07 Jul 2012 11:20:48 | by Admin
| 22902 views | 0 comments
|
0/5 Stars dari 0 voter
Ketika saya menulis judul artikel ini, saya sendiri admin AnalisisMiliter.com merasakan judul artikel ini sedikit janggal dan mungkin sangat jarang terdengar. Tapi judul ini bukanlah hanya sebatas judul, karena tulisan saya kali ini memang sangat berkaitan dengan itu. Hanya saja memang banyak yang pambaca mungkin merasa aneh dengan judul ini. Namun disinilah letak ide utama dari tulisan saya kali ini. Melaui tulisan saya kali ini saya ingin sekali menyampaikan unek-unek saya yang selama ini saya pendam sendiri. Kali ini saya ingin membagikannya dengan anda dan berharap tulisan saya kali ini ada manfaatnya buat semua pembaca.
Tiada Hari Tanpa Polemik
Para pembaca yang mungkin terbiasa mengamati dan berdiskusi mengenai modernisasi militer Indonesia beberapa tahun terakhir ini mungkin tidak akan merasa heran lagi kalau setiap pembelian alutsista untuk TNI menghadapi berbagai hambatan dan tantangan. Hambatan dan tantangan ini banyak dari berbagai kalangan seperti pihak legeslatif, partai politik, LSM dan sebagainya. Bahkan bisa dikatakan bahwa sangat jarang sekali pembelian alutsista Indonesia yang tidak menghadapi polemic. Polemik inilah yang akhirnya memunculkan istilah keren dari forum Kaskus yaitu Mbulet.
Banyak dari kita pasti masih ingat bagaimana hebohnya polemic sewaktu Indonesia merencanakan akan menerima hibah 24 F-16 dari Amerika. Banyak pihak yang menentang dan banyak juga yang mendukung. Masing-masing pihak memberikan argumentasi mereka masing-masing. Untuk pembelian lain juga sering mengalami masalah yang sama. Banyak dari pihak yang kontra terhadap pembelian tersebut yang memberikan argumentasi yang cukup masuk diakal sehingga bisa menjadi pertimbangan positif dalam melanjutkan pembelian. Namun tidak sedikit argument mereka yang kontra maupun yang pro kelihatannya sangat konyol sekali. Hampir di semua rencana pembelian alutsista Indonesia akan menghadapi polemic seperti ini. Pada satu sisi, polemic ini bagus sebagai control public terhadap rencana-rencana pembelian alutsista, namun disisi lain polemic ini membuat proses pembelian menjadi terkatung-katung dan memerlukan waktu yang sangat lama.
Aktor di Belakang Polemik Modernisasi Alutsista
Polemik pembelian alutsista ini terkadang terlihat seperti sebuah sinetron yang memiliki actor pemeran utama, pemeran pembantu, actor antagonis dan juga pemeran pelangkap lainnya. Biasanya pihak Kemenham dan Pemerintah adalah actor utama dalam Sinetron Modernisasi Alutsista ini. Pemeren actor antagonis biasanya dilakukan oleh Anggota DPR terutama yang berseberangan partai dengan pemerintah, LSM-LSM, ‘pengamat dadakan’ dan juga pengamat sungguhan. Hampir disemua polemic alutsista kita bisa melihat sinetron dengan pola seperti ini.
Kita semua sebagai pecinta dunia militer mungkin tidak terlalu mempermasalahkan siapa actor utama, siapa actor antagonis, actor pemeran pembantu dan lainnya. Siapapun mereka kita tidak mengambil pusing akan itu semua. Namun yang menjadi pokok perhatian kita adalah Apa motivasi mereka menjadi actor utama, actor antagonis dan peran lainnya? Motivasi mereka dalam memilih peranan mereka dalam polemic inilah yang harus kita cermati untuk melihat apa kepentingan mereka dibalik semua polemic ini.
Mari kita ambil satu contoh polemic yang masih hangat terjadi saat ini, yaitu polemic rencana pembelian MBT Leopard II dari Jerman atau Belanda oleh Kemenhan untuk TNI AD. Rencana pembelian ini sudah dilakukan dari beberapa bulan yang lalu. Pembelian ini menghadapi polemic yang panjang baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Ketika ide pembelian MBT Leopard ini dikemukakan ke public, bermunculan berbagai pro kotra mengenai rencana ini. Salah satu argumentasi pihak kontra rencana ini adalah Indonesia tidak membutuhkan tank sekelas MBT Leopard saat ini karena dalam masa damai dan tidak sedang perang. Argument ini saya ingat pernah dilontarkan oleh beberapa LSM dan anggota legeslatif. Pada satu sisi argument ini masuk akal dan secara logika sederhana memang benar adanya. Indonesia sedang dalam keadaan damai dan tidak berperang. Memang kita tidak sedang berperang secara nyata, tetapi factor Gun Boat Diplomacy Indonesia saat ini masih kalah dengan negara tetangga, sehingga pembelian Tank Leopard ini menjadi satu hal yang masuk akal sebagai bagian dari Geopolitik Indonesia.
