phoenix15 |
05 Dec 2014 11:51:47
Now it is getting annoying from your side mr. GI
Saya coba membahas dari bawah. Oke lah saya tau anda tidak suka Sukhoi dengan berbagai alasan, dengan pendekatan pendekatan yang anda gunakantwalaupun tidak scientific.
Pertama, tidak lucu sama sekali membuat ilustrasi penyerangan ke TNI AU gegara Indonesia menggunakan Sukhoi. Apakah anda Frustasi karena produk idaman anda tidak disambut antusias ? Apa itu produk idaman anda, hmmm... Gripen NG (E/F) yang notabene hanya berupa vaporware. KAI-T50 di kasih radar AESA, data link dan Meteor jadilah Gripen NG. Kan ?
#Mesin:
Anda ngerti arti nya baseline ? Sangat biasa dalam desain enjiner kita menggunakan apa yang sudah ada sebagai fondasi, baseline untuk membuat produk yang lebih baik. Jet engine is not a rocket science. Not suddenly, jet fighter is using nuclear fusion or something.
#Dana
Dari mana anda tau India yang menjadi sponsor utama pengembangan PAKFA. That is absolutely non-sense. Anda tau Russia adalah negara no 8 dalam hal kekuatan ekonomi dunia ? Anda tau sejak 2000-2008 pertumbuhan ekonomi mereka 7%, mereka bayar utang negara scr signifikan, kekuatan ekonomi mereka real, penghasil minyak no 2, cadangan gas terbesar di dunia. Apa lagi ?
Saya tidak perlu membalas statement anda, karena menurut saya non-sense. Stealth fighter fitur utama nya adalah RCS yg kecil, dan kemampun BVR yg baik. Baseline SU-30 udah punya kinematik terbaik, jadi tidak ada salah nya jadi baseline untuk pengembangan PAKFA. Dan satu lagi PAKFA masih di kembangkan, bagaimana bisa kita menjudge itu baik atau buruk. Juga Gripen NG E dan F masih juga di kembangkan.
Gripen-Indonesia |
05 Dec 2014 13:44:35
@Phoenix15
Silahkan baca ulang referensi tadi dari Standard Times India mengenai PAK-FA:
http://www.business-standard.com/article/economy-policy/russia-can-t-deliver-on-fifth-generation-fighter-aircraft-iaf-114012100059_1.html
Ini referensi tambahan:
https://medium.com/war-is-boring/the-indians-hate-their-new-russian-made-stealth-fighter-d89b9ce721de
Intinya jelas: India sangat tidak puas dengan kemampuan PAK-FA sekarang, terlepas dari status prototype-nya. Mereka mempertanyakan SEMUA-nya; Kemampuan kinematis, radar, mesin, dan build-quality dari Sukhoi.
Orang India tidak senang melihat pekerjaan pemasangan panel di PAK-FA yang tidak memuaskan (seperti asal2an), artinya stealth-shaping jadi rusak. RCS PAK-FA tidak mencapai target yang diinginkan utk standard "Stealth".
Kenapa kita harus mendengarkan kata India?
Ingat, mereka pelanggan utama senjata buatan Russia saat ini. Keberlangsungan industri militer Russia boleh dibilang terlalu tergantung semua dana anggaran militer India saat ini, atau China -- tapi saat ini Russia sudah takut dengan acara "mencontek tehnologi" dari China.
Untuk urusan mesin:
-------------------------
Russia juga menjanjikan kalau mesin AL-41F1 adalah mesin sementara di PAK-FA, sampai mereka bisa membuat mesin yang lebih kuat lagi. Anda boleh percaya janji ini. Tapi reputasi Russia sebagai pembuat mesin tidaklah bagus.
Silahkan tulis e-mail ke TNI-AU dan menanyakan sendiri langsung, apakah mesin P&W F100 PW200 di F-16 Block-15 OCU sudah pernah diganti berapa kali dalam 25 tahun ini?
Dan tanyakan juga berapa banyak mesin AL-31F yang sudah dibeli sebagai ganti untuk mesin di Sukhoi yg baru beroperasi kurang dari 10 tahun (dan jam terbangnya masih sedikit dibanding F-16)?
Kenyataannya memang Russia akhir2 ini agak tertinggal dalam tehnologi mesin modern.
Lihat saja kapal induk mereka satu2nya -- Admiral Kuznetzov -- yg sibuk mangkal di pelabuhan, tidak bisa deployment lebih dari beberapa bulan. Dan itu juga harus disertai beberapa ocean-going tug boat (kapal tunda) untuk siap menarik Admiral kalau tiba2 mesinnya mogok di tengah laut.
https://medium.com/war-is-boring/your-aircraft-carrier-is-a-piece-of-crap-f3f52d299588
Ekonomi Russia sekarang sudah merosot tajam
------------------------------------------------------------
Sudah baca berita akhir2 ini?
50% anggaran belanja negara mereka, dibiayai harga minyak dunia yang dahulu $100 / barrel. Faktanya Russia membutuhkan harga minyak diatas $105 / barrel untuk bisa mempertahankan anggaran belanja mereka yg skrg.
Tetapi dengan harga minyak mentah sekarang jebol ke $70-an, dipadukan dengan sangsi ekonomi Barat berkat sepak-terjang Russia di Ukraine -- sudah memastikan kalau tahun 2015, Russia akan memasuki resesi turun -0.8%, atau mungkin bisa lebih parah. Rouble - mata uang Russia -- juga sudah jebol 40% dibanding US Dollar. Senin lalu bahkan sempat turun 9% dalam 1 hari.
http://www.bbc.com/news/business-30288739
http://www.bbc.com/news/world-europe-30322198
Apakah penjelasan yang ada tidak scientific?
--------------------------------------------------------
Itu terserah anda. Berbagai riset di dunia sudah menunjukkan kalau kita biasanya hanya mau mencari / mendengarkan berita / fakta / opini yg memang sudah sesuai dengan kemauan kita sendiri.
Apa yang sudah tertulis disini semua sudah dipublikasikan di Internet. Dari pada complain, silahkan sajikan fakta baru yang mendukung kenapa Sukhoi adalah pilihan yang tepat untuk Indonesia. Saya hanya menuliskan FAKTA baru saja yang menunjukkan kalau Sukhoi BUKAN pesawat yang tepat untuk Indonesia.
Pengembangan Gripen-E/F
---------------------------------------------------
SAAB skrg sudah mendapat nama bahwa mereka bisa memangkas development fee sampai seminim mungkin, untuk mendapatkan hasil yg semaksimal mungkin. Semua tehnologi yg disajikan di Gripen-E/F adalah off-the-shelf items -- semuanya sudah siap pakai, dan sudah diuji selama 7 tahun terakhir dengan sukses dalam Gripen-NG demonstrator.
Gripen-NG adalah tahap evolusi berikut dari Gripen-C/D yg memang sudah dirancang dari awal untuk bisa mendarat di strip 800 meter saja, turnover time 10 menit, dan Kesiapan tempur yg sudah terbukti -- hanya butuh 2,5 jam maintenance per 1 jam terbang.
>> F414 sudah diproduksi ratusan unit, dan tidak ada problem di NG-Demonstrator
>> Supercruise sudah diuji dengan berhasil di NG
>> Selex AESA dan IRST sudah diuji coba.
