Sebuah Angkatan Udara yang modern akan memiliki sebuah system yang setiap komponennya terhubung dengan network centric Warfare sehingga setiap komponennya bisa saling membantu dan melengkapi. Salah satu komponen penting dalam network centric Warfare system adalah pesawat tempur peringatan dini atau yang biasa disebut pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C;).
Pesawat AEW&C; ini memiliki fungsi untuk mendeteksi pesawat terbang, kapal perang, dan kendaraan jarak jauh serta melakukan pengendalian dan komando dalam pertempuran udara dengan mengarahkan pesawat tempur kawan menuju sasaran.
Pesawat AEW&C; yang memiliki radar yang memiliki daya endus yang mumpuni ini mampu memberikan peringatan dini kepada pesawat tempur kawan jika terdeteksi adanya kehadiran pesawat tempur musuh. Informasi peringatan dini ini bisa diberikan pesawat AEW&C; kepada pesawat kawan saat musuh masih jauh diluar jangkauan radar pesawat tempur biasa. Dengan adanya informasi peringatan dini ini, pesawat tempur kawan bisa melakukan antisipasi dini sebelum berhadapan dengan pesawat tempur lawan.
Pesawat AEW&C; untuk Indonesia
Indonesia sendiri sampai saat ini belum memiliki pesawat peringatan dini (AEW&C;) ini. Bahkan pesawat tempur Indonesia yang berasal berbeda flatform teknologi pun menambah runyam untuk menuju network centric warfare system. Ada pesawat tempur yang menggunakan teknologi Rusia seperti Su-27/30 serta pesawat tempur dengan teknologi NATO yaitu F-16 Fighting Falcon.
Namun meski demikian pemerintah Indonesia sudah merencanakan untuk memiliki pesawat peringatan dini alias pesawat AEW&C; untuk meningkatkan kemampuan angkatan udara Indonesia. Beberapa waktu lalu kita mendengar pernyataan pejabat tinggi militer Indonesia yang menyebutkan bahwa pesawat AEW&C; adalah salah satu prioritas pengadaan alutsista TNI beberapa tahun kedepan.
{IKLAN}
Pengadaan alutsista berupa pesawat AEW&C; ini dimaksudkan juga untuk mengejar ketertinggalan dari negara tetangga. Sebut saja Singapura, Australia dan Thailand yang terlebih dahulu sudah memiliki pesawat peringatan dini untuk angkatan udara mereka. Sebagaimana kita ketahui, Singapura sudah lama menggunakan pesawat Northrop Grumman E2 Hawkeye dan sebentar lagi akan menggunakan Gulfstream G500 CAEW dari Israel. Australia juga sudah berpengalaman menggunakan pesawat AEW&C; E-7A Wedgetail yang berbasis pesawat Boeing-737. Sedangkan Thailand memakai pesawat SAAB-340 AEW&C; dari Swedia yang dibeli bersamaan dengan pesawat tempur Gripen C/D.
Pilihan untuk calon pesawat AEW&C; untuk melengkapi alutsista TNI AU cukup banyak dimana sebagian besar pesawat jenis ini diproduksi oleh negara besar seperti Amerika dan Eropa. Beberapa pesawat AEW&C; yang cukup popular adalah Boeing E3 Sentry AWACS (berbasis Boeing-707), E-7A Wedgetail (berbasis Boeing-737), Beriev A-50 dari Rusia, KJ 2000 dari China, Northrop Grumman E2 Hawkeye dari Amerika, SAAB 340 AEW&C; dari Swedia, Embraer 145 AEW&C; dari Brazil, dan Gulfstream G500 CAEW dari Israel.
Beberapa isu menyebutkan Indonesia menginginkan pesawat AEW&C; yang berbasis pesawat jet, meski ini belum bisa dipastikan kebenarannya. Dibeberapa pesawat AEW&C; yang penulis sebut diatas yang berbasis pesawat jet adalah E-3 Sentry, E-7A Wedgetail, Bariev A-50, Embrear 145, dan Gulfstream G-500 CAEW. Sedangkan pesawat AEW&C; yang berbasis pesawat baling-baling (propeller) adalah E2 Hawkeye, SAAB-340 AEW&C;, dan C-295 AEW&C.;
Pesawat C-295 versi AEW&C; untuk Indonesia
Pesawat C-295 versi AEW&C; disebut sebut memiliki peluang besar untuk menjadi pesawat AEW&C; yang akan memperkuat alutsista TNI dimasa datang. Hal ini disebabkan karena pesawat ini pada dasarnya adalah pengembangan dari pesawat transport C-295 yang merupakan saudara dekat CN-235 yang sudah bisa diproduksi Indonesia. Selain itu, Indonesia juga sudah membeli 9 unit C-295 dan akan dilengkapi sampai 16 unit C-295 nantinya. Maka tidaklah mengherankan jika pesawat C-295 versi AEW&C; disebut memiliki peluang untuk masuk kedalam alutsista TNI AU.
Pesawat C-295 AEW&C; kandidat pesawat AEW&C; TNI AU
Pesawat C-295 versi AEW&C; sendiri sampai saat ini belum ada yang operasional karena masih menjalani serangkaian test dan sertifikasi sebelum bisa dijual. Namun factor diatas sudah bisa memberikan gambaran besar kenapa pesawat ini memiliki peluang besar bergabung di Indonesia. Pesawat C-295 versi AEW&C; ini adalah pesawat pengembangan pesawat transport C-295, dimana pengembangannya melibatkan Airbus Military dan Elta Sytem dari Israel. Kemungkinan besar kedepannya, pesawat C-295 versi AEW&C; ini akan menggunakan radar buatan Elta System, Israel. Israel sendiri sudah dikenal memiliki teknologi yang sangat maju dalam hal teknologi radar untuk pesawat peringatan dini.