Masih banyak lagi argumentasi lain yang menentang pembelian Leopard ini seperti kondisi geografis Indonesia yang menurut mereka tidak cocok dengan Tank kelas berat sekelas MBT Leopard II. Ada lagi argument bahwa tank sebesar itu akan ‘amblas’ di wilayah Indonesia, sehingga masyarakat forum militer kaskus menyebut mereka dengan golongan “jemaah amblesyaih…”. Ada juga argument yang mengatakan bahwa tank leopard ini akan merusak jalan Indonesia dan infrastruktur Indonesia belum layak untuk di lewati oleh Leopard. Terkadang saya bertanya-tanya dalam hati, apakah Tank Leopard ini memang harus memerlukan infrastrutur yang baik supaya bisa beroperasi? Bukankah leopard ini dirancang untuk bertempur dalam peperangan? Ketika terjadi peperangan, bukankah biasanya semua infrastrutur seperti jalan, jembatan, dan lainnya akan hancur di buat musuh? Kalau leopard hanya bisa beroperasi di atas infrastruktur yang baik, tentunya tank Leopard tidak akan berguna sama sekali kalau terjadi perang. Saya memiliki keyakinan bahwa Leopard memang dirancang untuk menghadapi peperangan, sehingga mampu untuk beroperasi di banyak karakter area perang dan mampu beroperasi walaupun infrastruktur masih belum baik.
Salah satu komentar yang paling menggelitik saya dalam beberapa hari terakhir ini adalah Komentar dari LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) yang bergerak dalam bidang HAM yang mengatakan bahwa pembelian MBT Leopard adalah bukan urgen, dan terlalu terburu-buru. Dan menurut salah satu petingginya bahwa yang lebih urgent adalah membeli helikopter jenis tempur, memperkuat tank jenis medium yg bisa membuat manuver, ditopang dengan rudal- rudal jarak jauh untuk mengantisipasi serbuan negara lain. Bahkan dibeberapa sumber berita terkait, dikatakan LSM bidang HAM ini menaruh curiga dibalik pembelian tank Leopard ini. Mereka mengatakan bahwa Tank leopard ini tidak akan memberikan efek gentar apapun kepada tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Menurut mereka, efek gentar akan tercipta jika Indonesia membeli puluhan kapal selam dan pesawat terbang. Pendapat mereka ini saya rangkum dari berbagai media yang menyiarkan pemberitaan mengenai pendapat LSM bidang HAM ini. Saya kurang tau apakah ini pendapat mereka secara pribadi atau secara organisasi. Tapi dari beberapa media yang saya baca ada beberapa petinggi LSM tersebut yang membicarakan hal pembelian MBT Leopard ini
Saya pribadi tidak mempermasalahkan komentar LSM bidang HAM tersebut diatas. Mungkin ada benarnya juga pendapat mereka, walaupun dari semua komentar mereka itu hanya sedikit saja yang saya sependapat dengan mereka. Saya tidak terlalu tertarik membahas komentar mereka di media. Saya lebih tertarik membahas Apa motivasi mereka memberikan pernyataan seperti itu?
Kita tentunya sangat paham sekali bahwa bidang Hak Asasi Manusia (HAM) dan Militer adalah dunia yang sangat berbeda sekali. Memang kalau dikait-kaitkan, tentu pasti ada kaitan keduanya. Namun, bagi saya adalah satu hal yang sangat menggelitik sekali jika LSM yang bergerak di bidang HAM memberikan komentar seperti diatas. Apa urgensinya, sehingga LSM yang bergerak di bidang HAM memberikan komentar mengenai modernisasi militer yang bukan bagian mereka. Kalau seandainya mereka adalah LSM yang bergerak di bidang politik, Pertahanan dan keamanan, mungkin kita akan maklum jika mereka memberikan komentar di balik itu. Sampai sekarang saya belum mendapatkan penjelasan yang lengkap mengenai kenapa LSM tersebut memberikan komentar yang ‘sedikit menyimpang’ dari bidang HAM yang mereka geluti. Apa yang menjadi motivasi mereka mengomentari hal-hal yang sama sekali tidak berkaitan dengan mereka, kita tidak tau. Hanya mereka dan Tuhan saja yang tau apa motivasi mereka. Yang kita ketahui hanyalah mereka adalah LSM bidang HAM yang tidak ada sangkut pautnya dengan dunia militer.
Kalau motivasi mereka memberikan komentar itu adalah dalam rangka menunjukkan kepedulian terhadap perkembangan militer Indonesia dan sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap NKRI yang kuat, tentu kita semua akan mendukung pendapat mereka, walaupun kita mungkin banyak yang tidak setuju dengan pendapat mereka. Tetapi kalau komentar mereka tersebut memiliki motivasi selain itu, tentu kita tidak akan setuju dan tidak akan mendukung mereka. Kita hanya bisa berdoa mudah-mudahan motivasi mereka mengomentari hal yang bukan bidang mereka adalah motivasi yang sama dengan pemerintah untuk membangun militer yang kuat agar Indonesia disegani di seluruh kawasan. Kita hanya bisa berdoa, mudah-mudahan ketika mereka memberikan komentar itu mereka membawa kepentingan bendera yang sama dengan bendera merah putih yang terkibar didepan rumahnya Ibu Pertiwi.