>> Meteor, AMRAAM, Sidewinder, IRIS-T, dan ASRAAM -- semua sudah berhasil diintegrasikan dan di tes di Gripen-NG.
Reputasi SAAB dalam hal ini, tidak perlu dipertanyakan lagi. Tidak seperti membeli dari Russia yang bagaikan "membeli kucing dalam karung".
Chris Chadwick, director of Boeing Defense Arm division, bahkan sudah membuat pernyataan berikut -- mengenai partnership mereka dengan SAAB untuk membuat pesawat latih baru untuk proyek T-X di US:
“When you think about Saab, [Sweden is a] small country that created a great capability in the Gripen and had to do it in a cost-constrained environment. When they design, they design in a more compact fashion,” Chadwick said. “So we’ve learned a lot about how they design and develop, and they’ve learned a lot from us about what we’ve done in terms of bringing some of our technology we’re able to pull out of Phantom Works.”
http://www.defensenews.com/article/20140713/DEFREG01/307130014/Boeing-Defense-Head-Saab-Team-Up-Offers-Forward-Thinking-Approach-
Saya tidak perlu men-judge ttg hasil akhir Gripen-E/F ataupun Sukhoi. Saya hanyalah pengamat awam, yg hanya bisa menuliskan kembali apa yg sudah dinyatakan dari sumber2 berita terpecaya yg memuat content hanya dari para profesional di industri aviation.
Gripen-Indonesia |
05 Dec 2014 14:05:13
Satu lagi link yang lebih bari (September-2014),
lengkap dengan foto PAK-FA yg mesinnya terbakar 10-Juni-2014 ini:
http://www.janes.com/article/42765/indian-air-force-unhappy-at-progress-of-pak-fa-fifth-gen-fighter
Ingat, mesin AL-41F1 (117) hanya mesin "sementara" di PAK-FA, tapi sebenarnya adalah mesin yang standard di Su-35S
.
Apakah mesin dari Russia bisa diandalkan? Tentu saja, selama setiap pembelian Sukhoi disertai paket tambahan 2 mesin cadangan (US$6 juta total) agar kalo kerusakan terjadi sewaktu-waktu, bisa langsung diganti.
Ini adalah salah satu hidden cost Sukhoi Flanker, yang Ausairpower "lupa" untuk menuliskan.
phoenix15 |
06 Dec 2014 12:26:27
@GI
Masalahnya adalah ketika kita sudah memiliki Sukhoi flanker yang menjaga kedaulatan negara, lalu anda seenaknya membuat lelucon seolah olah Sukhoi tidak bisa bertempur. Anda harus bisa pisahkan masalah operator TNI Au, dan pesawat nya. Jika anda pikir Sukhoi Flanker tidak bisa berperang, mengapa NATO ketakutan untuk bersikap ketika Crimea dianeksasi ? Kalau hobbi anda mencari artikel dari google dan menunjukkan Sukhoi is not good jetfighter, anda seharus nya tidak melewatkan ini:
Soal Sukhoi SU-35 “It’s a great airplane and very dangerous, especially if they make a lot of them, anda bisa cek siapa yang memberikan testimoni : http://nationalinterest.org/feature/the-russian-bear-roars-the-sky-beware-the-deadly-su-35-11799
Patut di garis bawahi, saya bukan suporter sukhoi SU-35, dan dari post sebelumnya saya juga tidak mengatakan Sukhoi adalah pilihan terbaik. Saya hanya ingin mengatakan, orang kalo mau niat mencela maka ada aja yang dijadikan bahan celaan. Yang bagus bagus gak dilihat.
#PAKFA
Hahaha.... India itu orang orang nya licik, mau bayar minimal dengan harap dapat akses teknologi dan pengalaman dari Russia. Mereka berharap dapat mengkibuli Russia seperti yang mereka lakukan kepada Dassault, dimana 18 di produksi di Prancis, sisa nya produksi total di India. Gila gak kontrak kayak gitu ? Sebesar besar nya TOT, tidak akan ada negara yang mau buat demikian. Sekarang kontribusi India berapa untuk Program PAKFA ? Ada yang mengatakan 13%, dan maksimal 25%. Tetapi yang udah dibayarkan hanya 295 Million USD.
http://timesofindia.indiatimes.com/india/Cant-keep-waiting-for-stealth-fighter-India-tells-Russia/articleshow/45266276.cms
Kenapa India tidak puas ? Lebih bersifat politis mereka pengen dapat akses teknologi, tetapi tidak di kasih akhirnya teriak teriak. Begitulah orang India. Anda dan tidak ada India, project akan berjalan terus. Memang bagus ada partner sehingga ketika udah di produksi bakal langsung ada yang beli. Tetapi hentikan propaganda anda bahwa Russia adalah negara yang tertinggal soal teknologi.
Soal kebakaran mesin jet PAKFA, memang itu terjadi. Dalam pengembangan itu bisa terjadi. Filosofi daripada PAKFA adalah bagaimana tetap menjaga manuverability while cruising at high latitude, more payload, tetapi tetap stealthy. Sedangkan Amerika mereka lebih pada first detect, first to kill. Radar mereka lebih baik. Tetapi untuk bisa mendeteksi pesawat musuh, anda tetap harus mendekat. Mungkin kemampuan yang diharapkan ada di PAKFA, tidak bisa di dukung oleh engine yang digunakan dari SU-35, kita tidak tau. Namun membuat pernyataan seolah olah SU-35 akan mengalami hal demikian itu misleading bgt. Tidak scientific. China tidak keberatan dengan engine dari Russia, bahkan mereka juga sebentar lagi beli SU-35. Coba googling aja.
Kalau mau jujur, pesawat idaman saya dari dulu adalah F-15 SE, dan kedua adalah Dassault Rafale. Tetapi anda tentu tau apa yang terjadi dengn kontrak mistral ? Prancis di tekan oleh Amerika sehingga delivery yang seharus nya 25 Nov di tunda, atau bahkan tidak jadi.
http://www.france24.com/en/20141205-france-may-never-deliver-mistral-warships-russia-navy-ukraine/
Begitulah, jika ada anggapan tidak ada embargo, yg kita lihat itu nyata. Yg rugi tentu saja Prancis, karena reputasi mereka bisa rusak. Nah sebagai second alternatif, saya jug setuju Gripen NG di akuisisi, atas dasar OM yang murah, dan TOT. Ke depan kita punya Gripen NG, IFX, dan Sukhoi SU-35 atau PAKFA. Di banya posting sebelumny, saya juga sepakat dengan pendapat anda, tetapi seperti nya anda nitpicking the situation into new level, membuat saya tidak mengerti kenapa anda begitu anti dengan sukhoi.
Gripen-Indonesia |
06 Dec 2014 21:32:17
@Phoenix15
Maaf, anda tidak perlu merasa tersinggung dengan apa yg saya tulis.
Apalagi, kalau dari tulisan anda sendiri, anda sebenarnya lebih menjagokan pilihan yg lain.
Skenario yg saya tulis memang kelihatannya seperti "mencemooh" atau "nit picking" Sukhoi. Sayangnya, skenario buruk kalau Su-35 tidak siap tempur adalah kenyataan yg kemungkinannya cukup besar untuk terjadi. Walaupun, memang, saya "sengaja" menuliskan skenario diatas lebih seperti sandiwara panggung.
