Admin |
21 Apr 2016 13:21:36
@Melektech,
terima kasih atas komentanya dan izinkan kembali saya tanggapi.
terkait komentar mas dibawah ini :
====================
Saya lupa gaya apa itu, sebut saja gaya singgung, (1)Ada faktor gaya saling "singgung" antar kedua mesinnya. Apalagi posisi mesin Su-27/30/35 saling berjauhan
alasan disainer Sukhoi adalah mencegah menjalarnya kebakaran, apabila salah satu mesin terbakar. (2)Hal itu makin menambah besar gaya saling singgung antar mesin sampai 10% - 20%
Berbeda dengan EF2000 Typhoon dan Rafale, serta F-15 Eagle dan F/A-18 Hornet
yang kedua mesinnya saling merapat, sehingga akan kehilangan hanya sekitar 5 - 10%
====================
saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan kepada mas agar saya dan pembaca semua benar-benar memahami benar tidaknya pernyataan diatas :
1. untuk kalimat yang saya bolt pertama (1), dasar dari pernyataan ini apa dan mohon dijelaskan atau di share literatur yang menunjukkan bahwa ini benar adanya. tanpa adanya literatur atau sumber yang kredible yang membahas itu, bagaimana bisa kita sebut ini adalah hal yang benar dan menjadi dasar kita ambil satu kesimpulan?
2. Kita andaikan point pertama diatas benar adanya (yang mana mas belum menunjukkan referensi/literatur yang membuktikan kebenarannya), pertanyaan saya selanjutnya, dari mana mas mendapat kesimpulan bahwa design dual engine Su-35S akan membuatnya kehilangan daya dorong 10-20% total thrust kedua mesinnya? Angka 10-20% itu datanya mas ambil dari sumber/literatur mana, atau kah itu hanya perkiraan mas saja?
3. terkait point 2 diatas, jika mas mempunyai literatur/sumber valid yang menunjukkan bahwa design Su-35S akan membuatnya kehilangan 10-20% total thrust, mohon di share literaturnya agar kita bisa pelajari bersama, agar saya dan pembaca yang lain juga bisa meneliti benar atau tidaknya hal itu. Hal ini penting supaya setiap pernyataan kita, setidaknya bisa diteliti apakah benar atau hanya "sekedar cuap-cuap belaka". saya yakin mas punya literaturnya, dan saya ga sabar ingin mempelajarinya.
namun jika itu nilai 10-20% itu hanya asumsi mas saja, bagaimana bisa sebuah asumsi tanpa dasar bisa membawa mas pada kesimpulan "Kesimpulan : Nilai T/W Pesawat Tempur Gripen-E Relative Lebih Baik dari Su-35S"
saya sangat menantikan jawaban mas atas pertanyaan saya.
salam
Jangkrik |
21 Apr 2016 15:59:59
superrrrrrr mbah melektek, sy org audiao & mesin, betul mbah bila 2 power audio 500 watts kalau digabungkan hasilnya bukan 1000 watts tapi sekitar 800 watts,
juga gerobak sampah yg ditarik 2 sepeda motor lebih boros tenaga dibandingkan ditarik dengan 1 sepeda motor tapi pakai CC yang lebih besar,
ini sebenarnya pelajaran sd dan smp tentang hukum newton gaya total, tapi behubung fisika saya jeblok, sy lupa gimana hukumnya F1+F2 dibanding N dan W
@GI (gripen indonesia) bisa menambahkan biar rameeee sekaleee
Admin |
21 Apr 2016 17:17:34
@Jangkrik,
mungkin mas mau membantu @Melektech untuk menjawab pertanyaan sederhana saya diatas? silahkan mas diterangkan supaya saya dan pembaca lain sama sama paham dan mengerti. kan sayang kan klo hanya mas berdua saja yang mengerti..
ditunggu ya mas penjelasannya..
salam
Rezza |
21 Apr 2016 17:48:06
dari riwa-riwi di google saya dpt ini :
http://www.stratosaircraft.com/why_single_engine.html
sebuah perusahaan pembuat pesawat terbang
Why Single Engine?
An obvious question is "why single engine versus twin engine?" The primary reasons are increased safety (see below), lower costs (acquisition and operating) and simplicity for the operator. As a result of the proven reliability of modern turbine engines, single engine aircraft are widely accepted today.
