16 Aug 2012 00:12:59 | by Admin
| 50698 views | 1 comments
|
3/5 Stars dari 3 voter
Dalam beberapa waktu terakhir ini, kita disajikan berita di berbagai media massa bahwa Indonesia dan China sepakat untuk melakukan Transfer of Technology rudal C-705. Rudal ini adalah rudal anti kapal permukaan yang sudah dikembangkan oleh China. Saat ini pemerintah Indonesia dan China sedang mempersiapkan tahapan ToT ini agar bisa berjalan dengan secepatnya. Dalam kunjungannya ke Kementerian Pertahanan, tim China yang dipimpin oleh Liu Yunfeng, Deputi Direktur Umum Sains, Teknologi dan Industri Pertahanan China (SASTIND), sepakat melakukan transfer teknologi peluru kendali C-705 secara bertahap. Tahap pertama adalah: Semi Knock Down, Indonesia merakit sedikit/sebagian dari rudal C-705 dan sisanya dikirim langsung dari China. Tahap Kedua: Complete Knock Down. China mengirim semua komponen rudal secara terurai untuk dirakit di Indonesia sepenuhnya. Adapun tahap ketiga adalah riset and development. Ditahapan ini Indonesia, boleh memodifikasi peluru kendali sesuai dengan kebutuhan TNI.
Sebagai informasi rudal C-705 ini adalah rudal anti kapal yang dikembangkan China dan sudah juga dimiliki oleh Indonesia yang di install pada kapal cepat rudal (KCR). Rudal anti kapal ini sangat dibutuhkan oleh Indonesia sebagai senjata untuk menjaga kedaulatan perairan Indonesia. Rudal C-705 akan disandingkan dengan Yakhont sebagai senjata utama Angkatan Laut Indonesia.
ToT Rudal C-705 hadir di waktu yang tidak tepat??
Seperti kita ketahui bersama, berita ToT Rudal C-705 ini dilakukan “hampir bersamaan” dengan perkembangan perselisihan Laut Cina Selatan yang sedang memanas. Beberapa negara ASEAN yang terlibat perselisihan langsung dengan China dalam masalah Laut Cina Selatan ini tentu akan memandang sedikit aneh kepada Indonesia. Hal ini dikarenakan, Indonesia sebagai sebuah negara besar dan negara paling berpengaruh di ASEAN, “kelihatannya seperti” mendekat kepada China. Negara ASEAN seperti Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Brunai tentu bertanya-tanya, ada apa gerangan Indonesia begitu dekat dengan China. Disaat mereka “menentang” China, Indonesia malah menunjukkan sikap “persahabatan” dengan China.
Apakah ToT Rudal C-705 dari China ini hadir di waktu yang salah? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu sedikit susah, karena perlu analisa yang sangat mendalam dan panjang. Namun, sebagai Informasi, rencana Indonesia dalam membangun Rudal sendiri sudah berlangsung sejak lama, namun masih terkendala dalam membuat pemandu untuk mengarahkan rudal ke sasaran. Bahkan beberapa tahun yang lalu, ketika perselisihan Laut China Selatan belum panas, Indonesia sudah berencana melalukan ToT Rudal anti kapal C-802 juga dari China. Namun dari berbagai pertimbangan, akhirnya ToT rudal C-802 ini dibatalkan dan digantikan dengan ToT rudal C-705. Jadi terlihat bahwa ToT rudal C-705 ini sudah direncanakan Indonesia jauh hari sebelum memanasnya perselisihan Laut China Selatan. Hanya saja proses ToT ini baru mendekati kata sepakat bertepatan dengan memanasnya perselisihan laut cina selatan.
Rudal C-705 sebagai persiapan menghadapi potensial Perselisihan di masa yang akan datang.
Seperti sudah saya tuliskan sebelumnya bahwa ToT Rudal C-705 ini sudah direncanakan jauh hari sebelum memanasnya perselisihan LCS. Sehingga bisa dikatakan bahwa Indonesia sama sekali tidak bermaksud untuk membela China dalam perselisihan ini. Indonesia yang memiliki luat laut dan garis pantai yang sangat panjang, tentu memerlukan persenjataan mumpuni dalam menjaga kedaulatannya. Salah satu yang paling di butuhkan Indonesia adalah senjata anti kapal berupa rudal.
