03 Sep 2014 17:04:01 | by Admin
| 93594 views | 1 comments
|
4.7/5 Stars dari 5 voter
Militer Indonesia sedang masuk dalam proses modernisasi yang dimulai satu dekade belakangan ini. Sedikit demi sedikit, militer Indonesia yang dulu sangat memprihatinkan mulai menampakkan perbaikan kearah yang lebih baik. Memang kekuatan militer Indonesia sendiri saat ini belumlah ideal, bahkan bisa di bilang masih sangat minimalis jika dibandingkan dengan luas wilayah kedaulatan Indonesia yang harus dijaga. Namun proses modernisasi militer Indonesia yang sudah di jalankan beberapa tahun belakangan sudah memberikan perbaikan yang cukup berarti.
Militer Indonesia ini sendiri akan memasuki babak baru sebentar lagi karena adanya perubahan pemerintah baru Indonesia pada Oktober nanti. Penulis katakana babak baru, karena ini adalah perubahan pemerintahan setelah Indonesia di pimpin oleh Pak SBY selama 10 tahun. Dengan perubahan pemerintahan ini, kita menjadi bertanya-tanya bagaimana dengan proses Modernisasi militer Indonesia yang selama ini sudah berjalan. Apakah Modernisasi ini tetap dijalankan atau tidak, ataukan di jalankan dengan kebijakan yang lebih baik dari sebelumnya?
Modernisasi Militer Indonesia : Ancaman ‘Perang Dingin’ China Vs Amerika
Seperti tulisan sebelumnya, penulis sudah menyebutkan bahwa saat ini Indonesia menghadapi tantangan dan ancaman besar di depan mata kita. Tak lain adalah agresifitas militer China yang melakukan klaim terhadap wilayah kepulauan Paracell dan Spratly di sekitar Laut China Selatan. Klaim ini adalah berdasarkan sejarah masa lalu Negara China. Memang benar belum ada konfirmasi resmi bahwa China juga melakukan klaim terhadap wilayah kedaulatan Indonesia. Namun melihat bagaimana China bisa mengklaim wilayah kepualan yang jaraknya ribuan kilometer dari daratannya, maka tidak ada jaminan China tidak akan menyentuh kedaulatan Indonesia sekarang, besok atau bertahun-tahun kedepan.
Konlik Laut China selatan menjadi tantangan Pemerintah Baru Indonesia.
Disisi lain, Amerika Serikat yang selama ini menjadi ‘penguasa tunggal’ di sekitar kawasan Asia fasifik baik secara ekonomi maupun militer, mulai gerah dengan agresifitas militer China dan klaim China dalam konflik Laut China Selatan. Amerika Serikat yang dahulu disbukkan terlibat berbagai konflik militer di kawasan Timur Tengah, kini mulai kehilangan hegemoninya di Asia Fasifik. Hal ini karena sudah ada China dengan kekuatan dan agresifitas militer yang sudah bisa menandingi pengaruh dan militer Amerika di kawasan. Melihat perkembangan ini, Amerika Serikat sudah mengisyaratkan bahwa kawasan Asia fasifik adalah fokus utama kebijakan militer Amerika Serikat kedepannya.
Langkah Amerika ini sudah dijalankan dengan penempatan ribuan Marinir AS di Australia. Pangkalan Militer AS di Australia ini menambah pangkalan militer AS di kawasan setelah sebelumnya ada di Jepang, Guam, dan lainnya. Bahkan ada wacana pembukaan kembali pangkalan militer AS di Filipina yang dulu sudah pernah di tutup. Penempatan Militer Amerika Serikat di Darwin Australia ini sempat membuat banyak pihak Indonesia gerah karena lokasinya yang sangat dekat dengan wilayah Indonesia. Terlepas apakah itu ditujukan untuk meanggapi agresifitas militer China di kawasan Asia Fasipik, faktanya lokasi pangkalan militer yang dekat dengan Indonesia ini tentunya menjadi perhatian serius bagi militer Indonesia.
{IKLAN}
Nah Indonesia sebagai negara dengan politik bebas aktif, selama ini berada di posisi netral yang tidak memihak China atau Amerika. Namun ‘perang dingin’ antara China dan Amerika Serikat saat ini, cepat atau lambat akan menyeret Indonesia kedalam perang pengaruh keduanya atas Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa letak Geografis Indonesia yang sangat strategis dan fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk yang sangat besar dan punya pengaruh kuat di ASEAN, tentunya akan membuat China dan Amerika Serikat akan saling berebut pengaruh di Indonesia.
Bukti nyatanya sudah kita lihat bagaimana Amerika Serikat yang dulu bisa disebut ‘cukup pelit’ kepada Indonesia dalam masalah militer, belakangan sudah memberikan izin bagi Indonesia untuk memperoleh persenjataan militer kelas wahid dari Amerika. Sebut saja pembelian 8 unit AH-64E Apache yang merupakan salah satu helicopter serang terbaik dunia saat ini. Bahkan tersiar kabar bahwa Hibah 24 unit F-16 ‘setara’ Block 52 juga akan dilengkapi dengan rudal canggih AIM-120C7 yang selama ini masih hanya diberikan ke sekutu dekatnya seperti Singapura.
Deretan 8 unit F-16 TNI AU. Satu diantaranya adalah F-16 setara Block 52 yang baru tiba di Indonesia. Credit to [email protected]
China sendiri tidak mau kalah dari Amerika dalam menebar pengaruhnya kedalam militer Indonesia. Sebut saja kerjasama alih teknologi rudal anti kapal C-705 yang direncakana di produksi di Indonesia. Sebagai mana kita ketahui bahwa Rudal anti kapal permukaan C-705 adalah buatan China dan Indonesia merencakanan akan menggunakannya pada Kapal Cepat Rudal (KCR) produksi local, baik KCR-40 maupun KCR-60. Memang proses alih teknologi ini masih ada kendala, namun jelas ini salah satu cara China untuk menarik perhatian Indonesia.