Safety
General aviation accident statistics are consistent in showing flying to be safer in single engine than in twin engine aircraft. Further, the statistics show that occupants are more likely to survive an engine failure (which situation is twice as likely in a twin) if it is the only engine. Convinced by these safety statistics, the FAA, has allowed single engine commercial IFR flights since 1995. The evidence accumulated since then shows that single engine turbines are the safest of all general aviation aircraft types.
Cost Savings
The cost savings of designing around one rather than two engines are long established. In fighter aircraft it is acknowledged that a single engine aircraft like the F16 or Gripen provides almost the functionality of a twin engine aircraft such as the F15 or Eurofighter Typhoon at around half the cost.
The compelling economics of single engine aircraft is illuminated by comparison with a "Twin engine Stratos". If such an aircraft were designed to match the Stratos 714´s capabilities, it would have a 5% greater gross weight, and require two engines of combined static thrust 5% greater than the single engine of the Stratos 714.
These engines would likely have a 14% greater combined weight and have specific fuel consumption (lbs of thrust per lb/hour of fuel) 4% worse than the Stratos 714´s single engine. On typical missions, the twin engine aircraft would burn around 10% more fuel than the Stratos 714.
A twin engine version of the Stratos would be significantly more costly than for the equivalent single engine version. This is from the added cost of two smaller engines and the associated systems. Furthermore, maintenance costs on two smaller engines versus one larger engine would be significantly greater.
semoga bermanfaat.........
Admin |
21 Apr 2016 18:16:41
@Rezza,
terima kasih atas masukkannya mas.. mungkin artikel mas ini bisa membantu mas @Melektech menjawab pertanyan sederhana saya diatas. tetapi sembari menunggu mas @Melektech menjawab pertanyaan saya dengan bantuan artikel ini, izinkan saya tanggapi dulu ya.
dari artikel panjang yang mas @Rezza posting, tidak ada satupun yang menyinggung masalah Ada faktor gaya saling "singgung" antar kedua mesinnya maupun masalah besar gaya saling singgung antar mesin Su-35S sampai 10% - 20% yang menjadi dasar om @Melektech sampai kepada kesimpulan "Nilai T/W Pesawat Tempur Gripen-E Relative Lebih Baik dari Su-35S" seperti komentar beliau diatas.
yang saya tangkap dari artikel mas @Rezza diatas justru menyoroti masalah faktor keselamatan dan biaya operasional, yang sama sekali tidak berkaitan dengan perdebatan saya dengan mas @Melektech diatas.
mari kita amati tulisan diartikel tersebut seperti dibawah :
==================
The compelling economics of single engine aircraft is illuminated by comparison with a "Twin engine Stratos". If such an aircraft were designed to match the Stratos 714´s capabilities, it would have a 5% greater gross weight, and require two engines of combined static thrust 5% greater than the single engine of the Stratos 714.
These engines would likely have a 14% greater combined weight and have specific fuel consumption (lbs of thrust per lb/hour of fuel) 4% worse than the Stratos 714´s single engine. On typical missions, the twin engine aircraft would burn around 10% more fuel than the Stratos 714.
==================
itu menjelaskan pesawat sipil dengan nama "Stratos 714" yang merupakan pesawat single engine. dijelaskan jika ingin membuat varian "Stratos 714" dengan dual engine, maka bobotnya harus lebih berat 5% dan masing-masing kedua mesinnya harus punya thrust 5% lebih besar dibanding "Stratos 714" single engine. Juga dijelaskan bahwa masing-masing mesin (dalan versi dual engine ini) akan lebih berat 14% dan lebih boros bahan bakar sampai 10% dibandingkan versi single engine.
yang saya tangkap dalam artikel ini adalah seperti yang saya tulis diatas, jika mas @Rezza menangkap pengertian yang berbeda, mohon dikoreksi. dalam pemahaman saya, artikel diatas sama sekali tidak ada sedikitpun menyinggung dua point diatas yang menjadi tolak ukur mas @Melektech sehingga bisa mengeluarkan pernyataan T/W Gripen E lebih baik.
tapi mungkin mas @Melektech akan memposting literatur dan sumber kredibel untuk mendukung dua point pernyataannya diatas. kita tunggu saja.
just IMHO n CMIIW
salam
Melektech |
22 Apr 2016 09:13:26
------------------------------------------------------------------------------------------------
hanya asumsi mas saja, bagaimana bisa sebuah asumsi tanpa dasar (MENURUT SIAPA DULU ???)