Skenario itu memperlihatkan, kalau intinya, Su-35 adalah pesawat yg diluar kemampuan Indonesia, dan membawa banyak kado "hidden cost" yg kita tidak akan siap.
## Skrg menjawab beberapa pertanyaan anda:
"“It’s a great airplane and very dangerous, especially IF they make a lot of them...."
Kata IF adalah kuncinya disini..
Kenyataan sekarang, Su-35S masih menunggu order lebih banyak dari 48 pesawat yg sudah dipesan Russia. Dengan ekonomi Russia sedang "ngusruk", kita tidak bisa berharap banyak kalau AU Russia akan memesan lebih banyak dalam tempo dekat.
Terus ada berita simpang-siur kalau China kabarnya meneken kontrak untuk membeli Su-35. Ini terus molor. Kenyataannya, Russia sudah agak takut menjual Su-35 ke China, karena masalah "tehnologi theft".
Berbeda dengan Su-30MKI India, Chinese-copy J-11B bukanlah versi produksi lokal yg resmi dari Su-27S. Sedangkan J-15 adalah copy dari Su-33 - versi Naval yg dioperasikan diatas Admiral Kuztenznov. China belum pernah membeli Su-33, tapi sudah berhasil mengetahui "cukup" untuk membuat J-15.
IF yang kedua sama sekali tidak disinggung artikel ini – sama seperti Ausairpower yg bahkan lebih comprehensive lagi menguraikan semua kelebihan Su-35. Pesawat ini baru benar2 mematikan, kalau Russia bisa membuktikan tipe ini akan bisa bekerja 100% EFEKTIF sesuai ekspetasi pemakai.
Contoh pertanyaan2 yg tidak dijawab artikel ini (dan Ausairpower):
# Apakah Su-35 memiliki availability rate yg sama dengan F-15 atau F-16 US (85%)?
Kalau availability rate Su-35S sama seperti Su-30MKI (55%), secara teori, suatu negara membutuhkan hampir 2x lipat lebih banyak Su-35 untuk bisa menandingi jumlah F-15 dan F-16.
# Apakah Su-35S sudah terbukti
## "India adalah negara licik, dll...."
Lebih baik kita tidak menghakimi India dalam hal ini. Biar bagaimana, harus diakui, sistem akuisisi dan birokrasi di India sebenarnya juga cukup ruwet, dibandingkan sistem Barat, mungkin juga lebih ruwet dibanding Indonesia.
Akan tetapi kita harus mengakui satu hal.
Sama seperti Indonesia, India boleh dibilang sudah cukup demokratis. Sama seperti kita, mereka juga belum memiliki sistem demokrasi yg sempurna, tetapi paling tidak rakyat sudah mempunyai kedaulatan untuk memilih sendiri.
Dari skala Demokrasi, tentu saja India dan Indonesia, tetap lebih maju beberapa langkah dibandingkan mother Russia sendiri, atau boleh dibilang juga SEMUA negara tetangga ASEAN kita.
## Kenapa faktor Demokrasi ini penting?
India bisa cukup transparan dalam soal informasi. Tidak berbeda dengan Alutsista mereka sendiri. India mempunyai tujuan untuk membangun militer yg bisa diakui sebagai salah satu yg terhebat di dunia -- walaupun, dalam keadaan skrg, mereka masih tetap tertinggal dibanding rata2 Angkatan perang negara2 NATO.
## Spt saya sudah singgung sedikit diatas,
India memberitakan ttg kesiapan tempur Su-30MKI yg hanya 55%:
http://www.business-standard.com/article/economy-policy/govt-takes-note-of-su-30mki-s-poor-serviceability-114102300006_1.html
Mengenai PAK-FA, dua link yg saya sudah tuliskan diatas menunjukkan kalau India sebenarnya sudah membayar $6 Milyar dari $10 Milyar biaya development yang sudah terpakai untuk proyek ini. Dan India cukup blak2an menyampaikan ketidakpuasan mereka.
Apakah kita bisa mendengar berita yg cukup transparan dari Russia sendiri mengenai kemajuan PAK-FA?
Tidak mungkin, bukan?
## Faktor lain: Jumlah dan pengalaman India lebih besar / baik dibandingkan Russia sendiri.
India memiliki jauh lebih banyak pesawat tempur Generasi 4++ (200 Su-30MKI), dibandingkan AU Russia sendiri, yg boleh dibilang mayoritas armada-nya dibuat di tahun 1980-an (Ex-Soviet). India juga masih memakai 51 Mirage-2000 yg baru saja masuk tahap modernisasi baru. Ditambah, pilot2 di India jam terbangnya sangat banyak -- bahkan diakui sendiri oleh pilot2 US yg datang ke latihan "Cope India".
Lihat saja inventori AU Russia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Russian_Air_Force#Aircraft_inventory
Jumlah pesawat tempur Russia yg lebih modern atau sebanding dengan Su-30MKI, hanya sekitar 100 unit. Hanya ada 34 Su-35, 29 Su-30SM, 51 Su-34, dan 16 MiG-29SMT.
Su-27SM/SKM, MiG-31BM dan Su-24BM yg sudah di-upgrade akan lebih setara dengan Su-27SKM Indonesia -- lebih rendah secara spesifikasi dibanding Su-30MKI -- lagipula kedua tipe ini termasuk legacy platform.
Walaupun anggaran militer Russia sendiri jauh lebih besar dibanding India, kenapa Russia kalah dalam soal akuisisi senjata modern (buatan mereka sendiri)?
Mungkin ini dikarenakan bermacam faktor, dimulai dari teritorial yg terluas di dunia, jumlah personnel yg lebih banyak, banyak sistem ex-Soviet yg kurang efesien, dll. Sepertinya memang Russia belum benar2 pulih dari pemangkasan anggaran militer besar2an yg terjadi setelah pecahnya Uni Soviet.
Dalam hal ini, India lebih terfokus dalam modernisasi Alutsista mereka dibandingkan Russia. India lebih modern dalam Alutsista, krn mereka juga mengandalkan Perancis sebagai supplier kedua mereka.
## Terakhir, tidak seperti pengguna kecil Sukhoi Flanker seperti Venezuela, Vietnam, dan Indonesia; India memiliki HAL (industri pesawat terbang India) untuk menjalani produksi dan kebanyakan pelayanan servis Su-30MKI.
HAL bisa menaikkan kesiapan tempur Su-30MKI mereka, mungkin sampai 70%, dibandingkan 55% seperti yg ada sekarang. Tapi ini berarti memindahkan pusat produksi / penyimpanan beberapa spare part vital untuk MKI dari Russia, ke India langsung.
Anda bisa melihat sendiri, ini akan memakan biaya yg luar biasa besar, diluar kemampuan pengguna kecil seperti Indonesia, Vietnam, dan Venezuela.
Inilah juga kenapa belum ada negara yg masih mau membeli Su-35 dari Russia sejauh ini. Kalau kemampuan industri pesawat militer mereka dibawah India, atau China, pasti akan keteteran untuk urusan maintenance.
## Inilah beberapa alasan utama, kenapa India harus selalu disinggung, berkaitan dengan salah satu rencana TNI-AU yg mempertimbangkan Su-35S.
