.5/5 Stars dari 1 voter
Hai semuanya, bertemu lagi dengan saya admin AnalisisMiliter.com. Beberapa waktu yang lalu saya sudah menulis artikel tentang seri panen alutsista yang saya mulai dengan tembang September Ceria dimana kehadiran 4 pesawat COIN Super Tucano sudah hadir di Indonesia. Hari ini, bulan September juga belum berlalu, namun lagu September Ceria agaknya harus kita nyanyikan ulang namun dalam aransemen yang berbeda. Jika sebelumnya lagu September Ceria di iringi dengan tarian Samba khas Brazil, maka sekarang September Ceria diiringi tarian Salsa dari Spanyol (eh btw, Salsa dari Spanyol kan? Hehhe).
Kontrak pembelian 9 pesawat angkut sedang C-295 ini dilakukan pada event Singapure Air Show yang dilangsungkan pada bulan February 2012 yang lalu. Penandatanganan kontrak pembelian 9 C-295 ini ditandatangani oleh CEO Airbus Mikitary Domingo Urena Raso, dan Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Budi Santoso. Nilai kontrak pembelian ini adalah sekitar US $325 Juta, yang mencakup pembelian pesawat, suku cadang dan pelatihan awak. Pengiriman pertama dilakukan September ini dan pengiriman terakhir akan dilakukan pada semester ke 2 2014. Ada satu pertanyaan yang perlu kita pahami, Kenapa Dirut PT DI ikut menandatangani kontak ini, bukankah C-295 adalah produk Airbus Military? Pertanyaan ini akan kita jawab di bawah ini.
Kerjasama PT DI dan Airbus Military dalam Kontrak Pembelian 9 Pesawat C-295.
Seperti pertanyaan diatas, kenapa Dirut PT DI harus turut menandatangani kontrak pembelian C-295 ini, padahal kita tau sendiri bahwa C-295 adalah produk Airbus Military, bukan produk PT DI? Jawabannya adalah karena dalam kontrak ini, PT DI dilibatkan sebagai patner Airbus Military dalam memproduksi pesawat C-295 pesanan TNI AU ini. Dalam kerjasama ini, sebagian komponen tertentu dari pesawat C-295 dikerjakan oleh PT DI, dan selanjutnya dikirim ke Airbus Military untuk di integrasikan disana. Hal ini berarti bahwa setiap pesawat C-295 ini memiliki komponen buatan PT DI didalamnya.
Selain itu, dalam kerjasama ini, diharapkan sebagian dari C-295 tersebut akan dikerjakan di PT DI. Proses pengerjaan di Indonesia ini agaknya akan tergantung dari seberapa siap PT DI untuk mengerjakan pesawat ini agar sesuai dengan target pengiriman akhir di tahun 2014. Pada awalnya, hanya 2 pesawat yang akan di kerjakan di Spanyol, sisanya di Indonesia. Namun dari Update terakhir yang saya peroleh, kemungkinan aka nada 4 atau 5 pesawat yang dikerjakan di Spanyol dan sisanya baru di PT DI Bandung. Untuk mempersiapkan PT DI dalam mengerjakan pesawat ini di Indonesia, PT DI telah mengirim cukup banyak tenaga ahlinya dalam pengerjaan pesawat ini di Spanyol. Bahkan untuk 2 pesawat yang sudah diserahterimakan beberapa waktu lalu, tenaga ahli dari PT DI juga sudah terlibat didalam pengerjaannya.
Hal ini untuk memastikan bahwa Industri Pesawat Terbang Indonesia mendapatkan hal positif di balik pembelian pesawat C-295 ini. Selain itu juga, PT DI juga sudah cukup memiliki pengalaman dalam mengembangkan CN-235 yang merupakan dasar dari C-295. Untuk itu, rencana pengerjaan sebagian C-295 di Indonesia merupakan sebuah langkah yang cukup strategis bagi Industri Dirgantara Indonesia dimasa yang akan datang.