------------------------------------------------------------------------------------------------
Itu juga "senjata" anda untuk meng-kritik bung @GI (Gripen Indonesia)
Padahal menurut saya bung @GI sudah memberikan literatur yang SANGAT BANYAK di waktu lalu dan Kredible
Percaya atau tidak tergantung dari pribadi masing-masing, OK
===================================================================
Reasons why single engined fighters tend to have better combat effectiveness are several.
Single engined fighters tend to be smaller, lighter, and better optimized aerodynamically,
which automatically improves survivability in a dogfight.
-------------------------------------------------------------------------------
Having one engine means that mass is distributed closer to the centerline axis,
which reduces roll inertia and improves roll onset rate.
-------------------------------------------------------------------------------
F-16 also has comparable roll rate to the F-22 despite latter’s thrust vectoring allowing it to use all control surfaces to roll.
Wing loading is also typically lower for single-engined fighters
===================================================================
Posisi 2-mesin yang tidak di garis tengah (centerline axis), maka selain gaya dorong, ada gaya penghambat (cenderung) ke kiri dan ke kanan, inilah yang saya umpamakan gaya "singgung"
Apabila Mesin Su-27 sebelah kanan mati, maka pesawat akan cenderung berbelok ke kanan
sebaliknya apabila mesin sebelah kiri mati, maka pesawat akan cenderung berbelok ke kiri
Komputer/kontroler akan berusaha melakukan kompensasi dengan memanfaatkan kendali sayap untuk mengembalikan posisi pesawat
Pada jaman dulu, masih menggunakan kompensasi kemudi secara manual
itulah alasan F-18 / F-15 / Typhoon / Rafale merapatkan kedua mesin ke centerline axis, agar mendapatkan gaya dorong lebih besar
Sedang Su-27/30/35 berbeda, lebih berjauhan dari garis tengah pesawat, dan pastinya memperbesar kecenderungan tersebut, PAK-FA apalagi, itulah kenapa sampai sekarang mesin untuk PAK-FA belum kelar-kelar, karena butuh tenaga yang lebih besar lagi
Masalah nilai 5-10-20% itu hasil kajian sebuah analisa di forum KASKUS tahun 2002-2004, ketika Indonesia pertama kali menerima Sukhoi, Ulasanya bagus sekali tentang sukhoi, sampai detail, jadi mohon maaf, link nya sudah entah kemana
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Intinya adalah : "Pesawat tempur dengan 2 mesin, tidak serta merta gaya dorongnya jadi 2x nya (baca : dua kalinya)" terlalu banyak faktor yang meyebabkannya
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SAYA KIRA SUDAH JELAS PENJELASAN SAYA, KALAU BELUM JUGA MENGERTI, SILAHKAN CARI REFERENSINYA SENDIRI MENURUT "KEPERCAYAAN MASING-MASING"
SALAM.........................
Melektech |
22 Apr 2016 09:27:34
Bung @Jangkrik
Memang fakta dilapangan seperti itu, saya ingat dulu ada pelajaran fisika sederhana sebuah kotak didorong 2-orang.
tapi ya sama, aku juga lupa he...he...he
Bung @Reza
trim atas Infonya, akan menambah literatur saya,
Jadi sudah sangat jelas, dan TERJAWAB SUDAH, masalah Safety dan Cost antara Twin-Engine dan Single-Engine
Sedikit banyak berhubungan dengan Thrust, bahwa Twin-Engine lebih boros lebih dari 1+1
Admin |
22 Apr 2016 19:00:19
@melektech,
santai saja mas, tidak perlu sampai naik pitam gitu kok. kita kan sama sama belajar dan sama sama mencoba menggali kebenaran dari setiap pernyataan yang ada.. jadi ga perlu sampai mencak-mencak pake Capslok segala lah... heheheh
terkait komentar mas dibawah, izzinkan saya tanggapi :
=====================
Itu juga "senjata" anda untuk meng-kritik bung @GI (Gripen Indonesia)
Padahal menurut saya bung @GI sudah memberikan literatur yang SANGAT BANYAK di waktu lalu dan Kredible
Percaya atau tidak tergantung dari pribadi masing-masing, OK
=====================
hmmm santai saja mas, saya sama sekali tidak ada menyebut nama (meski tau lah siapa itu), dan yang saya kritisi adalah peryataan "T/W Gripen E jauh lebih baik dari Su-35S" karena itu ditanyakan komentator dalam blog ini di artikel sebelumnya, inti dari artikel dan komentar saya adalah mengenai satu point itu saja, tidak lebih dan tidak kurang. itu yang mas @melektech harus pahami dengan kepala dingin dan jiwa yang tenang. apakah mas @Melektech bisa paham dengan apa yang saya tulis ini? saya kira pasti pahamlah ya.. karena kalau tidak paham juga, saya bingung harus bagaimana lagi menjelaskannya padamu... hehehe
terkait komentar mas dibawah ini, izinkan saya menanggapi :
========================
Having one engine means that mass is distributed closer to the centerline axis,
which reduces roll inertia and improves roll onset rate.