Kita mengetahui sendiri bahwa Indonesia saat ini memiliki beberapa potensial perselisihan dan dimasa yang akan datang bisa saja meletus kembali. Sebut saja Ambalat yang beberapa tahun lalu sangat panas dan hapir saja membawa Indonesia dan Malaysia kedalam perselisihan berkepanjangan. Selain itu kehadiran Marinir Amerika Serikat di Darwin, Australia berpotensi menjadi ancaman bagi Indonesia. Ditambah lagi akan hadirnya pangkalan militer AS/Australia di pulau Cocos yang cukup berdekatan dengan wilayah Indonesia. Selain itu, perselisihan perbatasan dengan Singapura yang masih terus melakukan reklamasi pantainya, juga berpotensi menjadi perselisihan Indonesia di masa yang akan datang.
Selain itu, perkembangan militer China yang sedemikian pesanya membuat mereka ingin menjadi penguasa di Asia Pasifik. Amerika dan Australia yang selama ini sudah menjadi “penguasa tunggal” di Asia Tenggara, mulai kalah pengaruh di bandingkan China. Kedua kubu sedang berebut pengaruh secara ekonomi dan militer untuk menjadi penguasa di Asia Tenggara. Indonesia yang berada di tengah-tengah kedua kekuatan ini, tentunya akan menghadapi permasalahan yang besar jika suatu saat perselisihan antara kedua kubu terjadi. Untuk itulah Indonesia harus mempersiapkan diri jauh sebelum perselisihan itu terjadi.
Peningkatan kekuatan militer Indonesia adalah hal yang sangat mutlak untuk dilakukan. Dan ToT Rudal C-705 sebagai bagian dari proses menuju kemandirian Alutsista adalah sebuah langkah maju untuk menjawab tantangan tersebut diatas. Jadi jelas sekali bahwa konsern Indonesia dalam menerima ToT Rudal C-705 ini bukan untuk mendukung China dalam klaim mereka di Laut China Selatan, tetapi lebih kepada mempersiapkan Indonesia dari kemungkinan perselisihan di masa yang akan datang.
Ambalat, salah satu focus utama Indonesia dalam modernisasi Militer Indonesia.
Tidak bisa di pungkiri bahwa Ambalat adalah perselisihan paling nyata yang di hadapi Indonesia saat ini. Perselisihan ini memanas dari tahun 2005 sampai pada tahun 2009 yang lalu. Saat itu militer Indonesia masih sangat lemah karena pengaruh embargo militer yang dilakukan Amerika dan Sekutunya. Kini ketika militer Indonesia mulai bangkit, perselisihan ini mulai mereda. Bisa karena Malaysia mulai menyadari bahwa kekuatan Indonesia sudah mulai meningkat atau bisa jadi karena mereka focus kepada perselisihan Laut China Selatan dimana mereka harus berhadapan langsung dengan China. Namun konflik Ambalat ini, masih berpotensi pecah dalam waktu yang dekat, sehingga Indonesia harus benar-benar mempersiapkan diri apabila ini terjadi.
Dulu di tahun 2005 ketika konflik Ambalat ini pecah, Indonesia tidak siap secara militer karena masih dalam embargo militer. Maka kini Indonesia tidak boleh lagi lengah, militer Indonesia harus dikuatkan. Salah satunya adalah dengan ToT Rudal C-705 ini untuk meningkatkan efek gentar militer Indonesia khususnya angkatan laut.
Indonesia berkepentingan Mematahkan “Grand Design” Amerika atas Indonesia.
Seperti yang sudah saya tuliskan dalam artikel tentang perselisihan Laut China Selatan sebelumnya, selama ini terkesan bahwa Amerika menerapkan sebuah “Grand Design” agar kekuatan militer Indonesia akan selalu berada dibawah kekuatan militer Singapura, Australia dan Malaysia. Ini bisa dilihat dari sikap pemerintah Amerika dan Parlemennya, serta negara sekutu mereka yang sering sekali mempermasalahkan setiap akuisis alutsista yang hendak di beli Indonesia.
