GI |
12 Sep 2015 13:09:47
Bung Melektech,
Kontrak senjata memang 99% tidak lagi ditentukan oleh logika, atau peraturan Undang2 yg sudah ditentukan -- tapi oleh gengsi, ambisi, politik, dan uang.
Jangankan di Indonesia, di US saja, kita bisa melihat bagaimana Lockheed-Martin dan Pratt & Whitney adalah beberapa donatur terbesar untuk anggota2 kongress US --- untuk memastikan lancarnya, dan keberlangsungan proyek senjata terbesar sepanjang sejarah -- F-35.
Logika sudah tidak jalan!
IMHO, sebenarnya F-15SE, F-16V+, dan F-18 ASH (dngn lebih banyak tehnologi F-35) sudah jauh lebih ampuh, dan jauh lebih murah.
Inilah sebabnya sy rasa Indonesia justru memang HARUS membeli Su-35.
Spt bung Phoenix15 sudah mem-postkan diatas -- sepertinya kemungkinannya cukup besar, (walaupun tidak memenuhi syarat, dan sama sekali tidak menguntungkan kita secara tehnologi), Su-35 akan memenangkan ronde ini.
Biarlah orang berpesta!
Spt sy sudah tuliskan sebelumnya:
===================================
Lampu kuning hanya bisa menyala sepersekian detik saja, bukan?
Bukankah seperti beberapa pengendara di jalan yg senang menembus lampu merah, mereka tidak akan belajar sampai menabrak / ditabrak?
===================================
GI |
12 Sep 2015 13:20:52
Masih ada satu hal lagi yg lucu:
Kalau misalnya kita membeli Su-35 dan kemudian menyesal, kita bisa menjualnya ke China, yg sbnrnya sangat menginginkan 1 - 2 example dari pesawat ini untuk di-fotocopy dari ujung ke ujung.
Ini adalah salah satu faktor lagi yg sy rasa akan diperhitungkan Russia kalau mau menjual Su-35 dengan cara cicilan.
Bisa jadi China malah mendatangi kita, lalu menawarkan untuk membeli Su-35, dengan harga dua kali lipat dari harga yg sudah kita bayarkan ke Russia.
Hahaha -- sy akan post-kan ini di bbrp forum bahasa Inggris.
Melektech |
12 Sep 2015 14:01:48
Betul sekali bung @GI
Bagaimana kalau Rusia tiba tiba menghentikan Produksi Su-35 ???
Lalu kita beli suku cadang di mana ??? karena produksinya saja cuma 35 unit ?
Seperti yang kita ketahui, bahwa Su-35 adalah pesawat transisi, untuk menunggu T-50 PAK-FA masuk jalur produksi, kemudian Jalur Produksi Su-35 dipakai oleh PAK FA
Rusia sendiri masih memproduksi terus keluarga Su-30, aneh ?
Karena mereka tahu Su-35 PRODUK GAGAL PEMASARANNYA
Rusia terus pesan Su-35 DALAM JUMLAH TERBATAS, untuk mempertahankan jalur produksinya saja
Benar bung @GI, MENYESAL ? Nasi sudah jadi Basi (bukan jadi bubur lagi)
Uang US$ 1Juta terbuang percuma
GI |
12 Sep 2015 16:04:21
Sy justru sedang berpikir krn komentar sy yg tadi.
IMHO, Russia tidak akan mengijinkan penjualan Su-35 dalam jumlah yg cicilan spt yg disebut2 Komisi I DPR.
Seperti sudah diketahui, PRC sangat menginginkan Su-35, tp mereka tidak mau membeli dalam jumlah yg diminta Russia (antara 24 - 32 unit).
Ini dikarenakan, Russia tahu kalau PRC hanya akan memfoto-copy; makanya mereka menuntut China beli banyak agar mengeruk untung dulu lebih besar.
KALAU Russia mengijinkan Indonesia membeli pespur terbaik mereka dalam jumlah cicilan, ini justru membuka pintu belakang bagi PRC utk bisa memperoleh semua "rahasia" yg mrk ingin dapat dari Su-35.
Dengan kata lain, resiko untuk Russia; KALAU mereka mengijinkan penjualan Su-35 ke Indonesia dgn cicilan,
adalah KEMUNGKINAN batalnya kontrak 24 pesawat dengan PRC, yg nilainya jauh lebih besar.
FYI - espionage PRC dalam hal ini kemampuannya cukup mapan.