========================
artikel yang mas kopi ini berasal dari Blog ini :
https://defenseissues.wordpress.com/2014/08/09/single-vs-twin-engined-fighters/
saya coba pelajari secara detail artikel tersebut, saya tidak menemukan sama sekali dua item yang menjadi dasar mas menyimpulkan "T/W Gripen E lebih baik dari Su-35S" yaitu "sesuatu yang mas sebut gaya singgung" dan juga "gaya singgung Su-35U adalah 10-20%"
yang dijelaskan dari sepenggal kalimat diatas adalah pesawat tempur single engine massanya "ngumpul digaris tengah", sehingga mengurangi roll inertia dan meningkatkan roll onset rate. Apasih itu roll inertia? apa sih itu roll onset rate? karena saya juga nilai fisika-nya jeblok bgt, saya kurang paham juga, tapi dari yang saya baca baca artikel mengenai itu, tidak ada yang menyinggung maslaah "gaya singgung" yang mas sebut diatas. tapi karena kita sama sama oon dan ga ngerti dalam hal ini, kita anggap saja itu adalah "gaya singgung" yang mas @Melekctech maskud diatas, supaya kita ga sama sama puyeng... hehehehhe
pertanyaan saya selnjutnya, dalam perhitungan T/W Su-35S diatas mas @Melektech memasukkan "gaya singgung (entah apa lah ini ya...)" mesin Su-35S adalah 10%, sehingga mas sampai pada kesimpulan "T/W Gripen E lebih baik dari Su-35S". Namun ketika saya tanya sumbernya dari mana, mas hanya menjelaskan seperti dibawah :
=================
Masalah nilai 5-10-20% itu hasil kajian sebuah analisa di forum KASKUS tahun 2002-2004, ketika Indonesia pertama kali menerima Sukhoi, Ulasanya bagus sekali tentang sukhoi, sampai detail, jadi mohon maaf, link nya sudah entah kemana
=================
cammon man..... bagaimana bisa mas yakin (kita anggap lah "gaya singgung" itu benar adanya) gaya singgung mesin Su-35S adalah 10% dan dengan Pede-nya langsung dimasukkan ke rumus dan treengggg treengggg, dapat kesimpulan bahwa "T/W Gripen E lebih baik loh dari Su-35S"... jangan jangan nilainya adalah 50% (bukan hanya 10%), atau malah hanya 1%??? yang saya soroti sih bukan hasil akhirnya, tapi mengapa mas sampai PD masukkan nilai 10% "hanya demi tujuan Gripen E harus punya T/W lebih baik dari Su-35S bagaimana pun cara perhitungannya"..
mengenai hasil akhirnya jika memang dengan perhitungan yang benar dan valid serta bisa dipertanggung jawabkan, Gripen E punya T/W lebih baik dari Su-35S, saya secara jantan akan mengakui kesalahan saya dan akan menulis artikel revisinya. tapi yang saya lihat kenapa mas begitu PD memasukkan data yang mas sendiri tidak punya sumber valid, dan langsung sampai kepada kesimpulan "Gripen E punya T/W yang lebih baik dari Su-35S"... ini lah yang saya sebut dalam artikel sebagai faktor "sudah terlajur cinta kepada satu produk"...
terkait komentar mas dibawah :
=======================
SAYA KIRA SUDAH JELAS PENJELASAN SAYA, KALAU BELUM JUGA MENGERTI, SILAHKAN CARI REFERENSINYA SENDIRI MENURUT "KEPERCAYAAN MASING-MASING"
SALAM.........................