Selain itu, ada kerjasama antara PT DI dan Airbus Military dimana PT DI akan menjadi pusat pengiriman (Delivery Center) untuk pesanan pesawat C-295 di wilayah Asia Pasifik. Itu berarti bahwa PT DI akan terus dilibatkan dalam proses pembuatan dan perakitan C-295 yang dipesan negara Asia Pasifik. Satu sisi hal ini akan sangat membantu PT DI untuk semakin menaikkan kelasnya sebagai salah satu Industri Dirgantara terbaik di kawasan Asia Pasifik. Namun disisi lain, ini juga bisa berdampak negative terhadap program PT DI lainnya seperti pengembangan CN-212-400, CN-235, N-219 serta N-250. Dengan bertambahnya C-295, yang akan menjadi CN-295, maka PT DI harus mempersiapkan diri sebaik mungkin agar peluang dalam CN-295 ini tidak membunuh peluang dalam pesawat produksi lain, khususnya CN-235.
CN-295 sebagai Derivative CN-235
Jika dilihat secara sekilas, memang kita bisa melihat bahwa antara CN-235 dan C-295 terlihat sangat mirip sekali. Memang ini benar, karena C-295 merupakan pengembangan dari CN-235 yang sudah terbukti ketangguhannya sebagai salah satu pesawat transport maupun pesawat intai maritime yang digunakan di banyak negara. C-295 adalah pengembangan dari CN-235 dimana fuselage C-295 lebih panjang 3 meter dibandingkan dengan Cn-235. Selain itu C-295 memiliki payload yang lebih besar 50% dibandingkan dengan CN-235 serta mesin yang digunakan juga lebih kuat yaitu 2 PW 127G terbaru. Sedangkan CN-235 menggunakan mesin GE CT7-9C.
Dilihat dari segi angkut personel juga C-295 bisa mengangkut pasukan yang lebih banyak. Untuk pasukan terjun paying bersenjata lengkap, sebuah pesawat C-295 bisa menerjunkan 45 personel, sedangkan CN-235 hanya 35 personel. Dibandingkan C-130 Hercules yang bisa menerjunkan 90 personel bersenjata lengkap, kemampuan C-295 ini berada di bawah Hercules namun diatas CN-235.
C-295 menggantikan Fokker-27 sebagai Pesawat angkut Medium
Nah yang menjadi pertanyaan, apakah kehadiran C-295 akan membuat pesawat CN-235 TNI AU akan disingkirkan? Tentu tidak, karena CN-295 diproyeksikan bukan menggantikan CN-235, namun menggantikan pesawat angkut Fokker-27 TNI AU yang sudah tua. Nah di TNI AU sendiri memiliki 3 kelas pesawat angkut taktis, yaitu pesawat angkut ringan, pesawat angkut sedang dan pesawat angkut berat. Pesawat angkut ringan selama ini sudah diperankan oleh pesawat buatan PT DI yaitu CN-235. Namun ada juga pesawat CN-212 yang banyak digunakan di TNI AL. Untuk kelas pesawat angkut sedang selama ini diperankan oleh Fokker-27, yang akan digantikan oleh C-295. Pada kelas ini, ada juga beberapa pesawat Fokker-28 yang saat ini masih beroperasi. Untuk kelas angkut berat di TNI AU, diperankan oleh pesawat Hercules C-130 type B maupun H.
Beberapa waktu lalu saya juga menulis artikel tentang MBT Leopard yang akan di beli Indonesia? Mungkin sebagian dari kita berpikiran bahwa MBT Leopard bisa digerakkan dengan cepat kedaerah operasi dengan menggunakan pesawat angkut seperti C-295 ataupun C-130 Hercules.Maka disini saya sampaikan bahwa pesawat angkut C-295, bahkan C-130 Hercules sekalipun tidak akan mampu mengangkut walaupun hanya 1 unit MBT Leopard. Payload C-295 hanya sekitar 10 ton, sedangkan Hercules C-130 hanya sekitar 20 ton. Itu artinya untuk mengangkut 1 unit MBT Leopard dalam keadaan terurai (beratnya 60 ton), diperlukan sekitar 3 pesawat Hercules atau 6 pesawat C-295. Pesawat C-295 ini lebih dititik beratkan untuk mendeploy pasukan penerjun kedaerah operasi secepatnya.