Bahkan kabarnya terrabytes of information ttg F-35 saja sudah jatuh ke tangan PRC kok, dan kabarnya menjadi salah satu dasar pembuatan J-20 dan J-31.
Kita lihat saja bagaimana.
iboy6 |
13 Sep 2015 07:48:01
@GI @melektech
kalau saya entah kenapa ko meragukan SU-35 bakal gagal kenapa yah berkaca dari batalnya proyek kereta cepat kemarin
Dari sisi ekonomi,politik dan gengsi punya kereta cepat akan sangat menguntungkan pun dari sisi pendanaannya dari pinjaman jangka panjang dgn bunga 0,1%,namun ahirnya harus gagal karena Cina dan jepang sama2 tidak mampu memenuhi satu syarat penting yaitu tidak boleh memakai APBN
Sama dgn pembelian SU-35 ini walaupun dari segi gengsi,politik dan ambisi menguntungkan namun jgn lupa JKW pernah bilang setiap pembelian alutsista harus disertai TOT syarat yg sulit dipenuhi Rusia bisa saja walaupun Dephan,menhan dan panglima TNI semuanya setuju harus beli SU-35 ahirnya batal karena ditolak presiden(yah presiden kita ini emang rada2 keras kepala)
IMHO
GI |
13 Sep 2015 12:35:28
Pernyataan dari Menhan, Komisi I DPR, dan TNI ini boleh dibilang adalah manuever politik -- membuat pernyataan tak resmi ke media massa bahwa seolah2 Indonesia sudah pasti membeli Su-35.
Boleh dibilang pernyataan2 ini diatur lumayan kompak, mulai dari pernyataan kalau Russia menawarkan pinjaman bunga rendah.
Memang semakin dipikir, sebenarnya kemungkinan kontrak ini batal semakin besar:
Pertama: nilai ekonomis penjualan Su-35 untuk Russian
Selalu ingat kalau Su-35 adalah pesawat paling modern yg bisa dibuat Russia.
Sekarang bayangkan kalau anda yg menjadi Russia!
Anda sudah membuat Su-35 dengan susah payah, lalu ada calon pembeli (yg bahkan belum pernah menjadi langganan, dan pernah menjual rahasia anda ke saingan) yg mau membeli dalam jumlah "mencicil" (pernyataan resmi DPR), dan masih minta ToT? Apakah anda mau melayani?
China saja tidak diijinkan untuk membeli kurang dari 24 pesawat; kenapa Indonesia akan diberi perlakuan "spesial"?
Apa keuntungannya buat Russia?
Apalagi, mengingat Indonesia sampai selamanya tidak akan bisa teken kontrak untuk membeli 100 pesawat seperti China atau India.
Kedua; Third party factor (China, dan US) Sy sudah menuliskan ini sedikit diatas.
Di masa lalu; Indonesia sudah pernah mengkhianati Russia (Soviet) sebelumnya dengan menghibahkan MiG-21 F-13 ke US.
Apakah sekarang, Russia siap mempercayakan Indonesia dengan Su-35 --- pesawat termodern Russia yg skrng??
Kalau Russia memberikan syarat yg begitu lunak (beli cicilan spt di point pertama), apalagi disertai ToT; bukankah mereka justru harus was2, kalau2 China akan mencuri (atau bahkan memperoleh akses cuma2) tehnologi Su-35, melalui Indonesia?
Yang berikutnya -- ingat juga, kalau Russia biar bagaimana akan memandang Indonesia sebagai sekutu yg lebih dekat ke US dan Australia, dibanding ke Russia sendiri.
Sesedikit2nya, kita masih cukup sering mengirim tentara / kapal / pesawat untuk latihan internasional dengan sesama negara2 ASEAN dan Australia --- ini justru dituntut oleh kebutuhan dan kepentingan bersama.
Dengan Su-35 berada di Indonesia, Russia akan melihat (dengan curiga), kalau US (melalui Australia ataupun Singapore) akan mempunyai kesempatan yg lebih besar untuk melihat / mempelajari pesawat lebih dekat.
Kenyataannya, Indonesia bukan seperti Algeria, Venezuela, atau Syria -- yg hubungannya ke negara2 Barat boleh dibilang "kurang serasi".
Sejak merdeka, hubungan bilateral secara politik, perdagangan, dan ekonomis Indonesia selalu lebih bergantung ke negara2 Barat, dibanding ke Russia / Uni Soviet.
Ketiga -- tentu saja faktor lokal
Dalam hal ini, pernyataan bung @iboy6 benar.