Hal ini berakibat militer Indonesia beberapa decade belakangan ini menjadi lebih lemah dari Singapura, Australia dan Malaysia. Namun kondisinya sekarang sudah berubah, Amerika yang mulai kehilangan pamor di Asia Pasifik serta China yang semakin kuat pengaruhnya membuat Amerika tidak lagi bisa memaksakan “Grand Design” tersebut kepada Indonesia. Hal ini ditandai dengan sikap AS yang bersedia memberikan Hibah 24 F-16 Block 25 ke Indonesia, bahkan dalam update terakhir hibah ini kemungkinana akan lebih dari 24 pesawat (mungkin sekitar 3 Skuadron F-16). Namun Indonesia yang sudah menghapal betul tingkah AS, tentunya tidak akan mau tunduk sepenuhnya atas “permainan” AS. Itulah sebabnya Indonesia bermain dengan China melalui program ToT Rudal C-705 ini. Ini sebagai sinyal jelas bagi Amerika bahwa Indonesia bukan lagi “mainan” AS. Indonesia tidak lagi bisa didikte dengan sesuka hati oleh Amerika. ToT Rudal C-705 adalah bukti nyatanya.
Menerima tawaran ToT Rudal dari China adalah salah satu bentuk “perlawanan” Indonesia atas “Grand Design” Amerika terhadap militer Indonesia. Dengan demikian Amerika tidak lagi bisa sembarangan mendikte Indonesia secara militer, karena kalau Amerika melakukan hal yang sama lagi, Indonesia akan berpaling kepada China yang akan membuat pengaruh Amerika di Asia Tenggara menjadi semakin lemah, sebaliknya pengaruh China akan semakin kuat.
Salahkah Indonesia mengedepankan kepentingan Nasionalnya dalam ToT Rudal C-705 ini?
Pertanyaan penting untuk kita renungkan bersama adalah Apakah Indonesia salah mengedepankan kepentingan Nasionalnya dalam ToT Rudal C-705 ini? Pertanyaan ini bukan saja di tujukan kepada warga Indonesia, tetapi juga kepada semua warga negara ASEAN terutama warga negara Malaysia, Vietnam, Filipina dan Brunai yang terlibat langsung dalam perselisihan Laut China Selatan. Hal ini penting untuk kita renungkan dan dalami sebelum kita menjawab apakah Indonesia sudah salah menerima ToT Rudal C-705 bertepatan dengan perselisihan Laut China Selatan yang sedang memanas.
Mungkin bagi warga negara tetangga terutama yang terlibat langsung dalam perselisihan dengan China, sikap Indonesia yang menerima ToT Rudal C-705 ini terasa sikap yang kurang bijak dan kurang menghargai perasaan negara tetangga. Namun Indonesia bukan negara yang tidak mebghargai perasaan negara tetangganya. Indonesia tetap berusaha agar perselisihan ini bisa diselesai kan dengan cara damai dan secara diplomatis.
Berbicara mengenai menjaga perasaan tetangga, Indonesia sudah merasakan betul sakitnya hati sebuah bangsa yang disakiti oleh tetangganya. Ketika militer Indonesia sangat lemah karena embargo militer dari Amerika, para tetangga memanfaatkan kesempatan untuk “menyakiti” Indonesia. Sebut saja Malaysia yang melakukan aksi militer di Ambalat di tahun 2005. Lalu ada Singapura yang terang-terangan melanggar kedaulatan Indonesia di perairan Natuna dengan melakukan latihan perang angkatan laut mereka dengan angkatan laut beberapa negara di wilayah Indonesia tanpa izin Indonesia. Di tambah lagi Australia yang berada dibalik lepasnya timor-timur dari Indonesia. Indonesia sudah hapal betul sakitnya disakiti tetangga. Untuk itulah Indonesia melakukan modernisasi militernya, untuk memastikan tidak ada lagi tetangga yang berani menyakiti harga diri Bangsa Indonesia.