(Bersambung ke bawah untuk urusan Mistral).
Gripen-Indonesia |
06 Dec 2014 22:00:18
Mistral
---------
Bagus sekali karena masalah Mistral juga sudah disinggung disini. Sebenarnya Russia melakukan pembelian Mistral-class LHD dari Perancis, memberikan kita DUA pelajaran penting:
Pelajaran #1
----------------
Kenapa Russia membeli Mistral? Mereka dahulu kala pernah memproduksi Ivan-Rogov-class LHD (http://en.wikipedia.org/wiki/Ivan_Rogov-class_landing_ship) -- semua kapal kelas ini sudah dipensiunkan kurang dari 20 tahun operasi (!!).
Kapal jenis Ini sebanding dengan kelas-Makassar yg baru saja diproduksi Indonesia. Seharusnya, evolusi industri perkapalan Russia setelah pembuatan Ivan Rogov, bisa mulai masuk ke Mistral.
Jawabannya kembali ke masalah urusan mesin, dan industri perkapalan Russia sendiri, seperti di singgung artikel di atas untuk Admiral Kuznetzov.
"...Russia’s shipbuilding industry is clearly experiencing difficulties. Major shipbuilders have defaulted on commercial contracts, and fiascos like the Admiral Gorshkov refit for India have blackened the global reputation of Russian defense products. Any Mistral Class ship built in Russia would represent a naval project whose scale Russia hadn’t seen in well over a decade – which is why initial construction will take place in France. The fact that Russia was even discussing a Mistral buy indicated a certain lack of confidence in Russian shipbuilding..."
Lihat kalimat terakhir: "certain lack of confidence".
Dengan kata lain, pembelian Mistral ini sebenarnya menunjuk bahwa, Russia mulai mengambil langkah awal untuk mengambil Transfer-of-Technologi dari Perancis, untuk bisa memajukan kembali industri perkapalan (dan pertahanan mereka).
Referensi:
http://www.defenseindustrydaily.com/russia-to-order-french-mistral-lhds-05749/
Kesimpulan akhir:
---------------------
Pembelian Mistral ini seharusnya membuat semua calon pembeli senjata buatan Russia justru HARUS mempertanyakan KUALITAS senjata buatan mereka. Tidak hanya dalam hal pembelian kapal, tetapi juga pesawat tempur.
Pelajaran #2
----------------
Perancis tidak bisa memalingkan mata dari sepak terjang Russia di Ukraine. Tindak-tanduk Russia disana jelas sudah mengkhawatirkan semua negara Eropa yang lain.
Reputasi Perancis justru tidak akan rusak dalam menunda pembelian Mistral. Tindakan mereka men-stop penjualan Mistral justru boleh dibilang adalah keputusan yang benar. Russia yang agresif di Eropa, akan lebih berbahaya lagi kalau dipersenjatai dengan Mistral.
http://www.bbc.co.uk/news/world-europe-26270866
Kalau Indonesia bertindak-tanduk sama seperti Russia di Ukraine, misalnya, mengakuisisi Crimea tanpa pengakuan internasional, apakah bisa bayangkan apa yang akan terjadi?
Pelajaran lain yg bisa diambil dari sini
------------------------------------------------
Apakah ada pemerintah salah satu negara didunia ini yang masih mau menyelusuri kemungkinan kontrak pembelian senjata dengan Russia, yang sekarang sudah dimusuhi semua pihak?
Bagaimana pandangan dunia internasional terhadap Indonesia, kalau tiba2 ada keputusan untuk menekan kontrak $2 milyar untuk membeli senjata dari Russia?
Jawabannya sederhana: Pembelian senjata Alutsista dari Russia SEKARANG, akan memberi signal yang jelek terhadap hubungan Indonesia yg sudah semakin membaik dengan US, Jepang, Eropa Barat, dan Australia.
phoenix15 |
09 Dec 2014 01:08:55
Ini bukan masalah tersinggung atau tidak, tapi skenario yang anda buat terlalu ngawur dan mengada-ada, atau kalau biasa disebut dengan trolling. Biasanya saya suka pendapat anda yang objective, tapi makin kesini makin kelihatan agenda anda.
Saya suka F-15 SE sejak dari dulu karena selain desain aerodinamis yang seksi, juga sudah battle proven. Begitu pula Rafale yang punya pengalaman di Libya, dan juga merupakan versi pengembangan dari baseline sebelumnya yg Mirage yang legendaris.
Jika kemudian saya mengatakan bahwa Gripen itu pilihan bagus, itupun dengan beberapa catatan. Pertama jika harga satuan dibawah 100 Mio USD untuk tipe NG, maka ambilah jika TOT juga disertakan. Tetapi jika yang ditawarkan seperti Brazil 5.7 Billion USD untuk 36 Gripen NG, yang artinya 1 nya adalah 158 Juta USD, maka pilihan saya lebih baik Rafale atau F-16 Block 60 sama kayak punya UEA. Kita dah punya pengalaman lama dengan F-16, pilot kita juga udah hafal, makanya tidak perlu repot belajar lagi.
Pertanyaan anda Apakah SU-35 terbukti, sebenarnya sama persis dengan pertanyaan apakah Gripen NG juga terbukti ? Apakah Gripen 39 sendiri udah battle proven ? Sementara SU-35 udah di produksi dengan AU Russia yang menerima pertama, China juga akan segera diizinkan untuk membeli. Selama ini masalah nya bukan SU-35 belum ada yang beli, tetapi prioritas untuk memperkuat AU Russia sendiri. Dan juga ada ke khawatiran jika di Jual ke China maka akan terjadi reverse engineering yang udah terjadi sebelumnya.
(http://www.janes.com/article/46273/russia-ready-to-supply-standard-su-35s-to-china-says-official)
Anda bisa mengatakan hal yang jelek mengenai sukhoi flankers sesuka anda, tetapi pada kenyataan nya Flankers family udah terjual lebih dari 600 buah. The number tell something right ? Saya gak mau menyebut berapa Gripen dan Rafale yang telah terjual. Silahkan cek sendiri.
Tetapi hobby anda yang comot artikel sana sini dari internet yang kira kira membuat Sukhoi jadi buruk membuat saya harus menulis sesuatu yang berimbang. Ketika para analis dari mantan pilot baik dari Eropa atau Amerika memberikan kredit yang baik tentang Sukhoi SU-35, anda justru sebalik nya tidak begitu objective. Ignorant !!!
Anda meminta saya baca artikel yang anda tampilkan, tapi anda hanya mengambil satu kalimat dan 1 word IF. Padahal di belakang ny IF itu ada kata ESPECIALLY. Sekarang coba perhatikan ini: "Su-35S is an "extremely dangerous foe to any U.S. fighter, with the exception of the stealthy F-22 Raptor," Dave Majumdar of National Interest wrote. However, it seemed like this is not the case as revealed by 6 unnamed Air Force officials.