Presiden JKW akan melihat kalau tidak akan ada keunggulan / keuntungan secara tehnologi, strategis, dan ekonomis dari pembelian Su-35 Indonesia. Kita saja yg pengamat awam dapat melihat hal ini. Apalagi, memang baik kalau dilihat secara strategis (lihat diatas), dan dari kebiasaan lama, tidak mungkin Russia bisa memenuhi persyaratan ToT yg sudah ditentukan Undang2.
Oke, sekian saja dulu.
GI |
14 Sep 2015 12:01:57
=============================
Anggota Komisi I DPR, Salim Mengga, menyatakan, pembelian pesawat tempur Sukhoi Su-35 buatan Rusia untuk mengimbangi kekuatan pertahanan udara nasional.
“Pembelian Sukhoi Su-35 untuk memperkuat pertahanan kita, untuk mengimbangai kekuatan angkatan udara negara-negara tetangga,” kata Mengga, di Gedung DPR, Jakarta, Kamis.
==============================
Oh, iya.....
Masih kelupaan satu hal.
Dimana hutang simulator Sukhoi untuk Skuadron-11?
Katanya mau mengimbangi kemampuan negara tetangga -- menurut standard NATO, pilot2 pespur tidak hanya minimum harus mendapat 10 jam terbang latihan (lain dengan standard Russia yg 10 jam per tahun) -- tapi juga membutuhkan 100 jam lebih di simulator.
Tahukah kenapa sebenarnya simulator Sukhoi sampai sekarang belum juga dibeli?
Karena Su-27 dan Su-30 yg sudah operasional saja sebenarnya harus memakai 2 simulator yg berbeda (!!!)
Cari saja dan lihat sendiri foto cockpit Su-30MK/MK2 dan Su-27SKM -- cockpitnya saja berbeda bukan?
Su-30 masih menambah kursi belakang untuk WSO.
FYI -- US saja mempunyai simulator yg berbeda untuk F-16 Block-40/42 dan untuk Block-50/52.
Dengan pembelian Su-35 --- skrng Indonesia membutuhkan 3 simulator untuk Sukhoi
Simulator yg bagus harganya tidak murah.
Bisa mencapai $30 juta per simulator.
Yang mempersulit masalah, kembali krn Sukhoi adalah buatan Russia; jumlah supplier simulator untuk Sukhoi ini tidaklah banyak.
Dan karena supplier jumlahnya tidak banyak, tidak akan ada persaingan harga, dan akibatnya, harga simulator tentu saja juga jauh lebih mahal (dibandingkan F-16, misalnya)
Ini juga dikarenakan Russia sendiri sudah memproduksi terlalu banyak variant Sukhoi yg masing2nya sbnrnya membutuhkan simulatornya sendiri; krn cockpitnya saja sudah berbeda2.
Contoh Su-27 saja ada 3 macam variant:
Su-27S tahun 1980-an -- analog cockpit
Su-27SK -- cockpit-nya sudah berbeda dngn Su-27S
Su-27SKM -- sudah membawa 3 layar LCD kecil.
Su-30 lebih gila lagi....
Su-30MK dan MK2 saja kemungkinan cockpitnya sudah agak berbeda.
India mungkin paling poten dalam hal ini -- tapi simulator Su-30 mereka akan spesialis untuk versi MKI; yg memakai avionic Perancis, dan counter-measure Israel.
Negara lain yg membeli variant terdekatnya -- Su-30MKM / Su-30SM -- akan kesulitan memakai simulator untuk India.
Mau bersaing dengan negara tetangga?
Siiippp....... jumlah training pilot kita saja sudah pasti akan telak; biaya operasional pesawat benerannya mahal, simulator tidak ada.
Coba jelaskan lagi: Bagaimana Su-35 akan membuat kita bisa bersaing dengan negara tetangga??
Admin |
14 Sep 2015 12:20:04
@GI,
Sebelum menjadi terlalu jauh salah informasinya, bisa dijelaskan dari mana mas bisa memastikan kalau standard latihan pilot AU Rusia hanya 10 jam/tahun/pilot?
dari beberapa komentar mas saya perhatikan statement ini selalu di ulang ulang, tp jujur saya masih sangat meragukan statement mas tersebut.
Penjelasan ini saya minta untuk memastikan kita semua berkomentar dgn memegam teguh aspek objetivitas dalam komentar, bukan berdasarkan asas subjectivitas yang akan sangat bias tergantung kita suka atau tidak suka objek yg dibicarakan.