Jadi salahkan Indonesia menerima ToT Rudal C-705? Saya rasa tidak. Rudal C-705 sangat diperlukan Indonesia untuk menjaga kedaulatan Indonesia, namun disamping itu Indonesia tetap akan menghargai perasaan negara tetangga dengan tetap mengusahakan perselisihan Laut China Selatan diselesaikan dengan cara damai dan tanpa kekerasan.
Kesimpulan Akhir
Dari penjelasan saya diatas, saya sebagai admin AnalisisMiliter.com menarik kesimpulan bahwa ToT Rudal C-705 ini merupakan sebuah rencana Indonesia yang sudah lama sebelum perselisihan Laut China Selatan berkembang. ToT ini tidak dimaksudkan sebagai tanda bahwa Indonesia memihak China dalam perselisihan ini, Indonesia tetap berdiri pada posisi netral dan terus mengupayakan cara dan jalan damai dalam penyelesaian perselisihan ini. ToT Rudal C-705 ini adalah merupakan bagian dari ambisi besar Indonesia dalam mencapai kemandirian alutsista khususnya rudal yang selama ini belum di kuasai Indonesia. Selain itu, Rudal C-705 ini sangat diperlukan Indonesia dalam menghadapi potensial perselisihan yang sedang dan yang akan di hadapi Indonesia.
Demikian opini dari saya sebagai admin AnalisisMiliter.com, mudah-mudahan apa yang saya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Salam damai…
Label :
Baca juga artikel terkait lainnya :
1.
Modernisasi Angkatan Udara Singapura Dalam Perspektif Indonesia
2.
Sejarah Uji Coba Rudal oleh Militer Indonesia
3.
Akhirnya 3 Unit F-16 Block 52ID Terbang Menuju Indonesia
4.
Masalah Integrasi Alutsista Angkatan Udara Indonesia
5.
MEF : Modernisasi Militer Indonesia
6.
Singapura Tambah 16 Unit F-15 SG Secara Rahasia?
7.
Pitch Black 2014: Ketika F-15 SG, F-16, F/A-18, Gripen dan Mirage-2000 Bertarung
8.
Narsis di Pameran Alutsista TNI di Kampus USU – Medan
9.
Embargo Militer : Masa Suram Alutsista Militer Indonesia
10.
Project Jet Tempur KFX/IFX Indonesia – Korea Kembali Tertunda?
dedi |
21 Feb 2015 12:58:30
bila ingin bebenah jangan pernah melihat orang lain ,selama kita tidak mengganggu toritorialnya mereka saya kira syah syah saja
negara tetangga mengijinkan pangkalan militer AS kita diam saja dan mereka tidak pernah pernah memikirkan negara tetangga yang lain
biar saja laut mereka di caplok china nanti dia pasti ngemis ke indonesia minta bantuan atau numpang lewat perairankita ,tinggal kita ambil distribusinya aja
pangkalan amerika di singapur pasti tidak berpungsi karna lautnyadiambil china akhirnya dibongkar kan aman
menggeser tidak perlu pakai tangan kita nanti tangan kitanya kotor ,biar china saja yang urus
boleh percaya atau tidak nantinya singapur,malaysia ,gujarat,philipina,tailan ,vietnam ,timor timur Papuanugini myanmar dan sebagian australia pasti kembali dalam pangkuan NUSANTARA tercinta sesuai semboyan majapahit
kita tinggal liat dan tunggu sambil bebenah diri untuk antisipasi bila terjadi konflik
kumpulkan semua tecnologi baik dari barat -timur maupun non barat dan timur kemudian kita pelajari dan ambil tecnologi gabungan tersebut untuk alutsista internal dan tecnologi lainnya untuk pasaran
Indonesia negara yang subur ,ramah cerdik dan pintar ,kita warga negara tinggal mendukung ,berdoa dan bersatu serta berusaha aktif ikut memajukan negara dengan kemampuan yang kita bisa insya allah pasti sukses,bila mendengar atau melihat propokator bicara tugas kita jauhi nanti dia berhenti sendiri kecapean sekian trimakasih 20 FEB 2015 dedi rahmat