Apparently, the F-22 Raptor has vulnerability - its long-range air-to-air missiles might miss its target aircraft if the target aircraft is equipped with a "radar-jamming" system capable of electronic attack or EA, unnamed sources from Air Force told Majumdar. EA is an advanced digital radio frequency memory jammers that renders ordinary radars to an almost obsolete state. EA also blinds the radars onboard American-made air-to-air missiles. With EA in its enemy aircraft, Raptor needs to fire multiple missiles to attack a single target." (http://au.ibtimes.com/articles/575155/20141208/u-s-russia-stealth-fighter-supersonic-speed.htm#.VIXNRDGUc_w)
Mengenai PAK-FA, disebutkan memang masing-masing akan berkontribusi 50:50, tetapi untuk fase R&D nya India hanya di batasi 13% sharing nya. Total india akan mengeluarkan 20-30 Billion USD untuk pembelian sekitar 200, namun turun menjadi 144. Cost overrun seperti biasa menjadi masalah nya. Namun mengatkan bahwa dengan komitment itu, tidak bisa di katakan bahwa PAK-FA ada karena India. Sekarang banyak negara di dunia menurunkan anggaran belanja pertahanannya. Amerika salah satu nya dengan proyek JSF nya mereka juga mengikutsertakan banyak negara. Apalagi kalau bukan soal cost sharing ? Apakah Amerika tidak bisa membiayai sendiri program JSF tersebut ? Tentu saja bisa. Tapi demi menekan biaya, lebih baik di pikul bareng-bareng.
Saya setuju India role model yang baik untuk mekanisme pengadaan pesawat tempur. Mereka bersedia melakukan pembiayaan jangka panjang, melakukan tender dan memilih yang terbaik. Sesuatu yang harus di Contoh oleh negara kita. Tetapi, proses negosiasi yang berlarut hingga dua tahun dengan Prancis mengenai Rafale, dan juga Russia dengan proyek PAK-FA nya, menunjukkan bahwa India licik ya. Tapi mungkin itulah prinsip ekonomi, mendapatkan sebanyak-banyak nya dengan uang serendah rendah nya.
Mistral Bersambung
phoenix15 |
09 Dec 2014 01:33:12
MISTRAL
Sebenarnya ini sudah keluar jauh soal tema Sukhoi. Tapi karena penjelasan anda banyak asumsi nya maka saya harus jawab.
Dari pelajaran pertama mengenai Ivan Rogov Class, kemudian masuk ke pembelian Mistral Class, hingga anda mengutip certain lack confidence, dan kemudian anda membuat kesimpulan " mempertanyakan kualitas senjata buatan mereka adalah ngawur, logical fallacy. Anda jangan melakukan pembodohan lah. Benar Russia butuh revitalisasi pada industri mereka setelah sekin lama terpuruk. Tetapi proyek pembelian mistral ini adalah purely bisnis, kedua nya sama sama di untungkan. Prancis terkenal dengan kemampuan perangkat lunak nya. Itu sudah melegenda dengan software Catia (Dassault) yang digunakan sebagai standard desain pesawat. Radar dan avionics juga Prancis bagus. Tetapi in the end, Prancis juga butuh duit untuk menghidupi industri mereka.
Kondisi terakhir, anda baca ini deh: http://rt.com/op-edge/205255-france-mistral-delivery-russia-military/
Total kontrak 1.6 Billion EUR jika tidak di tepati maka Prancis akan membayar kompensasi+ denda 3 Billion EUR. Anda jangan asal mengatakan bahwa Prancis akan untung.
"If France doesn’t deliver the Mistral, this ship can be delivered to nobody because everything inside it is written in Russian. In two years, Russia can come back and say: “OK, I can buy it but with a 30 percent discount.” On the business side it has no sense".
Belum lg potensi kehilangan pekerjaan. Duh... mau mau nya merusak reputasi industri mereka.
Pelajar 2 yg anda sampaikan makin gak jelas. Kenapa Indonesia harus peduli dan takut pada pandangan dunia jika hendak membeli peralatan tempur dari Russia ? Katakan itu pada India, dan China. Soal aneksasi Crimea, saya tidak mau bahas karena terlalu melebar.
Gripen-Indonesia |
09 Dec 2014 09:47:19
@Phoenix15
Saya akan menjawab bermacam2 pernyataan anda satu per satu.
## Pertama, referensi dari rt.com.
Ini adalah website Russia, sedangkan orang yg di interview: Jean-Pierre Thomas, sekarang adalah broker spesialis untuk bisnis Russia di Perancis.
http://fr.wikipedia.org/wiki/Jean-Pierre_Thomas
Catatan dari wikipedia Perancis itu menunjukkan, kalau orang ini adalah ex-anggota DPR disana, dan pernah terlibat kasus korupsi utk urusan renovasi sekolah di tahun 2005.
Jadi pertanyaannya balik kembali ke anda, apakah sumber referensi ini dapat dipercaya sebagai sumber yg obyektif, atau memang pro-Russia?
Orang ini saja kredibilitasnya harus dipertanyakan.
## Mistral jauh dari tema Sukhoi
Saya hanya menjawab pernyataan anda. Dan memang saya sudah mengikuti perkembangan ini sejak lama.
## http://www.janes.com/article/46273/russia-ready-to-supply-standard-su-35s-to-china-says-official
Artikel ini juga sudah menunjuk dgn kekhawatiran Russia untuk technology theft dari China juga. Direktur UAC tentu saja mencoba untuk optimis:
United Aircraft Corporation (UAC) president Mikhail Pogosyan told reporters at Zhuhai that there was no danger that the Su-35 would be a victim of unlicensed copying: a major concern for Russia given the unlicensed copies of the Su-27 that China began producing as the J-11 and J-15 carrier derivative.
"I believe that there is no direct danger," Pogosyan said. "It is very difficult to make a copy of a high-tech product as there is more to it than meets the eye. As of today I don't know the cases when the copy could achieve global success on the world aircraft market."
Tetapi sumber lain tetap menunjuk ke khawatiran yg mendasar:
Other Russian industry sources told IHS Jane's at Zhuhai that the Russian insistence on a minimum buy of 48 aircraft has since softened to a procurement of just 24 units. The issue of a minimum buy is important because Russian officials believe China is really only interested in the Su-35's NIIP Irbis-E passive electronically scanned array radar and the 117S engine.
The minimum number of aircraft to be procured is, therefore, a way for Russia to ensure that the Chinese pay an appropriate price to acquire these technologies before they copy them, the sources said.
## Artikel IHS Jane yg sudah anda kutip juga sudah menjawab sendiri pertanyaan anda yg terakhir:
"Kenapa Indonesia harus peduli dan takut pada pandangan dunia jika hendak membeli peralatan tempur dari Russia ?"
"Senior East Asian officials recently told the New York Times that they believe the deal could be scuppered by these issues, but a recent factor that may expedite the sale is Russia's international isolation due to its annexation of Crimea and intervention in eastern Ukraine. In this scenario, China becomes a closer friend as Moscow distances from the West."
Semua pembelian senjata adalah pernyataan politik.
Spt IHS Jane juga menulis: pembelian senjata dari Russia dalam keadaan sekarang, berarti mengambil posisi menjauhkan diri dari Barat, dan mendekatkan diri ke Moscow.
Bahkan China-pun (Negara dgn ekonomi terbesar kedua didunia) sudah agak khawatir untuk mengambil posisi ini, walaupun boleh dibilang mereka sudah menjadi langganan senjata Russia.
Apakah Indonesia mau mengambil resiko dgn membeli Su-35 dari Russia?