Salam
GI |
14 Sep 2015 12:36:22
@Admin,
Sy kembali menunjuk ke artikel di DefenseNews ini:
=======================================================
http://www.defensenews.com/story/defense/air-space/2015/07/12/russian-fleets-crashing-ukraine-nato-fighter-bomber/29962399/
=======================================================
Artikel ini sebenarnya adalah kompilasi dari banyak analyst -- beberapa diantaranya bahkan berbasiskan di Russia sendiri.
Topik yg dibahas disini sbnrnya adalah betapa parahnya kondisi AU Russia dewasa ini, mulai dari maintenance, spare part, training, organisasi --- pokoknya kacau.
Sy sudah pernah menulis panjang lebar ttg artikel ini tempo hari -- mungkin di Link yg ttg Typhoon?
Anda spesifik menunjuk jumlah jam terbang pilot Russia:
=========================================================
Another issue the Russian source identified is the lack of qualified pilots to fly the kinds of missions the Defense Ministry is asking of the Air Force as Moscow tries to flex its muscles in the face of NATO.
"There are less pilots [in Russia] than there are aircraft, and they gave young pilots missions that are supposed to be given to experienced pilots," the source said.
These young pilots are lacking in basic skills such as midair refueling, the source said, noting "today, air refueling in Russia is, I dare to say, almost something exceptional."
Schwartz concurred that pilot training has been an issue for Russia since the end of the Soviet Union.
"They had pilots who flew so infrequently following the collapse that flight time for pilots was down to 20-30 hours a year, in some cases," he said.
Most of Russia's qualified pilots have retired or taken up better jobs flying for commercial airlines such as Aeroflot, Transaero and foreign companies, the source added.
====================================================
Kenyataannya Russia dewasa ini sudah bukan lagi Uni Soviet.
Walaupun anggaran militer mereka luar biasa besar ($80 milyar per tahun) -- ingat juga sistem militer mereka masih memakai sistem Soviet, yg justru menuntut 2x - 3x lipat lebih besar lagi dari angka sekarang agar dapat bersaing dengan US seperti di masa lalu.
Dan kenyataannya, Russia tidak punya cukup uang.
Dengan berakhirnya perang dingin, sudah tidak mungkin untuk menaikkan proporsi anggaran pertahanan mereka ke 14% dari APBN seperti di jaman Soviet.
Dewasa ini, proporsi anggaran pertahanan mereka hanya 4% dari APBN --- dan dengan harga minyak yg rendah, dan dibawah kekacauan yg ditimbulkan dari Embargo, dan putusnya SEMUA hubungan kerjasama produksi militer dengan Ukrania; kondisi dari industri pertahanan Russia akan memburuk dengan cepat dalam beberapa tahun ke depan.
Inilah kenapa sy sudah menuliskan diatas:
Kita justru harus mempertanyakan kemampuan Russia untuk training kalau kita membeli Su-35.
Bahkan kita harus mempertanyakan, kalau mereka siap tidak dengan suku cadang untuk Su-35!
Pilot2 yg akan melatih kita bukan Sergey Bogdan -- pilot veteran yg memukau penonton di Paris Air Show 2013. Bogdan sendiri sudah menjadi test pilot, bukan pilot untuk AU Russia.
Admin |
14 Sep 2015 13:09:58
@GI,
dari sekian panjang jawaban mas, saya hanya menemukan satu kalimat yang bisa menjawab pertanyaan sederhana saya, yaitu :
=================
"They (RUSIA) had pilots who flew so infrequently following the collapse that flight time for pilots was down to 20-30 hours a year, in some cases," he said.
=================
terjemahan bebasnya kira-kira : Rusia memiliki pilot yang memiliki jam terbang yang rendah hingga hanya 20-30 jam terbang setahun, dalam beberapa kasus.
saya sama sekali tidak menemukan fakta yang menyebutkan standard latihan pilot Rusia hanya 10jam/tahun/pilot seperti yang sudah mas sebutkan diatas dan beberapa komentar lainnya.
dalam komentar mas sebelumnya dan beberapa komentar lainnya, seolah-oleh mas menegaskan bahwa semua pilot Rusia hanya berlatih 10/jam/tahun/pilot atau 20-30jam/tahun/pilot seperti komen mas lainnya.
padahal jelas jelas di artikel diatas disebut dalam beberapa kasus, yang arti harafiahnya tidak semua. tapi mas saya catat lebih dari tiga kali menyebutkan bahwa seolah-olah semua pilot Rusia hanya berlatih tak lebih dari 30jam/tahun/pilot.
kalau mas mau menegaskan bahwa jam latihan pilot Rusia ga sebanyak pilot NATO, silahkan disampaikan dengan data yang benar dan jangan mengeneralisir berdasarkan satu artikel saja. dan juga jangan merubah fakta yang ada dengan tambahan kata-kata yang membuat makna sebenarnya dari sumber yang mas ambil menjadi berbeda.
ini hanya satu dari beberapa contoh komentar yang menurut saya BIAS dan sangat subjective yang sangat dipengaruhi oleh ketikaksukaan terhadap sesuatu hal.