Teknology dari Israel beberapa kali digunakan negara lain didalam pesawat tempur dan pesawat peringatan dini mereka. Sebut saja India yang memakai sentuhan teknologi Israel dalam pesawat tempur Su-30 MKI mereka. Namun menjadi pertanyaan apakah teknologi radar buatan Israel ini mampu mengatasi masalah alutsista TNI yang berasal dari teknologi yang berbeda kiblat.
Masalah lain, meski kelihatannya sepele, adalah ‘alergi’ masyarakat Indonesia tentang hal-hal yang berbau Israel. Maka penggunaan radar Elta System buatan Israel dalam pesawat C-295 versi AEW&C; pada awalnya kemungkinan akan mendapat tentangan masyarakat Indonesia. Namun fakta bahwa pesawat C-295 adalah saudara dekat dari CN-235 yang sudah di produksi di Indonesia, dan fakta bahwa banyak bagian pesawat C-295 yang diproduksi di Indonesia akan membuat isu ‘sensitif’ ini tidak bermakna lagi. Ditambah lagi kenyataan bahwa Indonesia sudah beberapa kali memiliki hubungan militer (meski tak langsung) dengan Israel.
Radar Erieye sebagai radar AEW&C; Indonesia
Terkait pesawat peringatan dini alias pesawat AEW&C; ini, beberapa waktu lalu perusahaan militer dari Swedia, SAAB, memberikan tawaran cukup menarik. SAAB menawarkan paket pesawat AEW&C; berbasis pesawat SAAB-340 sebagai pesawat AEW&C; Indonesia. Tawaran ini diberikan bersamaan dengan tawaran pesawat tempur Gripen E/F sebagai pengganti pesawat tempur F-5 Indonesia yang sudah menua.
Sistem radar Erieye ini bisa disebut salah satu system radar pesawat peringatan dini yang cukup laris saat ini. Maka tawaran pesawat AEW&C; dari Sewdia ini cukup menggiurkan bagi Indonesia. Apalagi diiming-imingi transfer of technology yang diusung SAAB, meski apa saja item ToT ini belum ada kejelasan hingga saat ini.
Petinggi SAAB beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa SAAB bersedia memasang system radar Erieye di pesawat C-295 atau CN-235. Pernyataan ini mungkin disebabkan prediksi SAAB bahwa Indonesia akan lebih memilih flatform pesawat C-295 atau CN-235 dibandingkan dengan SAAB-340 buatan Swedia sebagai flatform pesawat AEW&C; Indonesia. Namun meski memberikan kesediaan untuk memasang radar Erieye di pesawat C-295/CN-235, mereka juga menyadari bahwa untuk memasang radar Erieye di pesawat C-295/CN-235 memerlukan biaya yang besar untuk modifikasi pesawat, testing serta sertifikasi. Beberapa sumber menyebutkan bahwa biaya modifikasi badan pesawat, testing dan sertifikasi sendiri akan menelan dana yang sangat besar berkisar USD 100 juta. Dan dana itu akan dibebankan kepada pembeli yang memintanya yang menyebabkan harganya akan jauh lebih mahal dibanding membeli pesawat AEW&C; yang sudah siap pakai. Oleh sebab itu penulis berpendapat bahwa pemasangan radar Erieye di pesawat C-295/CN-235 tidak akan menarik bagi Indonesia.
Akan lebih baik jika SAAB lebih berkonsentrasi menawarkan pesawat AEW&C; berbasis SAAB-340 Erieye atau SAAB-2000 Erieye, dibandingkan memaksakan pasangan radar Erieye di pesawat C-295/CN-235. Namun untuk pesawat AEW&C; propeller, SAAB-340 Erieye dan SAAB-2000 Erieye harus bersaing terlebih dahulu dengan pesawat C-295 versi AEW&C; yang akan memakai radar Elta System, Israel.
Untuk pesawat berbasis jet, radar Erieye juga bisa dipasang di pesawat Embraer 145 AEW&C; buatan Brazil yang sudah dipakai beberapa negara diantaranya Brazil, India, Mexico dan beberapa negara lain. Flatform pesawat ini sudah lama beroperasi sehingga tidak lagi memerlukan sertifikasi dan modifikasi pesawat. Maka jika Indonesia menginginkan pesawat AEW&C; berbasis pesawat jet, maka pesawat Embrear 145 AEW&C; dengan radar Erieye adalah pilihan yang cukup menggiurkan.
Pesawat AEW&C; dan Penggantian Pesawat Tempur F-5 TNI AU
Seperti yang sudah beberapa kali penulis kemukakan bahwa penggantian pesawat AEW&C; ini akan selalu terkait dengan pengganti pesawat tempur F-5. Siapa pemenang tender pesawat tempur pengganti F-5 sedikit banyak akan berpengaruh kepada pesawat AEW&C; apa yang akan dibeli oleh Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa saat ini prioritas penngadaan alutsista TNI adalah untuk penggantian pesawat tempur F-5 yang sudah menua dan sudah tertinggal secara teknologi. Pengadaan pesawat peringatan dini alias pesawat AEW&C; baru akan dilakukan setelah pengadaan pesawat tempur pengganti F-5 mendapatkan keputusannya.
Jadi mari kita tunggu saja perkembangannya sembari terus berharap pemerintah Indonesia akan mendatangkan alutsista TNI yang terbaik untuk kemajuan militer Indonesia. Sekian dari penulis, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan komentar silahkan disampaikan di form komentar dibawah ini