Gripen-Indonesia |
09 Dec 2014 10:04:58
(Bersambung)
## Untuk nilai kontrak Gripen-E/F di Brazil, sudah dibahas di artikel lain:
https://analisismiliter.com/artikel/part/91/Pesawat_Tempur_Gripen_EF_Sebagai_Pengganti_F-5_TNI_AU
Nilai kontrak $5,4 milyar untuk 36 pesawat BUKAN representatif untuk harga per unit dari Gripen - tergantung apa yg sudah dinegosiasikan dan dimasukkan di dalam kontrak. Tambahan lagi, Brazil juga membeli hak untuk memproduksi dan menjual Gripen-E/F di pasar Amerika Latin. Faktor kedua, tidak seperti Indonesia yg seringkali beli "kosong" - tanpa senjata atau perlengkapan support yg lain, negara lain cenderung membeli paket lengkap.
## Pakistan memberi contoh yg lebih baik sebagai pembanding.
Judul artikel ini: "Billions to upgrade and Up-Arms Pakistan's F-16s"
Mereka harus merogoh kocek $3 milyar untuk membeli 36 pesawat F-16 Block-52 , ditambah $650 juta persenjataan dan $1,3 milyar untuk perlengkapan upgrade 60 F-16 A/B mereka.
http://www.defenseindustrydaily.com/51b-proposed-in-sales-upgrades-weapons-for-pakistans-f16s-02396/
Kalau dari sudut pandang ini, bagian pertama dari kontrak mereka; $3 milyar untuk 36 F-16 Block-52 juga sudah cukup mahal, bukan?
Dari segi spesifikasi, tentu saja Gripen-E/F Brazil jauh lebih unggul dibanding Block-52 -- Selex AESA radar, supercruise ability, next-generation Jammer, kemampuan utk memakai Meteor (BVRAAM plg modern di dunia), dan full control dari Software Code utk menentukan senjata apa yg bisa mereka pakai.
Gripen-Indonesia |
09 Dec 2014 10:23:23
(Bersambung)
## Untuk nilai kontrak Gripen-E/F di Brazil, sudah dibahas di artikel lain:
https://analisismiliter.com/artikel/part/91/Pesawat_Tempur_Gripen_EF_Sebagai_Pengganti_F-5_TNI_AU
Nilai kontrak $5,4 milyar untuk 36 pesawat BUKAN representatif untuk harga per unit dari Gripen - tergantung apa yg sudah dinegosiasikan dan dimasukkan di dalam kontrak. Tambahan lagi, Brazil juga membeli hak untuk memproduksi dan menjual Gripen-E/F di pasar Amerika Latin. Faktor kedua, tidak seperti Indonesia yg seringkali beli "kosong" - tanpa senjata atau perlengkapan support yg lain, negara lain cenderung membeli paket lengkap.
## Pakistan memberi contoh yg lebih baik sebagai pembanding.
Judul artikel ini: "Billions to upgrade and Up-Arms Pakistan's F-16s"
Mereka harus merogoh kocek $3 milyar untuk membeli 36 pesawat F-16 Block-52 , ditambah $650 juta persenjataan dan $1,3 milyar untuk perlengkapan upgrade 60 F-16 A/B mereka.
http://www.defenseindustrydaily.com/51b-proposed-in-sales-upgrades-weapons-for-pakistans-f16s-02396/
Kalau dari sudut pandang ini, bagian pertama dari kontrak mereka; $3 milyar untuk 36 F-16 Block-52 juga sudah cukup mahal, bukan?
Dari segi spesifikasi, tentu saja Gripen-E/F Brazil jauh lebih unggul dibanding Block-52 -- Selex AESA radar, supercruise ability, next-generation Jammer, kemampuan utk memakai Meteor (BVRAAM plg modern di dunia), dan full control dari Software Code utk menentukan senjata apa yg bisa mereka pakai.
Gripen-Indonesia |
09 Dec 2014 11:44:38
@Phoenix15
"Dari pelajaran pertama mengenai Ivan Rogov Class, kemudian masuk ke pembelian Mistral Class, hingga anda mengutip certain lack confidence, dan kemudian anda membuat kesimpulan " mempertanyakan kualitas senjata buatan mereka adalah ngawur, logical fallacy. Anda jangan melakukan pembodohan lah."
Saya agak lelah dituduh macam2 dalam satu paragraf saja.
Siapa yang membuat pembodohan?
Dan siapa juga yg bilang kalau kualitas senjata mereka ngawur?
Jawabannya:
Banyak referensi dari pihak2 lain yg jauh lebih pandai dan berpengalaman justru adalah yang memberi kesimpulan ttg senjata2 buatan Russia.
Saya hanya menuliskannya kembali untuk menjawab pertanyaan2 disini, atau menyampaikan apa yg sudah tuliskan di tempat lain sebagai bahan referensi.
Saya bukan Anti-Russia atau Anti-Sukhoi. Tapi saya pro-Indonesia, yg semoga akan dapat memilih Alutsistanya dengan baik, yg terjamin masa depannya.
"Kegemaran" banyak pihak dengan Sukhoi Su-35S, tanpa pernah mempertanyakan apakah tipe ini bisa berfungsi dengan baik 100% terus terang sangat mengkhawatirkan. Kalau saya menuliskan "skenario" yg membuat anda gundah, cobalah liat kembali fakta2 yg saya sudah tulis di skenario itu, sebenarnya kembali mengacu ke banyak referensi yg sudah saya kutipkan didalam halaman ini.
Bukankah justru seharusnya sudah wajar kalau kita bertanya,
walaupun di atas kertas, semua yg dibuat Russia itu kelihatan bagus, apakah dari segi kualitas akan tahan lama?
Mari kita tunjuk kembali ke Admiral Kuznetzov sebagai contoh kapal militer buatan Russia, dan kenapa mereka membutuhkan Mistral.
Mari melihat dari referensi yg lain:
Berikut dari Englishrussia -- memberikan tour foto gallery ttg keadaan Admiral Kuznetzov sekarang ini, dan problem2 yg dihadapi crew setiap hari. Gallery ini juga menunjukkan kalau Admiral sepertinya jarang melaut, dan hampir tidak ada pesawat yg beroperasi dari atas kapal ini.
http://englishrussia.com/2012/03/30/ill-fame-of-the-aircraft-cruiser-admiral-kuznetsov/
Website referensi favorit saya adalah www.defenseindustrydaily.com --
Seperti saya juga sudah tuliskan sebelumnya, website Ini harus menjadi referensi pedoman utk menambah pengetahuan kita ttg segala sesuatu ttg militer. Pembahasannya cukup obyektif dalam membandingkan beberapa opini dari macam2 sumber.
Ada update setiap hari, dan banyak referensi backup kalau mereka mengutip dari sumber lain. Terus terang, krn website ini sifatnya cukup obyektif dalam membandingkan masukan pro dan kontra dari masing2 isu, saya belum pernah mendapat referensi lain yg terpercaya, tapi sampai bisa berlawanan dari defenseindustrydaily.
Sebaliknya, justru website2 lain seperti IHS Jane, flightglobal, dan defensenews cenderung menyampaikan pemberitaan / kesimpulan yg serupa dgn defenseindustrydaily.