Setelah C-295, What Next??
Beberapa hari lalu sudah beredar gambar kedangan 2 unit artillery CAESAR dari Prancis. Rencananya Indonesia AKAN mendatangkan dua battalion artillery jenis ini, dimana masing-masing battalion AKAN terdiri dari 3 Battery dan masing-masing Battery akan terdiri dari 6 unit artillery CAESAR ini. Ini artinya Indonesia AKAN membeli 36 unit CAESAR. Berikut sebagin foto-foto kedatangan 2 unit CAESAR yang telah tiba di Halim Perdana Kusuma beberapa hari yang lalu :
Selain itu Indonesia juga AKAN kedatangan MBT Leopard dari Jerman. Selain itu, Indonesia juga AKAN menerima hibah 24 F-16 dari Amerika Serikat. Selain itu AKAN ada opsi penambahan hibah F-16 ini dari 2 Skuadron menjadi 3 Skuadron. Beberapa waktu lalu, kongres AS juga sudah mempublikasikan bahwa Indonesia AKAN membeli senjata F-16 sebesar US$25 Juta. Beberapa waktu lalu juga ada berita Indonesia AKAN membeli 8 Helicopter Tempur Murni, yaitu Apache AH 64-D Longbow Block III beserta senjata lengkapnya. Dan masih banyak list pembelian alutsista lainnya yang AKAN dibeli oleh Indonesia.
Tapi, kok banyak kata-kata AKAN ya?? Apakah Indonesia adalah Negara ‘AKAN’??? Ah, peduli amat denga stigma negara AKAN yang sering dikumandangkan blog seberang tersebut. I Don’t Care.. Di blog seberang memang ada stigma negara AKAN. Biar saja lah, tidak usah di tanggapi.. Toh dulu di blog tersebut stigma AKAN melekat pada Indonesia ketika akan bergabung dengan Project KFX, nyatanya sekarang Indonesia memang terlibat dalam project KFX. Dulu stigma AKAN juga melekat ketika Indonesia akan membeli Super Tucano, nyatanya Super Tucano sudah datang di Indonesia. Stigma AKAN juga ada ketika Indonesia akan membeli 9 C-295 dari Airbus Military, nyatanya C-295 sudah diserahterimakan ke Indonesia. Dulu juga ada stigma AKAN ketika berbicara tentang KCR-40 dan Trimaran, nyatanya itu semua sudah Nyata di Indonesia. Dulu stigma AKAN juga ada ketika Indonesia berencana menambah 6 unit Sukhoi lagi, nyatanya itu sudah tanda tangan Kontrak, dan hanya menunggu waktu. Dulu di blog seberang juga ada stigma Indonesia adalah negara miskin yang tidak punya uang membeli peralatan militer, nyatanya begitu banyak alutsista baru yang hadir di Indonesia.
So, apakah Indonesia adalah negara ‘AKAN’ dan miskin?? It’s Up to You.. hehehehe :) Peace bro… Salam dari Admin, AnalisisMiliter.com
Label :
Baca juga artikel terkait lainnya :
1.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-69 Tahun
2.
Welcome Home To Super Tucano, NC-295, KT-1 Wongbee, CN-235 MPA dan NBell-412 EP
3.
Perang BVR Sukhoi Indonesia dan Jet Fighter Tetangga : Sebuah Opini Awam
4.
Opini Awam : Alternatif Lain Pengganti F-5 TNI AU
5.
Perspektif 2020 : 100 F-35 Australia dan Singapura Mengancam Indonesia?
6.
KRI Klewang 625 Terbakar : Belajar dari Pengalaman
7.
Singapura Tambah 16 Unit F-15 SG Secara Rahasia?
8.
Pesawat Tanker Untuk Kebutuhan Angkatan Udara Indonesia
9.
Modernisasi Alutsista Kapal Selam di ASEAN
10.
Hubungan Antara HAM, Embargo dan F-16 di Indonesia
Belum ada komentar untuk artikel ini