Apa yang mau saya tegaskan di sini??? saya melihat mas terlalu gampang mengeneralisir sesuatu hanya berdasarkan satu penggal informasi lalu kemudian ditambahkan bumbu-bumbu penyedap sehingga makna sebenarnya menjadi kabur.
Kenapa saya memperingatkan mas? adalah karena saya yakin mas punya kapasitas untuk berkomentar lebih baik dari pada para Fansboys lainnya di blog ini. namun semakin hari saya perhatikan sudah susah menemukan perbedaan kualitas komentar mas dengan para fansboys Sukhoi strong dan Rusian strong lainnya.
saya lihat mas sudah sedemikian Rusian Haters dan Su-35BM haters, yang sudah tidak lagi memiliki sisi objetivitas dalam berkomentar. Jika demikian, apa bedanya mas dengan fansboys Rusia dan Fansboys Su-35BM strong?. jujur saja, saya susah membedakannya karena menurut saya sama sama tidak bisa berdiri pada posisi objective dalam menilai sesuatu hal.
saya yakin mas punya kapsitas untuk bisa berdiri objective dalam menilai sesuatu hal. sangat sayang sekali jika itu tidak dipergunakan..
just IMHO dan CMIIW
salam
GI |
14 Sep 2015 14:18:58
@Admin,
Maaf,
Tapi tidak bisa kalau melihat satu artikel, lalu hanya menggarisbawahi satu kalimat dalam satu paragraf saja; lalu langsung membalikkannya ke sy dan menyatakan kalau pernyataan sy tidak benar.
Pertama2, artikel itu sendiri harus dibaca dari ujung ke ujung, agar anda mengerti konteks dari apa yg dimaksudkan.
Kedua -- inilah juga sebabnya sy justru mengutip beberapa paragraf --maksudnya justru supaya anda bisa menganalisa sendiri secara pribadi, pertanyaan sy: Apakah Russia bisa melatih kita?
Mari kita mengurainya pelan2:
==========================================
Another issue the Russian source identified is the lack of qualified pilots to fly the kinds of missions the Defense Ministry is asking of the Air Force as Moscow tries to flex its muscles in the face of NATO.
==========================================
Jumlah qualified pilot di Russian AF sudah sangat kurang sekarang ini.
Kekurangan jumlah jam terbang (yg nanti disebutkan dibawah) hanya akan menjadi satu faktor yg menjelaskan ini.
=====================================================
"There are less pilots [in Russia] than there are aircraft, and they gave young pilots missions that are supposed to be given to experienced pilots," the source said.
=====================================================
Dua point disini cukup jelas
Pertama, Russia sebenarnya kesulitan bahkan untuk mengambil jumlah pilot yg bisa di-recruit; tidak heran jumlah qualified pilot yg disebut sebelumnya juga kurang.
Kedua, jumlah pilot yg senior hampir tidak ada --- inilah sebabnya Russia justru harus mempercayakan misi2 yg lebih berat ke pilot2 yg kurang berpengalaman.
================================================================
These young pilots are lacking in basic skills such as midair refueling, the source said, noting "today, air refueling in Russia is, I dare to say, almost something exceptional."
===========================================================
Cukup jelas.
Sy sudah menuliskan sebelumnya, pilot2 TNI-AU saja bahkan sering latihan air-to-air refueling; biasanya dengan BAe Hawk-109/209 dan KC-130B.
Kalau tidak salah di tahun 2003, salah satu pilot Indonesia yg dikirim ke Russia juga pernah berkomentar, kalau pilot2 Russia bahkan mengagumi kemampuan pilot Indonesia yg mengerti lebih banyak (bermacam2) tehnik.
===================================================
Schwartz concurred that pilot training has been an issue for Russia since the end of the Soviet Union.
===================================================
Kalimat ini menggarisbawahi -- kalau pilot training sebenarnya adalah trend lama yg sudah berlangsung sejak tahun 1990.