Segala sesuatu kesulitan ttg senjata buatan Russia, anda dapat membacanya sendiri langsung dari sini. Jadi kalau anda mau mempertanyakan apakah kualitas senjata buatan Russia ngawur, atau kenapa mereka membutuhkan pembelian Mistral, silahkan tanyakan langsung lewat e-mail ke Editorial website ini:
[email protected]
Apa kata website ini ttg Admiral?
http://www.defenseindustrydaily.com/Upgrading-the-Admiral-Russias-Kuznetsov-06305/
Paragraf pertama artikel sudah memuat kondisi Admiral saat ini:
"Launched in 1985, it was not commissioned until 1995 – and since then, it has endured extremely long dockings and seen only limited deployment. "
Disana juga dituliskan timeline mengenai sejarah pemakaian Admiral.
Di page ini, banyak referensi juga menunjukkan (kembali) kesulitan India dengan ex-Admiral Gorkhov yg sedang dikonversi ke kapal induk.
Kesimpulan
--------------
Seperti saya sudah tuliskan, anda bisa mempertanyakan sendiri kenapa kebanyakan kapal buatan Russia cuma tahan kurang dari 20 tahun. Inilah kenapa Russia membutuhkan pembelian Mistral.
Bandingkan dengan KRI Ahmad Yani-class (ex Van Speijk-class) yang diproduksi di tahun 1960-an. Indonesia dapat re-engine kelas ini, refurbish, dan kemudian mempersenjatai beberapa dengan Yakhont missile.
http://en.wikipedia.org/wiki/Van_Speijk-class_frigate
Melektech |
09 Dec 2014 18:57:56
@Gripen-Indonesia, jawaban yang sangat obyektif dan bermutu
@phoenix15, cobalah diatur EMOSI anda, lupakan "Adat Istiadat Lama" anda, cintailah produksi Indonesia, jangan terlalu fanatik dengan produk bangsa lain, sehingga nanti bisa diambil kesimpulan yang Obyektif.
Analis terkenalpun juga akan mengambil REFERENSI dari orang lain, namun yang terpenting adalah KREDIBILITAS dari SUMBER/SOURCE kita.
Produk Rusia memang bagus, namun sangat lemah dalam KUALITAS dan DUKUNGAN PURNA JUAL dan lainnya, namun unggul dalam CUEK isasi dalam hal penggunaan
Beli Murah, namun dalam penggunaan jangka panjang justru paling mahal.
Jauh berbeda dengan produk BARAT, yang kebanyakan sangat mengutamakan Kualitas. Disamping contoh Van Speijk, juga Fregate Philipina yang baru yang juga buatan tahun 1960-an, kapal selam BEKAS Swedia Archer class submarine yang dipakai Singapura.
Bandingkan dengan KILO class bekas yang ditolak TNI, karena kondisinya memprihatinkan. Indonesia pernah membeli bekas kapal PARCHIM dari Jerman Timur, malah jadi BABAK BELUR, karena biaya REFURBISH nya jadi sama dengan beli baru, itupun kondisinya masih compang camping.
Indonesia membeli F-16 bekas US, karena mutunya masih bagus, dan ada jaminan bisa dipakai 25 tahun lagi, bahkan lebih.
Malaysia memensiunkan dini (baru 16 Tahun) MiG-29N, dan menolak Opsi Upgrade yang ditawarkan Rusia, justru lagi ngebet beli Typhoon atau Rafale yang jauh lebih mahal
phoenix15 |
09 Dec 2014 23:59:09
@Melektech, kemana aja ? Biasa nya anda paling demen kalo rame-rame gini. Mari kita diskusi lah, asal tidak menyerang individu saya pikir masih oke, jika sedikit panas ya maklum aja. Sampai saat ini Admin juga belum kasih peringatan, jadi saya pikir komentar saya masih pantas. Tenang aja saya gak emosi, hanya sedikit gatal tangan ini :p
@Gripen-Indonesia.
Baiklah saya akan perjelas bagian mana yang menurut saya ngawur.
1. Ini kesimpulan anda dari pelajaran-1 menurut karangan anda:
"Pembelian Mistral ini seharusnya membuat semua calon pembeli senjata buatan Russia justru HARUS mempertanyakan KUALITAS senjata buatan mereka. Tidak hanya dalam hal pembelian kapal, tetapi juga pesawat tempur. "
Senjata yang anda sebut ini bisa macam-macam lho. Anda lupa S-400, S-300, Iskander, Yasen class submarine, Borei, juga Lada class submarine. Memang harus di akui bahwa persenjataan mereka tidak sebaik kualitas nya di banding Amerika atau beberapa negara eropa karena teknologi itu butuh dana riset yang besar. Hal ini bisa di maklumi karena 1980-2000 USSR jatuh dan bangkit lagi menjadi Russia dengan ekonomi yang lebih kuat. Namun demikian mereka masih meninggalkan legacy yang sampai sekarang bisa kita lihat macam TU-160, dan TU-95 bombers, Tank Amphibi, Mig-31, SU-24 dan masih banyak lagi.
Jangan lah kita membuat generalisasi masalah hanya karena anda membuat 1 kasus sehingga seolah olah yang baik menjadi buruk.
2. Masalah mesin SU-35 dan juga Kebakaran PAK-FA.
Dalam desain engineering, udah biasa kita menggunakan baseline dari produk yang udah ada untuk melakukan inovasi. Yang nama nya inovasi itu di mulai dari suatu produk melalui riset yang membutuhkan dana besar.
Kebakaran mesin di PAK-FA tidak lantas membuat produk PAK-FA itu buruk seperti ilustrasi yang anda gunakan. Coba liat itu Dreamline 787, gara-gara batterei buatan Jepang akhirnya pesawat gak boleh terbang. Apakah kita mencemooh ?
Atau yang paling besar tentu anda tau ledakan unmaned Cygnus cargo spacecraft, neh link nya dari CNN : http://edition.cnn.com/2014/10/28/us/nasa-rocket-explodes/
Apakah dengan masalah masalah seperti itu, kemudian kita membuat judgement "wow barang yang tidak berkualitas, engineer nya bodoh, dsb dsb..." Jika memang demikian, pastilah yang mencela adalah politikus, atau mungkin sales pihak kompetitor.
PAK-FA itu masih di kembangkan. final product itu sendiri juga masih belum jadi. Engine yang digunakan juga masih dari SU-35, tetapi mereka mencoba untuk meningkatkan efisiensi, dan reliability nya. Dengan harapan PAK-FA punya kemampuan stealth yg punya kemampuan manuver bagus di kecepatan tinggi (cruising tanpa afterburner). Ada technological barrier yang mungkin Sukhoi sendiri juga masih riset supaya sebgus punya P&W atau GE punya.
Baiklah jika anda suka defenseindustrydaily sebagai acuan. Ini saya ambil dari link mereka soal SU-35 (http://www.defenseindustrydaily.com/russias-su-35-mystery-fighter-no-more-04969/):
“The reported service life of the new aircraft is 6,000 flight hours, with a planned operational life of 30 years. The claimed service life of NPO Saturn 117S thrust-vectoring engines is 4,000 hours. Time will tell.”