=======================
cammon man.... tidak perlu sampai naik pitam dan emosi seperti itu, kita hanya berdebat yang ga penting kok.. kenapa mesti harus emosi.. cukup ambil napas agak panjang aja dulu, tenangkan diri, klo perlu coba minum air dulu, biar lebih tenang dan bisa berdiskusi dengan kepala yang lebih dingin dan pikiran yang lebih jernih lgi...
maaf jika kata kata saya menyinggung, saya hanya berusaha mengajak kita berpikir terbuka tanpa terjebak faktor kecintaan kita kepada satu produk..
just IMHO n CMIIW
salam
Admin |
22 Apr 2016 19:29:15
@Rezza, @jangkrik
walaupun saya tau adanya "adegan monolog (percakapan tunggal dengan identitas berbeda)", kita anggap saja mas bertiga adalah orang yang berbeda dengan pemikiran yang berbeda.. its fine dan tidak masalah kok.. toh dalam diskusi ini ga perlu tau siapa lawan debat kita kok, yang penting hanya komentarnya sja..
mau identitas ganda, tripel, bahkan lebih juga ga masalah kok di blog ini.. hehe salam.. anggap saja saya cuma bercanda dan ga perlu ditanggapi serius.. heheh
salam
Jangkrik |
22 Apr 2016 23:36:58
aku terkejut melihat komen anda @admin, kalau anda marah janagan ke saya bang, kalau mahu mbalas dendam jangan ke saya bang
anda sedri yang bilang diatas semua harus othentic disertai bukti, tenyata kamu sendiri yang munafik, goodbye kalau begini jadinya. silahkan lah kalau mau di banned masih banyak foruum yg menarik, kamu terlalu jadi sok raja disini
Admin |
23 Apr 2016 13:38:34
@jangkrik,
duh maaf mas, jika saya salah dalam mengambil ksimpuln.. mungkin mata saya yg kurang stereo dan agak oon dalam menganalisa shngga salah menyimpulkan mas bertiga orang yg sama... untuk itu maafkan saya..
Munkin alamat IP yg sama yg mas bertiga pakai, hanya kebetulan belaka... peace mas...
salam
Arief |
23 Apr 2016 18:30:43
Ijin komentar ya Min. Saya pengamat kelas teri nasi, senang baca artikel2 di sini maupun di lain lapak. Di sini bagus dan saya apresiasi hasil2 tulisan admin. Mari perbanyak blog2 atau forum militer dan jg kualitasnya.
Saya suka dgn artikel di atas krn saya jg mengamati bagaimana peperangan wacana antara sukhoi fans dgn gripen fans. Pastinya ada kekuatan terselubung yg mmg sistematis utk arahkan opini publik utk dukung salah satu. Peperangan opini di publik itu wajar, hanya saja kalau sampai komentar/pernyataannya tdk valid apalagi keliru, tentu ini mesti diluruskan. Jauhi fitnah lah ya. Hehehe..
Saya tdk komentari substansinya min, krn pengetahuan saya pun minim. Cuma saya bs menilai saja isi komentar dan validitas data yg mendukung analisis.
Oh ya, sumber kalau cm blog saya pikir blm bs dikatakan valid ya. Apalagi cm forum kaskus. Cuma kalau blog atau penulis tsb terkonfirmasi seorang ahli atau praktisi penerbangan, itu bs jd pertimbangan.
Maaf menyela diskusi, cm saya jg menunggu paparan Melektech mengenai gaya singgung dan hitung2annya. Tentu harus pakai kutipan/sumber yg jelas.
Sastro Gejret |
23 Apr 2016 21:16:24
Ijin Nimbrung,
Seingat saya...., 2 gaya dengan vektor yang sama resultannya adalah saling menguatkan, sebaliknya gaya dengan arah vektor berlawanan resultannya saling meniadakan, dalam konteks arah vektor gaya memiliki arah sudut simpang sebenarnya arah vektor gaya dapat diproyeksi menurut sudut misal sudut @ maka proyeksi arah vektor gaya dikalikan sinus sudut @, dan ini menyebabkan belum tentu gaya dorong 2 mesin jet belum tentu 2 kalinya, namun sebaliknya akan mustahil perancang pesawat tidak mengindahkan faktor ini, pasti perancang pesawat sdh menghitung daya dorong paling efektif dan tentu faktor lain....tp faktor ini biasanya di nisbikan sehingga daya dorong besawat 2 mesin jet eqivalen dg jumlah daya dorong masing2 mesin asumsinya arah vektor gaya sembur jet sama dab sejajar.Just IMHO
jangkrik |
24 Apr 2016 17:44:33
hahaha...bung@admin
tentunya saya tidak sebodoh yang kamu kira bung@admin, sangatlah mudah mengakali IP address, yang paling mudah cukup mereset PC dan matikan modem, IP akan berubah, bahkan dengan software pun sekarang banyak, saya banyak nick name disini maupun di forum lain. jadi jgn jadikan alasan itu untuk menjatuhkan orang teruuus kok merembet ke saya ? namun yaaa disini anda rajanya mau bagaimana lagi ?