Ini artinya pilot2 Russia sudah mengalami masalah kurangnya training ini selama 25 tahun.
=======================================================
"They had pilots who flew so infrequently following the collapse that flight time for pilots was down to 20-30 hours a year, in some cases," he said.
=======================================================
Kalimat ini bisa anda artikan bisa double kalau anda tidak membaca seluruh artikel.
Apa yg anda tuliskan adalah skenario terbaik kalau paling sedikit jumlah jam terbang beberapa pilot Russia hanya 20 - 30 jam setahun.
Tetapi kalau anda membaca artikel ini secara seksama, kesimpulannya jelas2 tidak seperti itu.
Konteksnya dini (lihat kalimat sebelumnya) jam terbang pilot Russia sudah jauh lebih rendah dibanding dahulu kala di jaman Soviet.
Tidak mungkin bukan, kita bisa berkesimpulan, kalau rata2 pilot2 Russia mendapat 100 jam terbang, hanya beberapa saja yg cuma dapat 20 – 30 jam setahun?
20 - 30 jam terbang setahun itu justru adalah skenario terbaik untuk beberapa pilot Russia. Inilah sebabnya sy justru menulis 10 - 20 jam setahun.
Kalimat terakhir:
=============================================
"They had pilots who flew so infrequently following the collapse that flight time for pilots was down to 20-30 hours a year, in some cases," he said.
=============================================
Inilah kenapa sy justru mencari nama pilot yg memiloti Su-35 dalam Paris Air Show 2013.
Sergey Bogdan adalah pilot veteran, dengan pengalaman mengudara sejak dari jaman Soviet dahulu kala, yg sudah mengantongi 4,900 jam.
Dan dia bekerja untuk Sukhoi / UAC, bukan lagi Russian AF.
Sergey Bogdan bukan bung Boris yg berumur 25 tahun, dan baru mulai bekerja untuk Russian AF semenjak 5 tahun terakhir.
Bung Boris bahkan belum lahir sewaktu Uni Soviet pecah...
GI |
14 Sep 2015 14:30:50
Salah quote paragraf terakhir:
====================================
Most of Russia's qualified pilots have retired or taken up better jobs flying for commercial airlines such as Aeroflot, Transaero and foreign companies, the source added.
====================================
Dengan kata lain juga, pilot2 Russia yg veteran (kalaupun ada) memilih untuk bekerja di tempat lain, karena paket gaji / bonusnya tentu lebih baik dibanding dibawah pemerintah Russia.
Artikel Moscow Times ini menggarisbawahi problem maintenance dan spare part yg sebenarnya adalah tema utama dalam artikel DefenseNews diatas:
======================================================
http://www.themoscowtimes.com/business/article/investigation-ordered-into-string-of-russian-air-force-crashes/526156.html
======================================================
NATO reported intercepting 400 Russian military aircraft near alliance airspace last year — a 50 percent increase from 2013. The heightened operational tempo is catching up with Russia's largely Soviet-built and aging fleet of bombers and fighters.
According to news agency TASS, Russia from 2010 to 2014 lost on average one aircraft every two months. But the past seven weeks have seen seven crashes across a spectrum of designs and classes, pointing to problems larger than flaws in a single aircraft design.
Since early June the air force has lost two Tu-95 “Bear” strategic bombers, two MiG-29 fighters, an older Su-24 strike jet, a newer Su-34 fighter-bomber, and most recently an Antonov An-12 military transport.
Engine problems appear to be a common theme. One of the Bear bombers careened off a runway when an engine burst into flames on takeoff, and according to one unidentified source quoted by RIA Novosti after the second Tu-95 crash in mid-July, all four engines on that aircraft died mid-flight.
The problems come despite rapid growth in Russian defense expenditure in recent years and a 20 trillion ruble ($350 billion) rearmament program that began in 2010.
======================================================
Lihat saja sendiri --- keadaan AU Russia tidak menjadi lebih baik sejak tahun 2010.
Kembali menunjuk ke embargo militer, dan menipisnya cash pemerintah Russia (krn harga minyak yg jebol), posisi Russia sebagai salah satu top weapon supplier dewasa ini justru kemungkinannya cukup besar akan semakin terpuruk.
Artikel Moscow Times kedua:
==============================================
http://www.themoscowtimes.com/business/article/6th-russian-air-force-crash-raises-concerns-over-aircraft-safety/525657.html
==============================================
Vadim Lukashevich, a Russian aerospace expert formerly affiliated with the Skolkovo Innovation Center, told The Moscow Times that the string of accidents reflects accumulating problems in Russia's air force that have been exacerbated by the rate of flying amid the Ukraine crisis.