Kalau standar operasi pespur itu 200 jam/tahun, maka 4000 jam itu setara dengn 20 tahun. Kalau 1000 tahun itu ya 5 tahun service life. Nah kemudian anda bilang availability rate 55%. Yang di namakan availability rate itu adalah kemampuan pespur untuk perform sesuai dengan fungsi nya. Untuk meningkatkan availability rate, logistic itu berperan besar. Apakah spare part disediakan dalam jumlah memadai, jadi ketika ada 1 brake langsung diganti. Harus di akui memang masalah logistic, ilmu soal reliability, maintainability, availability, and safety (disingkat RMAS) itu banyak orang yang kurang begitu faham. Cost jadi salah satu kendala nya, jadi punya banyak pespur kalo logistic kacau yang pasti lah availability nya rendah. Coba liat F-22 itu availability rate berapa ? Kalau gak salah 60-an persen jg.
3. MISTRAL.
Kenapa saya memunculkan tema mistral disini ? Karena itu adalah contoh aktual tentang embargo. Russia banyak menerima sanksi atau embargo karena masalah Ukraina. Well, begitulah susah nya jika tidak nurut Amerika dan Yahudi. Hehehe. Negara kaya minyak, jual gas ke eropa, dialirkan lewat Ukraina negara miskin yang korup, eh negara punya utang besar ke Russia, sekarang malah mau gabung Eropa lewat pemilu yang penuh sandiwara.
(http://en.wikipedia.org/wiki/2009_Russia–Ukraine_gas_dispute)
Negara yang gak reliable kayak Ukraina, banyak utang sampe peralatan militer di jualin semua, masih berharap kebaikan Russia, tapi pengen hidup enak kayak Eropa barat.
(http://www.reuters.com/article/2014/12/07/us-ukraine-crisis-gas-idUSKBN0JL0SS20141207)
Akhirnya lah Russia buat blue-stream project, mengalirkan gas ke eropa tanpa melalui Ukraina. Dan partner nya sekarang adalah Turki. Ada cerita persaingan bisnis dengan Nabucco gas stream dari Turki ke eropa barat, dimana suplier nya diharapkan dari Iraq. Baca deh kisah nya, saya malas ketik terlalu panjang.
Singkat nya, Eropa selatan yang udah miskin, merembet menuju ke eropa barat, termasuk disini Prancis. Pembelian Mistral menguntungkan bagi kedua belah pihak. Ini murni bisnis. Prancis dapat project, setelah sekian lama gak ada yang beli itu Mistral Class, mirip seperti Rafale. Dan bagi Russia 600 Mio EUR itu harga yang murah daripada bikin sendiri dari shipbuilder lokal yang belum tentu lebih baik. Coba bandingkan dengan LHD Canberra punya Australia, atau LHD Jepang. Kesepakatan pembelian 2011, saat saya masih kerja di Prancis, dan sekarang dengan kasus Ukraina kesepakatan perdagangan di tunda. Ini jelas yang rugi Prancis. Selain kehilangan uang, dan mengurangi pengangguran, reputasi juga rusak.
Saya memberikan link itu untuk untuk menunjukkan betapa rugi nya Prancis. Ini masalah konten, dan itu aktual. Anda boleh percaya dan tidak itu keputusan anda. Saya gak memaksakan ya.
Lesson Learn: Embargo masih mungkin terjadi. Indonesia bukan negara first partner nya Amerika. Mungkin kita dapat F-15 setara punya Singapore ? Mungkin kah dapat F-18 Growler ? Mungkin kah dapat F-16 Block 60 ? Saya rada pesimis. Jika pilihan dari Eropa, mungkin kah bisa lepas dari ancaman embargo ? Mengingat politik kita sekarang lebih tegas dan tajam. Kalau lah harus membeli pespur, pilih negara yang paling netral. Dassault Rafale seharus nya aman, tapi sekarang saya lebih percaya Gripen NG. Dan Sukhoi SU-35 adalah pilihan yang bagus juga.
Gripen-Indonesia |
10 Dec 2014 00:57:45
@Melektech -- terima kasih atas feedback-nya.
Semuanya sudah menjawab dan menyimpulkan dalam semua hal yang memang sudah saya coba sampaikan di diskusi ini.
@Phoenix15;
Tulisan anda sudah memuat terlalu banyak bermacam2 hal dari S-300, PAK-FA, jalur penjualan gas di Russia, lalu menjelek2an Ukraine, Cygnus Cargo spacecraft, lalu membanding LHD Canberra dgn LHD Jepang, dll.
Satu hal dengan hal yg lain sudah hampir tidak bersangkutan satu sama yg lain, dan juga tidak menunjuk ke sesuatu yg baru dalam diskusi yg sebelumnya.
Saya juga semakin bingung dengan pernyataan anda yg bertentangan dalam bbrp post di ats; Mendukung Gripen-NG, Dassault Rafale, tapi juga menjelek2an Perancis dalam urusan Mistral, dan memberikan dukungan yang lebih habis2an kepada Su-35, dibanding ke tipe2 yg anda dukung.
Karena itu sudah saatnya menutup diskusi ini.
Dan bacalah www.defenseindustrydaily.com
untuk memuaskan dahaga ttg semua informasi publik pengetahuan militer di dunia.
Kalau website lain memuat sesuatu yg bertentangan dengan apa yg ada di defenseindustrydaily, kebenaran website tsb justru harus dipertanyakan.
Melektech |
10 Dec 2014 01:09:27
@Gripen-Indonesia, betul sekali, saya bacanya juga bingung dari bung @phoenix15.
Mutar muter, tidak ada fokusnya sama sekali, dan akhirnya unjung - ujungnya juga masalah TAKUT EMBARGO.
@phoenix15, saya demen rame, tapi rame yang ber-ilmu, namun hal itu tidak saya dapatkan dari "kampung" lama saya, karena yang terjadi di sana adalah rame "rendahan", makanya saya ngungsi di sini.
Betul pendapat @Gripen-Indonesia, mending diskusi ini ditutup saja, kasihan yang baca, karena makin bikin pusing yang tak berujung
phoenix15 |
10 Dec 2014 07:21:58
Oke memang lebih baik disudahi aja.
@GI: Anda tidak melihat konteks diskusi, hanya saja anda yang selalu mengatakan produk Russia jelek, saya bantah dengan berbagai contoh, tapi anda mengatakan saya muter muter. Anda hanya mau baca apa yang mau anda baca, tetapi tidak mau admit jika produk Russia ada yang baik.
Trus apa salah nya jika saya mendukung Rafale, tapi menolak sikap Prancis terhadap Mistral ? Kalau nama nya kesepakatan ya harus di penuhi. Itu aja seh. Gitu aja koq repot. Saya tidak fanatik produk Prancis, tidak menolak juga produk Russia. Tidak seperti anda yang fanatik Gripen.
@Melektech. Ya udah anda belajar lagi deh. Jangan cuman buat judgement yang gak berdasar. Anda sendiri juga kan gak gitu suka Produk Russia. Ya wajar, kalao ada yang membela produk Russia, anda bikin punishment "TAKUT EMBARGO", langsung mantra itu keluar. Padahal udah saya sebutkan, Russia itu sedang di Embargo, dengan Mistral sebgai salah satu alat nya. Gitu lho, kalimat saya sangat sederhana dan mudah di pahami.