Maka disini bisa kita lihat bahwa ada dua kekuatan yang cepat atau lambat akan berhadapan, dan Indonesia berada tepat di tengah-tengahnya. Suka atau tidak suka, Indonesia pasti akan terkena dampak dari ‘perang kepentingan’ keduanya. Lalu apakah yang harus dilakukan oleh Indonesia untuk memastikan bahwa kepentingan dan kedaulatan Indonesia tidak akan terganggu oleh keduanya? Jalan terdepannya tentu saja adalah diplomasi damai, namun harus dibarengi dengan modernisasi militer Indonesia.
Modernisasi Militer Indonesia : Menempatkan ‘Perang Dingin’ AS vs China Sebagai Ancaman?
Melihat bahwa potensi konflik jangka panjang di sekitar kawasan Asia Fasifik antara Amerika Serikat dengan China sangatlah besar, maka mau tak mau Indonesia harus melihat itu sebagai ancaman. Ancaman yang tentu saja harus di jawab dalam bentuk program modernisasi militer Indonesia, sehingga Indonesia punya kekuatan yang cukup diperhitungkan untuk memastikan bahwa baik China dan Amerika serta sekutu-sekutunya tidak akan mengusik kepentingan dan kedaulatan nasionalnya.
Itu artinya bahwa proses modernisasi militer Indonesia harus memperhitungkan konflik ini dalam menyusun program modernisasi militer kedepannya. Itu artinya perkuatan militer, baik personel, alutsista, strategi dan perencanaan lainnya harus diperhitungkan agar mencukupi dalam menghadapi kemungkinanan terburuk dari konflik ini. Selama ini banyak pihak yang menyebutkan modernisasi militer Indonesia belum dirancang berdasarkan tingkat ancaman yang dihadapinya, tetapi bedasarkan berapa budget yang tersedia. Hal ini sudah banyak di bahas beberapa diskusi di dunia maya yang penulis ikuti, salah satunya adalah Kaskus Militer. Entah benar atau salah penulis tidak bisa memastikan, namun belum pernah penulis dengan dengan jelas bahwa pemerintah kita sudah menempatkan ancaman konflik di kawasan antara dua negara besar ini sebagai acuan dalam modernisasi militer Indonesia.
Oleh karena itu, ada baiknya modernisasi militer Indonesia yang akan dilanjutkan pemerintahan baru kedepan sudah menempatkan agresifitas klaim China di laut China Selatan dan perebutan pengaruh Amerika Serikat dan China sebagai ancaman. Sehingga anggaran militer pun harus di sesuaikan untuk menciptakan kekuatan militer Indonesia yang mampu menanangkal ancaman ini. Maksudnya tentu saja bukan berperang dengan China dan Amerika, tetapi untuk memastikan baik China maupun Amerika tidak akan mengganggu kedaulatan dan kepentingan Indonesia.
Namun yang menjadi pertanyaannya adalah apakah pemerintah baru nanti atau pemerintahan-pemerintahan selanjutnya, berani untuk memodernisasi militer Indonesia dengan cukup significant dan menempatkan konflik di Asia fasifik sebagai acuan utamanya? Ini tentunya belum bisa kita jawab, dan belum bisa kita pastikan. Hal ini karena tentu saja perlu kemauan politik yang kuat dan rintangan yang besar serta memerlukan dana yang sangat besar. Dan tentu saja memerlukan waktu yang tidak sebentar.
Yang pasti kita berharap bahwa segala konflik yang ada di bumi ini bisa diselesaikan secara damai, namun tentu saja kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Harapan kita sebagai bagian bangsa Indonesia adalah kedaulatan dan kepentingan nasional Indonesia akan tetap terjaga dari gangguan negara manapun. Sekain dari penulis, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Salam dari penulis, AnalisisMiliter.com
Label :
Baca juga artikel terkait lainnya :
1.
ASTROS II dan CAESAR : Bintang Pameran Alutsista TNI 2012
2.
Exclusive Foto dan Video : Yakhont Tenggelamkan Ex KRI Teluk Berau
3.
Tak Mau Kalah, Swedia Ajukan Tawaran Paket Alutsista ke Indonesia
4.
Setelah Pengganti Pesawat Tempur F-5 TNI AU, Apa Selanjutnya?
5.
Tragedi Pesawat KC-130B Hercules Indonesia di Medan
6.
Next Indonesian Jet Fighter : SAAB Gripen C Vs F-16 C Block 52
7.
Hubungan Antara HAM, Embargo dan F-16 di Indonesia
8.
Peringatan Bagi Pengunjung dari Admin AnalisisMiliter.com
9.
Joint Development KFX Korea – Indonesia di Ujung Galau?
10.
Perang BVR Sukhoi Indonesia dan Jet Fighter Tetangga : Sebuah Opini Awam
Alex |
21 Mar 2015 02:38:05
Ngak mungkin amerika perang ama china,,, china pegang surat hutang negara USA 3 t usd, exxon akan kelola blok D alfa natuna nilai nya 0.5 t usd, dan china sedang bangun refinary di lcs sana untuk nampungnya.. indonesia ke bagian 200 milyar usd, amerika kebagian 100usd dan china kebagian 50 milyar usd,,, sedangkan russia kebagian 15 milyar usd dari alusista untuk jagain,,, memang moi mudal dengkul indonesia,,,, negara asean ntar kena kepret kepret aja....