According to Lukashevich, these problems are "poor or irregular maintenance of aircraft, low flight hours [racked up] by flying crews and maintenance personnel, low level of training for airmen, and logistics problems."
IHS's Bobbi said: "Increasing [the operational] tempo has most definitely contributed to the number of crashes. What does increased tempo mean? More sorties and hours, and the more sorties and hours you fly an aircraft, the more likelihood of an accident."
This basic law has been amplified by the poor reliability of Russian aircraft, Bobbi stressed. The planes are meant to be used and disposed of, then replaced by newer aircraft — a quintessentially Soviet means of defense procurement.
In the case of the Tu-95s, old aircraft do not necessarily mean higher accident rates. The design is fundamentally sound, having served for years without major problems. The U.S. also flies bombers designed in the 1950s, such as the famous B-52 strategic bomber.
"Until Russia has a Western-style aircraft design, development and production system, they will always have a higher accident rate," he concluded.
============================================
Pernyataan para analyst dalam artikel ini saja juga sudah membenarkan apa yg sudah sy dan bung Melektech sering tuliskan disini:
Pesawat Russia (yg dibuat berdasarkan sistem mass production jaman Soviet) memang menganut sistem sekali pakai buang
Admin |
14 Sep 2015 15:44:15
@GI,
just relax..
saya paham akan konteks yang mas sampaikan. tetapi komentar mas sebelumnya (saya lihat lebih dari 3 kali) menyebutkan seolah-olah semua pilot Rusia hanya memiliki jam terbang 20-30jam/tahun/pilot bahkan di komentar terakhir mas sudah kurangi menjadi 10jam/tahun/pilot.
apa yang saya komentari adalah pengulangan komentar mas dengan data mas cap sudah mewakili semua, padahal itu hanya sebagian. saya peringatkan mas karena mas cukup disegani disini, namun jika mas mengulangi data yang tidak benar, salahkan saya sebagai Admin memberikan peringatan?
pertanyaan saya sebenarnya sangat sederhana: hanya ingin meluruskan fakta salah yang mas sampaikan ttg jam terbang pilot Rusia. dan jawaban mas atas pertanyaan saya hanya satu kata, yaitu Maaf. selebihnya mas sudah melebarkan pertanyaan keluar konteks pertanyaan saya.
terkait apakah benar Pilot Rusia memiliki jumlah jam terbang yang lebih rendah dari NATO, saya tidak perduli dan apapun yang mas sampaikan saya tidak akan tegur, silahkan lihat kembali komentar saya diatas. tetapi jika mas menyebut berulang-ulang data yang tidak pas dari artikel yang mas share, maka saya berhak memberikan peringatan.
terkait kondisi angkatan Rusia, satu kata, saya ga perduli itu. yang saya perdulikan adalah komentar BIAS dan ambigu didalam blog ini seperti contoh diatas harus saya peringatkan.
just IMHO dan CMIIW
salam
Melektech |
14 Sep 2015 16:08:53
Sekedar koreksi bung@ADMIN
bung @GI bukan Admin kan ? ...............................dia hanya komentator saja
Jadi sah-sah saja membela si "B"
Sama seperti si @Antonov yang membela si "R"
Justru akan menjadi ASYIK, karena ada Pro dan Kontra
Bobot komentarnya bung @GI, memang sudah berkelas, seperti seorang penulis papan atas (terlihat dari cara penulisannya)
justru saya kurang suka ada yang NGAKU TNI dst........justru sgt tidak tepat, karena salah tempat, Karena tempat cocoknya ada di SEMINAR terbuka, Agar tahu betulan orang ini siapa
Cemooh semisal "SALES" dst...............itu hanya kerjaan orang Iri dan Dengki saja
Yang harus Netral adalah seorang ADMIN saja, merangkap jabatan sebagai WASIT/MODERATOR
Salam....................