Aktor lain yang tidak kalah seru dalam memberikan komentar adalah dari kalangan DPR yang sering berseberangan dengan Kemenhan dan pemerintah. Sering sekali mereka memberikan pandangan yang bersebarangan dengan pemerintah dalam modernisasi ini. Hal ini mengakibatkan lambannya proses pengadaan alutsista ini. Sebut saja proses Hibah 24 F-16, super Tucano, Kapal Selam dari Korea, Penambahan 6 Su-30 MK2, dan lainnya hampir semua menhadapi polemic karena pemerintah dan anggota DPR kurang sepaham. Hal ini kita bisa maklumi karena DPR memang berfungsi sebagai pengawas dan pengontrol kebijakan pemerintah. Namun polemic berkepanjangan terkadang membuat kita sendiri bertanya-tanya, kenapa setiap pengadaan alutsista ‘seakan-akan dipersulit’? Mudah-mudahan ini semua hanyalah dugaan kita saja. Mudah-mudahan baik pemerintah maupun DPR memiliki semangat yang sama yaitu semangat Merah Putih seperti warna bendera yang berkibar didepan rumah Ibu Pertiwi. Bukan semangat bendera seperti bendera yang berkibar didepan rumah Uwak Sam, Uwak Mao, Uwak Bear. Atapun bukan seperti bendera didepan rumah Tante Mala, Paman Sing maupun rumah lain, selain bendera di depan rumah Ibu Pertiwi.
Polemik Modernisasi Militer dan Kepentingan Asing di Baliknya?
Kita tau sendiri bahwa sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia yang kuat seperti jaman Soekarno dulu akan menjadi momok yang menakutkan bagi negara-negara tetangga dan di kawasan. Hal ini tentu membuat mereka sangat tidak menginginkan Indonesia memiliki kekuatan seperti kala itu. Hanya saja negara-negara tetangga tidak akan pernah secara terang-terangan mengutarakan niatnya ini. Karena kalau mereka secara terang-terangan mengatakan tidak menginginkan Indonesia menjadi negara yang kuat secara militer, itu akan menunjukkan belang mereka sendiri. Tentu mereka punya cara yang jauh lebih elegan untuk mencapai tujuan mereka agar Indonesia tidak kuat secara militer. Mudah-mudahan polemic yang selama ini berkembang dalam pengadaan alutsista Indonesia, bukanlah bagian dari strategi elegan negara-negara tetangga dan negara di kawasan.
Mudah-mudahan ini hanyalah dugaan kita saja. Mudah-mudahan kita salah menebak bahwa antara polemic pengadaan alutsista Indonesia ada kaitannya dengan kepentingan negara tetangga dan negara di kawasan. Kita hanya bisa berdoa mudah-mudahan segenap masayarakat Indonesia, tidak bersedia menjadi alat bagi kepentingan asing untuk menghambat modernisasi militer Indonesia. Harapan kita semua adalah setiap lapisan bangsa Indonesia sama-sama berjuang untuk kepentingan NKRI, bukan untuk kepentingan bangsa lain.
Polemik pengadaan alutsista untuk modernisasi militer Indonesia akan bisa kita maklumi dan kita syukuri kalau polemic itu sepenuhnya untuk kepentingan negara Indonesia untuk menjadikan Indonesia yang disegani di kawasan. Tetapi kita semuanya tentu akan sedih kalau negara tetangga dan di kawasan akan tersenyum lebar ketika polemic ini semakin lama dan semakin tidak berujung.
Sekian tulisan saya kali ini semoga bermanfaat bagi kita semua. Salam NKRI Harga Mati, salam damai dari Admin AnalisisMiliter.com
Label :
Baca juga artikel terkait lainnya :
1.
Turki Kudeta, Pesawat Tempur F-16 Tembak Jatuh Helikopter Militer
2.
Kandidat Pengganti F-5 TNI AU
3.
Militer Indonesia Segera Miliki Rudal Canggih AIM-120C7 AMRAAM
4.
September Ceria : Welcome KRI Klewang 625 dan 4 Super Tucano
5.
Apa Kabar 24 Unit F-16 Block 25 “Hibah” dari Amerika?
6.
Ini Dia Detail 24 Unit F-16 Block 25 Hibah dari Amerika
7.
Akhirnya 3 Unit F-16 Block 52ID Terbang Menuju Indonesia
8.
Pesawat AEW&C Untuk Angkatan Udara Indonesia
9.
Perbandingan Thrust to Weight Pesawat Tempur Su-35S Vs Gripen E
10.
Project Jet Tempur KFX/IFX Indonesia – Korea Kembali Tertunda?
Belum ada komentar untuk artikel ini