IRS |
27 Apr 2016 12:56:02
Ada kesalahan fundemental yang tidak dijelaskan disini. Thrust mesin jet dihitung dari perpindahan massa. Makanya dulu banyak menggunakan kgf atau lbf. Sudah jelas, penambahan mesin berbanding lurus dengan penambahan thrust. 1 ton beras ditambah 1 ton beras pasti jadi 2 ton beras (kecuali dikorupsi).
Sedangkan untuk internal combustion engine, biasanya diukur pada sumber beban. Loss yang terjadi biasanya akibat dari getaran dan mechanical loss lain. Hasilnya biasanya berupa panas. Ini adalah kenapa penambahan silinder tidak berbanding lurus dengan daya output. IMHO, getaran ini juga merupakan salah satu alasan ada jarak antar mesin. Tetapi sebaiknya tanya ke yang lebih ahli.
Untuk speaker, power yang dimaksud adalah amplifier rating, sedangkan hasilnya berupa sound pressure level dalam satuan decibell. Untuk gelombang suara, hasilnya bisa bervariasi, bahkan kalau menggunakan fasa yang pas, hasilnya bisa nol. Ini adalah prinsip dari active noise cancelling. Kalau sudah masuk suara, penjelasan detil lebih baik cari buku sound engineering.
Nah sedikit komentar tentang F-35. Dari yang saya baca, pemilihan single engine lebih karena kebutuhan STOVL USMC dan RN. Jika USN tidak terpaksa ikut, pengganti Hornet pasti bakal menggunakan konfigurasi twin engine. Bisa dilihat waktu kontes LFA dimenangkan oleh F-16. USN langsung keluar dan mengembangkan YF-17 menjadi F-18. Alasannya lebih ke survivability. Kenapa kesannya seperti bertolak belakang dengan statement Stratos? Yaitu karena pesawat tempur twin engine didesign supaya masih bisa terbang dengan satu engine. Paling tidak cukup buat mencapai tempat aman buat eject atau mendarat. Contoh nyata adalah A-10, lokasi engine dipilih supaya kalau ditembak oleh SAM IR tidak akan langsung mejatuhkan pesawat dengan one hit.
Coepliz |
28 Apr 2016 23:05:10
Izin Ngintip mau belajar Gan @Admin ? hehe :)
Tadi ada yg nyebut2 "gaya singgung" deh,
tetapi istilah sebenarnya adlh: "Resultant Gaya" atau "Vector Resultant".
FR=SQRT( F1^2 x F2^2 + 2 x F1 x F2 x COS Theta )
Dan spt yg bung @IRS bilang :"Yaitu karena pesawat tempur twin engine didesign supaya masih bisa terbang dengan satu engine" (Imo, Apabila salah satu engine Fail , maka pesawat akan tetap balance tanpa stall) , Logikanya kalau sampai sudut antar mesin bernilai lebih dari 0, maka pesawat akan Stall nggak karuan.
Nah ini sgt Jelas membuktikan bahwa sudut theta tersebut bernilai mendekati 0 derajat, atau bahkan besudut 0 derajat terhadap diagonal.
lebih lanjut, Cos 0 = 1.
jadi resultan Thrust gaya nya Equivalent dgn: FR=F1+F2.
>Ditunggu nih yg katanya pnya data 10-15%?
>Keep Objective ya admin ! , ntar saya nggak ngintip2 lagi Lho ..xixi
Salam Bro2 semua !.
Coepliz |
28 Apr 2016 23:17:04
FR=SQRT( F1^2 + F2^2 + 2 x F1 x F2 x COS Theta )
http://fisikastudycenter.com/fisika-x-sma/5-vektor
maaf, sy tambah Link ya supaya kelihatan "Agak" objective , takut di bilang nggak konsisten dan main kabur aza.. jiakaka. :P
Bye..!