Admin |
14 Sep 2015 16:40:55
@Melektech,
yeb, ada benarnya yang mas katakan. tetapi jika Bela "B" dan benci "A" dengan cara yang sudah berlebihan, tetap saja sangat memuakkan. Haters Rusia, haters Gripen, Haters Swedia, fansboys Rusia, fansboys US, dan lainnya sama saja saya lihat. sama sama memuakkan.
padahal sering sekali inti kata katanya sudah benar, namun cara menyampaikan kebanyakan dengan bahasa yang berlebihan. yang terbaca oleh pembaca lain bukan lagi makna tulisannya tetapi sudah muak duluan melihat gaya bahasanya. jika sudah demikian, tidak ada manfaatnya sama sekali kita berdebat. padahal jika masing-masing bisa menjaga tata bahasanya, malah saya yakin ada diskusi yang lebih enak lagi.
justru karena saya admin lah maka saya memperingatkan ini. karena jika bahasa komentar Haters dan Lovers yang seperti sekarang dipertahankan, sama sekali ga menarik untuk terlibat dalam diskusinya.
just IMHO n CMIIW
salam
Melektech |
14 Sep 2015 16:57:38
@Admin
Itulah yang membedakan "perang" disini dengan formil murahan lainnya
Kalau disini, PERANG nya dengan adu alibi dan informasi, sangat cerdas sekali
kalau disana, PERANG nya Caci Maki ngak karuan, Poko'e....dst.....sangat mengerikan
Itulah yang bikin saya betah, semoga seperti ini seterusnya.......amin
Admin |
14 Sep 2015 17:06:56
@Melektech,
ya semoga saja kedepannya lebih baik. karena sadar atau tidak sadar, banyak gaya bahasa yang digunakan dalam komentar di blog ini hampir tidak ada bedanya dengan forum militer murahan lainnya.
tidak hanya oleh member baru, tetapi juga member yang sudah lama terlibat dalam diskusi. semoga saya salah dan semoga semua member tertangtang untuk berdebat dengan mengedepankan tata bahasa yang ga bikin enek.
salam
GI |
14 Sep 2015 18:54:56
@Admin
... dan spt sudah sy jelaskan disini bbrp kali sekali... bukan sy membenci Russia atau Sukhoi.
Tapi kenyataannya secara factual memang tidak akan pernah ada berita yg bagus ttg Sukhoi, keadaan AU Russia, atau industri pertahanan Russia dewasa ini.
Lihat saja referensi dari Moscow Times diatas!
Maaf, kalau sesekali jadi terbawa suasana dan menambah bumbu "pedas", tapi sekali lagi ini adalah observasi (awam) dari laporan2 terkini yg ada --- tidak ada yg dibuat2.
Sy sudah pernah menuliskan -- pespur manapun tidak ada yg sempurna, semua ada baiknya, dan jeleknya.
Sy sendiri sudah bbrp tahun ini sbnrnya tidak lagi mempunyai pespur favorit.
Hanya saja kita harus melihat konteks dari diskusi kita -- pespur yg mana yg dibutuhkan Indonesia?
=============================
Perhatikan saja point2 faktual berikut:
=============================
Biar bagaimana, latar belakang industri pesawat Indonesia lebih miring ke Eropa!
Kita juga ingin lebih mandiri secara Alutsista, bukan?
TOT seharusnya prioritas, bukan paket offset biasa.
Indonesia tidak menghadapi ancaman militer dari luar - tidak pernah ada, dan tidak akan pernah ada.
artinya tuntutan militer tidak akan sepelik di Timur Tengah, Korea, India, atau Pakistan.
Seluruh dunia juga mengakui keutuhan teritorial Indonesia, dan tidak ada konflik pelik di area perbatasan, spt yg dialami banyak negara lain.
Indonesia juga tidak akan pernah seperti Russia dibawah Putin -- aggresif ke negara2 tetangga!
Ancaman terbesar jangka panjang utk Indonesia, justru adalah ancaman bersama utk ASEAN dan Australia, krn gerak-gerik PRC di LCS.
Realitanya -- dari segi anggaran pertahanan, kita tidak akan pernah bisa bersaing dngn Australia, dan Singapore.
Prioritas anggaran kita juga berbeda; dan kedua negara ini sudah jauh lebih maju, dan lebih kaya.
Faktor-X -- kedua negara ini juga dianggap sobib US, Indonesia tidak.
Nah, kalau mempelajari semua fakta ini dgn kepala dingin, sayangnya hanya satu perpur saja yg paling bisa memenuhi kesemuanya dengan baik.
Jawabannya adalah: SAAB Gripen NG.
Kalau ada yg mempertanyakan kenapa sy mendukung Gripen, yah jawabannya sudah ada diatas.
Ini bukan krn pswt ini favorit sy -- tp kebutuhan Indonesia yg realistis justru paling bisa dipenuhi tipe ini.
Dan sayangnya, semua yg lain kurang sesuai, atau lampu merah total.